Monday 16 January 2017

DOA MA'RUF AL KARKHI


Pada suatu hari ketika Ma'ruf al karkhi berjalan bersama murid-muridnya, mereka bertemu dengan serombongan anak muda yang sedang menuju ke tujuan yang sama. Di sepanjang perjalanan sampai ke sungai Tigris anak-anak muda itu menunjukkan tingkah laku yang jelek.

Murid-murid Ma'ruf mendesaknya: "Guru, mintalah kepada Allah Yang Maha Besar untuk membenamkan mereka semua sehingga bumi ini bersih dari kehadiran mereka yang menjijikkan".
Ma'ruf menjawab: "Tadahkanlah tangan kalian!"

Setelah itu berdoalah Ma'ruf: "Ya Allah, karena Engkau telah memberikan kepada mereka kebahagiaan di atas dunia ini, maka berikan pulalah kepada mereka kebahagiaan di akhirat nanti".

Murid-murid Ma'ruf terheran-heran dan berkata:

"Guru, kami tak mengetahui rahsia yang terkandung di dalam doamu itu".

Ma'ruf menjawab: "Dia, kepada siapa aku berdoa tadi, mengetahui rahasianya. Tunggulah sebentar. Sesaat ini juga rahsia itu akan terbuka".

Ketika remaja-remaja itu melihat syeikh Ma'ruf, mereka segera memecahkan kecapi-kecapi mereka dan menumpahkan anggur yang sedang mereka minum. Dengan tubuh gemetar mereka menjatuhkan diri di depan syeikh dan bertaubat.

Kemudian Ma'ruf berkata kepada murid-muridnya. "Kalian saksikan betapa kehendak kalian telah dikabulkan tanpa membenamkan dan mencelakakan seorang jua pun".

Sumber : Kitab Tazkiratul Auliya Karangan Syeikh Fariddudin Attar

PERISTIWA YANG MEMBAHAGIAKAN IBRAHIM ADHAM


"Sejak engkau menempuh kehidupan yang seperti ini, apakah engkau pernah mengalami kebahagiaan?", seseorang bertanya kepada Ibrahim Adham.
"Sudah beberapa kali", jawab Ibrahim Adham. "Pada suatu ketika aku sedang berada di atas sebuah kapal dan nakhoda tak mengenal diriku. Aku mengenakan pakaian yang lusuh dan rambutku belum dicukur. Aku sedang berada dalam suatu fana spiritual namun tak seorang pun di atas kapal itu yang mengetahuinya. Mereka menertawai dan memperolok-olokkanku. Di atas kapal itu ada seorang pembadut. Setiap kali ia menghampiriku ia menjambak rambutku dan menampar tengkukku. Pada saat itu aku merasakan bahwa keinginanku telah tercapai dan aku merasa sangat bahagia kerana dihinakan sedemikian rupa".

"Tanpa terduga-duga, datanglah gelombang raksasa. Semua yang berada di atas kapal khuatir kalau-kalau mereka akan tenggelam. 'Salah seorang di antara penumpang harus dilemparkan ke luar agar muatan jadi ringan!', teriak jurumudi. Mereka segera mengangkatku untuk dilemparkan ke laut. Tetapi untunglah seketika itu juga gelombang mereda dan perahu itu tenang kembali. Pada saat mereka menarik telingaku untuk dilemparkan ke laut itulah aku merasakan bahwa keinginanku telah tercapai dan aku merasa sangat berbahagia".

Dalam peristiwa yang lain, aku pergi ke sebuah masjid untuk tidur di sana. Tetapi orang-orang tidak mengizinkan aku tidur di dalam masjid itu sedang aku sedemikian lemah dan letih sehingga tidak sanggup berdiri untuk meninggalkan tempat itu. Orang-orang menarik kakiku dan menyeretku ke luar. Masjid itu mempunyai tiga buah anak tangga. Setiap kali membentur anak tangga itu, kepalaku mengeluarkan darah. Pada saat itu aku merasa bahwa keinginanku telah tercapai. Sewaktu mereka melemparkan diriku ke anak tangga yang berada di bawah, misteri alam semesta terbuka kepadaku dan aku berkata di dalam hati: 'Mengapa masjid ini tidak mempunyai lebih banyak anak tangga sehingga semakin bertambah pula kebahagiaanku!".

