Sunday 2 February 2014

LARANGAN MEMBUNUH SEMUT



Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam bersabda, "Seorang nabi singgah di bawah pohon, dia digigit oleh seekor semut. Dia memerintahkan agar barang bawaannya dijauhkan dari bawah pohon itu. Lalu dia memerintahkan agar rumah semut itu dibakar. Maka Allah mewahyukan kepadanya, ‘Mengapa tidak hanya satu ekor semut saja?'"
Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam menyampaikan kepada kita bahwa salah seorang nabi Allah singgah di bawah pohon. Sepertinya dia berteduh dari panas matahari untuk beristirahat dari lelahnya perjalanan. Berdekatan tempat dia berteduh terdapat sebuah desa semut. Mungkin singgahnya nabi ini bersama teman-temannya di bumi semut mengganggu mereka. Biasanya semut melawan orang yang mengganggunya dan merosakkan ketenangannya. Seekor semut datang dan menggigit nabi itu.
Nabi itu marah kepada seekor semut beserta teman-temannya. Dia bertekad menghukum seluruh desa semut. Dia memerintahkan pengikutnya agar menjauhkan barangnya dari bawah pohon itu, kemudian dia menyalahkan api di desa semut. Maka semut-semut yang sedang berjalan-jalan di desanya dan di sekelilingnya terbakar dan panas api itu sampai kepada semut-semut yang berada di lubangnya di dalam tanah.
Keadilan menuntut orang yang tidak bersalah, tidak boleh dihukum kerana kesalahan orang lain. Yang menggigit nabi ini hanyalah seekor semut. Jika memang mesti dihukum, maka semestinya yang dihukum hanyalah semut tersebut bukan yang lain. Nabi kita mengajarkan kepada kita bahwa kita berhak melawan orang atau haiwan yang menyerang kita, walaupun haiwan itu adalah haiwan jinak. Semut ini menyerang dan menggigit. Jika orang yang digigitnya menghukumnya, maka dia tidak disalahkan. Ada pun menghukum semua semut yang ada di desa itu dan membakar mereka dengan api, ini bukanlah suatu keadilan.
Semut adalah umat ciptaan Allah. Mereka bertasbih dan mensucikan Allah seperti haiwan-haiwan yang lain. Manusia tidak boleh menyerangnya, kecuali jika mereka menyakitinya. Oleh kerana itu, Allah menyalahkan nabi itu dan mencelanya kerana dia menghukum melampaui batas. Dia menghukum semut yang tidak bersalah kerana kesalahan seekor semut. Dia membunuh umat yang bertasbih kepada Allah. Dan Allah telah berfirman kepadanya untuk menegurnya, "Mengapa tidak hanya satu semut saja?Hanya kerana kamu digigit oleh seekor semut, kamu membinaskan umat yang bertasbih kepada Allah."
Orang yang terdidik untuk merasa bersalah jika membunuh seekor semut, dia tidak mungkin setelah itu membunuh manusia tanpa salah dan tanpa alasan yang benar. Dia akan menjadi contoh mulia yang menjaga nyawa hamba-hamba Allah sebagaimana dia menjaga tanaman dan haiwan.
Tidak boleh membunuh semut, sebagaimana tidak boleh membunuh binatang lain, kecuali binatang yang menyerang dan mengganggu. Dalam sebuah hadis terdapat larangan membunuh semut, hud-hud, dan shurad. (Shurad adalah burung berkepala besar dan berparuh besar, perutnya putih, punggungnya hijau, memangsa serangga dan burung kecil). Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad shahih di atas syarat Bukhari Muslim (Syarah Shahih Muslim An-Nawawi, 14/399). Dikecualikan dari larangan membunuh binatang adalah binatang fawasiq yang berjumlah lima, baik dibunuh di daerah halal maupun di daerah haram. Fawasiq yang berjumlah lima ini sebagaimana dalam hadis riwayat Bukhari dalam Shahihnya adalah tikus, kalajengking, burung gagak, rajawali, dan anjing penggigit. (Shahih Bukhari, 6/355, no. 3314. Selain kelima haiwan fawasiq ini Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam juga memerintahkan membunuh cicak. Beliau menyatakan bahwa membunuhnya adalah berpahala. (lihat hadis-hadis yang memerintahkan membunuhnya dalam Shahih Muslim, 4/1757, no. 2237-2241). Begitu juga beliau memerintahkan membunuh ular, kecuali ular rumah yang tidak dibunuh hingga diperingatkan tiga kali jika setelah itu masih terlihat di rumah, maka bunuhlah. Dan dikecualikan dari ini adalah dua macam ular, iaitu ular berekor pendek dan ular dengan dua garis putih di punggungnya.(lihat hadis-hadis tentang ular dalama Shahih Muslim).Membakar makhluk hidup tidak dibolehkan dalam syariat kita. Nabi menjelaskan alasan larangan ini, iaitu bahwa yang berhak mengazab dengan api hanyalah pemilik api. Dan ini mungkin dibolehkan di dalam syariat sebelum kita, kerana Nabi ini membakar desa semut.Semut bertasbih kepada Allah sebagaimana dinyatakan dalam hadis. Allah telah memberitakan bahwa segala sesuatu bertasbih dengan memuji Allah, "Dan tidak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka." (Al-Isra: 44).Hadis ini menyampaikan bahwa semut adalah sebuah umat. Allah telah memberitakan bahwa makhluk-makhluk, burung-burung dan haiwan - haiwan, semuanya adalah umat seperti kita. "Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya melainkan umat-umat juga seperti kamu." (Al-An'am 38)

Sumber:Ensklopedia Kisah Shahih Sepanjang Masa

No comments:

Post a Comment