"Dalam peristiwa lain, aku sedang asyik dalami fana. Seorang pembadut datang dan mengencingiku. Pada saat itu aku pun merasa berbahagia".

"Dalam sebuah peristiwa, aku mengenakan sebuah mantel bulu. Mantel itu penuh dengan tuma yang mengganyang tubuhku. Tiba-tiba aku teringat akan pakaian bagus yang tersimpan di dalam gudang, tetapi hatiku berseru: 'Mengapa? Apakah semua itu menyakitkan?!' Pada saat itu aku merasa bahwa keinginanku telah tercapai!'

Sumber : Kitab Tazkiratul Auliya Karangan Syeikh Fariddudin Attar.

KARAMAH AZ ZANIRAH R.A


'Urwah menceritakan bahwa Abu Bakar r.a. memerdekakan tujuh orang di antara hamba-hamba yang disiksa tuannya kerana beriman kepada Allah dan masuk Islam. Di antaranya adalah Zanirah yang menjadi buta kerana disiksa. Orang-orang musyrik mengatakan bahwa yang menyebabkan Zanirah buta hanyalah Lata dan `Uzza. Maka Zanirah menyangkalnya, "Sama sekali tidak, demi Allah bukan Lata dan 'Uzza yang membuatku buta." Kemudian Allah mengembalikan penglihatannya. (Riwayat Al- Baihaqi)

Sumber : Kitab Jami Al Karamat Al Auliya Karangan Syeikh Yusof Al Nabhani

KISAH TIPU DAYA SYAITAN


Kepada Ibrahim Adham dikabarkan mengenai seorang pertapa remaja yang telah memperoleh pengalaman-pengalaman menakjubkan dan telah melakukan disiplin diri yang sangat keras.

"Hantarkanlah aku kepadanya kerana aku ingin sekali bertemu dengannya", kata Ibrahim Adham.
Mereka mengantarkan Ibrahim Adham ke tempat si pemuda bertapa. "Jadilah tamuku selama tiga hari", si pemuda mengundang Ibrahim Adham. Ibrahim Adham menerima undangannya dan selama itu pula Ibrahim Adham memperhatikan tingkah lakunya. Ternyata yang disaksikan Ibrahim Adham lebih menakjubkan daripada yang telah didengarnya dari sahabat-sahabatnya. Sepanjang malam si pemuda tidak pernah tertidur atau terlena. Menyaksikan semua ini Ibrahim Adham merasa iri hati.

"Aku sedemikian lemah, tidak seperti pemuda ini yang tidak pernah tidur dan beristirahat sepanjang malam. Aku akan mengamati dirinya lebih seksama", Ibrahim Adham berkata dalam hati. "Akan  aku selidiki apakah syaitan telah merasuk ke dalam tubuhnya atau apakah semua ini wajar sebagaimana yang semestinya. Aku harus meneliti sedalam-dalamnya. Yang menjadi inti persoalan adalah apa yang dimakan oleh seseorang".

Maka diselidikinyalah makanan si pemuda. Ternyata si pemuda memperoleh makanan dari sumber yang tidak halal.

"Maha Besar Allah, ternyata semua ini adalah perbuatan syaitan", Ibrahim Adham berkata dalam hati.

"Aku telah menjadi tamumu selama tiga hari", kata Ibrahim Adham. "Kini engkaulah yang menjadi tamuku selama empat puluh hari!".
Si pemuda setuju. Ibrahim membawa si pemuda ke rumahnya dan menjamunya dengan makanan yang telah diperolehnya dengan memeras keringatnya sendiri. Seketika itu juga kegembiraan si pemuda hilang. Semua semangat dan ketekunannya lenyap. Ia tidak dapat lagi hidup tanpa beristirahat dan tidur lalu menangis.

"Apakah yang telah engkau perbuat terhadapku?", tanya si pemuda kepada Ibrahim Adham.

"Makananmu engkau peroleh dari sumber yang tidak halal. Setiap saat syaitan merasuk ke dalam tubuhmu. Tetapi apabila engkau menelan makanan yang halal, maka ketahuilah bahwa semua hal-hal menakjubkan yang dapat engkau lakukan selama ini adalah pekerjaan syaitan".

Sumber : Kitab Tazkiratul Auliya Karangan Syeikh Fariddudin Attar.

KARAMAH SAYIDINA ALI BIN ABU THALIB


Kisah Pertama

Imam Fakhrurrazi menuliskan dalam kitabnya bahwa seorang budak kulit hitam mencuri milik seseorang. Budak tersebut pengikut setia Ali Bin Abi Thalib RA. Ketika diseret dihadapan Ali, Ali bertanya "Benarkah Engkau mencuri?" la menjawab, "Ya," maka Ali memotong tangannya. Budak itu berlalu dari hadapan Ali , kemudian berjumpa dengan Salman al-Farisi dan Ibnu al-Kawwa'. Ibnu al-Kawwa' bertanya, "Siapa yang telah memotong tanganmu?" Ia menjawab, "Amirul mukminin, pemimpin besar umat muslim, menantu Rasullah, dan suami Fatimah." Ibnu al-Kawwa' bertanya, "la telah memotong tanganmu dan kamu masih juga memujinya?" Budak itu menjawab, "Mengapa aku tidak memujinya? Ia memotong tanganku sesuai dengan kebenaran dan berarti membebaskanku dari neraka."

Salman mendengarkan penuturan budak itu, lalu menceritakannya kepada Ali. Selanjutnya Ali memanggil budak hitam itu, lalu meletakkan tangan yang telah dipotong di bawah lengannya, dan menutupnya dengan selendang, kemudian Ali memanjatkan doa. Orang-orang yang ada di sana tiba-tiba mendengar seruan dari langit, "Angkat selendang itu dari tangannya!" Ketika selendang itu diangkat, tangan budak hitam itu tersambung kembali dengan izin Allah. Bahkan tangan yang terpotong tersebut tampak lebih sempurna dari sebelumnya

Kisah ke-2

Siad bin Musayyab menceritakan bahwa ia dan para sahabat menziarahi makam-makam di Madinah bersama Ali . Ali lalu berseru, "Wahai para penghuni kubur, semoga dan rahmat dari Allah senantiasa tercurah kepada kalian, beritahukanlah keadaan kalian kepada kami atau kami akan memberitahukan keadaan kami kepada kalian." Lalu terdengar jawaban, "Semoga keselamatan, rahmat, dan berkah dari Allah senantiasa tercurah untukmu, wahai amirul mukminin. Kabarkan kepada kami tentang hal-hal yang terjadi sepeninggal kami." All berkata, "Istri-istri kalian sudah menikah lagi, kekayaan kalian sudah dibagi, anak-anak kalian berkumpul dalam kelompok anak-anak yatim, bangunan-bangunan yang kalian dirikan sudah ditempati musuh-musuh kalian. Inilah kabar dari kami, lalu bagaimana kabar kalian?" Salah satu mayat menjawab, "Kain kafan telah koyak, rambut telah rontok, kulit mengelupas, biji mata terlepas di atas pipi, hidung mengalirkan darah dan nanah. Kami mendapatkan pahala atas kebaikan yang kami lakukan dan mendapatkan kerugian atas kewajiban yang yang kami tinggalkan. Kami bertanggung jawab atas perbuatan kami." (Riwayat Al-Baihaqi)

Kisah Ke-3

Dalam kitab Al-Tabaqat, Taj al-Subki meriwayatkan bahwa pada suatu malam, Ali dan kedua anaknya berada didekat Ka’bah, Hasan dan Husein r.a. mendengar seseorang bersyair:

Hai Zat yang mengabulkan doa orang yang terhimpit kezaliman…

Wahai Zat yang menghilangkan penderitaan, bencana, dan sakit …

Utusan-Mu tertidur di rumah Rasulullah sedang orang-orang kafir mengepungnya…

Dan Engkau Yang Maha Hidup lagi Maha Tegak tidak pernah tidur…

Dengan kemurahan-Mu, ampunilah dosa-dosaku…                 

Wahai Zat tempat berharap makhluk di Masjidil Haram…

Kalau ampunan-Mu tidak bisa diharapkan oleh orang yang bersalah…

Siapa yang akan menganugerahi nikmat kepada orang-orang yang durhaka.

Ali lalu menyuruh putranya mencari si pelantun syair itu. Pelantun syair itu datang menghadap Ali seraya berkata, "Aku, ya Amirul mukminin!" Laki-laki itu menghadap sambil menyeret sebelah kanan tubuhnya, lalu berhenti di hadapan Ali. Ali bertanya, "Aku telah mendengar syairmu, apa yang menimpamu?" Laki-laki itu menjawab, "Dulu aku sibuk memainkan alat musik dan melakukan kemaksiatan, padahal ayahku sudah menasihatiku bahwa Allah memiliki kekuasaan dan siksaan yang pasti akan menimpa orang-orang zalim. Karena ayah terus-menerus menasihati, aku memukulnya.

Karenanya, ayahku bersumpah akan mendoakan keburukan untukku, lalu ia pergi ke Mekkah untuk memohon pertolongan Allah. Ia berdoa, belum selesai ia berdoa, tubuh sebelah kananku tiba-tiba lumpuh. Aku menyesal atas semua yang telah aku lakukan, maka aku meminta belas kasihan dan ridha ayahku. Lalu ia pun berjanji memohonkan Ampunan Allah untukku. Beliau pun memaafkanku. Ketika beliau bersiap hendak pergi kemekah lagi, aku menyiapkan kendaraan untuk dinaikinya. Akan tetapi ditengah perjalanan beliau terjatuh dari punggung untanya dan terantuk dibatu. Ayahku pun Meninggal ditempat itu. “

Ali lalu berkata, "Allah akan meridhaimu, Jika ayahmu meridhaimu." Laki-laki itu menjawab, "Demi Allah, demikianlah yang terjadi." Kemudian Ali berdiri, shalat beberapa rakaat, dan berdoa kepada Allah dengan pelan, kemudian berkata, "Hai orang yang diberkahi, bangkitlah!" Laki-laki itu berdiri, berjalan, dan kembali sehat seperti sedia kala. Ali berkata, "Jika engkau tidak bersumpah bahwa ayahmu akan meridhaimu, maka aku tidak akan mendoakan kebaikan untukmu."

Kisah Ke-4

Kisah lainnya menceritakan bahwa Nabi Muhammad Saw menyuruh Abu Dzar memanggil Ali. Sesampai di rumah Ali, Abu Dzar melihat alat penggiling sedang menggiling gandum sendiri, padahal tidak ada seorang pun di sana. Kemudian Abu Dzar menceritakan hal tersebut kepada Nabi Saw Beliau berkata, "Hai Abu Dzar! Tahukah kau bahwa Allah memiliki malaikat-malaikat yang berjalan-jalan di bumi dan mereka diperintahkan untuk membantu keluarga Nabi Muhammad Saw." (kitab Is`af al-Raghibin)

Sumber : Kitab Jami Al Karamat Al Auliya Karangan Syeikh Yusof Al Nabhani

Tuesday 3 January 2017

KATA HIKMAH


Dipetik dari Kitab Tanwirul Qulub Karangan Syeikh Muhammad Amin Al Kurdi, Allah mewahyukan kepada Daud a.s. :

Wahai Daud, sampaikan kepada penduduk bumi bahwa Aku adalah kekasih mereka yang menyintai-Ku, dan menjadi teman duduk mereka yang mendekati Aku, juga akan membahagiakan mereka yang selalu ingat kepada-Ku, dan menjadi pendamping mereka yang dekat dengan-Ku. Aku pun akan memperturutkan mereka yang menurut terhadap kehendak-Ku. Jika saja seorang hamba menyintai-Ku kemudian memantapkan kecintaan itu dalam hatinya, niscaya akan Aku terima sepenuhnya. Ia akan Aku cintai dengan kecintaan yang tidak akan didahului oleh seorang makhluk-Ku jua. Barang siapa mencari Aku dengan sungguh-sungguh, ia akan menemukan Aku. Dengan demikian, wahai penduduk bumi, buanglah apa pun yang menjadikan kalian tertipu, kemudian mendekatlah kepada-Ku, gapailah kemuliaan yang telah Aku sediakan, berkawanlah dengan-Ku dan mendekatlah kepada-Ku, sehingga Aku akan segera menyintai kalian. Ketahuilah bahwa Aku telah menciptakan para kekasih-Ku itu dari bahan tanah yang telah bercampur dengan bahan milik Ibrahim Khalilullah, milik Musa Kalimullah dan milik Muhammad Shafiyyullah, kemudian Aku ciptakan pula mereka yang selalu merindukan-Ku dari nur-Ku sendiri. Dengan demikian mereka akan selalu ceria dengan keagungan-Ku.

KISAH HATIM AL ASAM DAN GURU SUFINYA


Pada satu hari Sheikh Syaqiq al-Balkhi bertanya kepada muridnya Hatim al-Asam: "Sudah berapa lama kamu belajar denganku?"

Jawab Hatim: "Tiga puluh tiga tahun, guru".

Tanya Syaqiq: "Berapa banyak ilmu yang kamu petik?"

Jawab Hatim: "Hanya lapan masalah sahaja".

Terkejutlah gurunya seraya berkata: "Tiga puluh tiga tahun hanya lapan masalah?"

Jawab Hatim: "Benar guru. Aku tidak berdusta".

Gurunya, Syaqiq berkata: "Sila sebutkan lapan masalah tersebut".

1.       Aku lihat kepada makhluk. Setiap orang mempunyai barang keakungannya tetapi bila sampai ke kubur, nescaya berpisah. Justeru aku jadikan keakunganku segala kebajikanku supaya ia kekal bersamaku dalam kubur.

2.        Aku lihat firman Allah SWT yang bermaksud: Serta ia menahan dirinya dari menurut hawa nafsu. / (al-Nazi'at: 40) Justeru aku bersungguh-sungguh mujahadah nafsu hingga stabil dalam ketaatan kepada Allah SWT.

3.        Aku lihat setiap orang ada mempunyai barang yang berharga yang disimpannya. Kemudian aku lihat ayat Allah SWT yang bermaksud: (Sebenamya) apa yang ada pada kamu akan habis dan hilang lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah tetap kekal. (an-Nahl: 96)

Tatkala dapat bagiku sesuatu yang berharga nescaya aku hadapkannya (kepada Allah dengan bersedekah) supaya sentiasa kekal di sisiku.

4.        Sesungguhnya aku lihat ramai manusia bermegah dengan harta kekayaan, nasab keturunan dan kemuliaan. Sedangkan semuanya tiada nilai. Lantas aku lihat firman Allah SWT yang bermaksud: Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah adalah orang yang lebih taqwanya di antara kamu, (bukan yang lebih keturunan atau bangsanya). (al-Hujurat: 13)

Justeru aku beramal untuk bertakwa supaya aku mulia di sisi-Nya.

5.        Sesungguhnya aku lihat manusia saling berhasad-dengki. Kemudian aku lihat firman-Nya yang bermaksud: “Kami membahagi-bahagikan antara mereka segala keperluan hidup mereka dalam kehidupan dunia ini, (setengahnya Kami jadikan kaya raya dan setengahnya miskin menderita)”. ( al-Zukhruf: 32) Justeru aku tinggalkan hasad.

6.        Aku lihat kebanyakan mereka saling bermusuhan. Kemudian aku lihat firman Allah SWT yang bermaksud: “Sesungguhnya syaitan adalah musuh bagi kamu, maka jadikanlah dia musuh (yang mesti dijauhi tipu dayanya)”. (al-Fathir: 6)

Justeru aku tinggalkan permusuhan dengan mereka dengan hanya menjadikan syaitan sahaja sebagai musuh.

7.       Aku lihat manusia sanggup menghina diri kerana mencari rezeki. Bila aku lihat firman Allah SWT yang bermaksud: “Dan tiadalah sesuatupun dari makhluk-makhluk yang bergerak di bumi melainkan Allah jualah yang menanggung rezekinya.” (Hud: 6)

Justeru aku sibukkan dengan apa yang menjadi amanahku dan meninggalkan urusan rezeki kepada Tuhanku.

8.        Aku lihat mereka bergantung kepada perniagaan hasil buatan dan kesihatan mereka tetapi aku bertawakal kepada Allah.

Jawab gurunya Syaqiq:

"Sesungguhnya aku lihat di dalam Taurat, Zabur, Injil dan al-Quran. Dan inilah intipati kitab samawi yang empat ini. Siapa beramal dengan lapan masalah itu, nescaya dia beramal dengan keempat-empat kitab".

Sumber : Kitab Tanwirul Qulub Karangan Syeikh Muhammad Amin Al Kurdi.

KARAMAH GHALIB IBN ABDULLAH AL LAITSI R.A


Jundub bin Makits al-Jahni bercerita, “Rasulullah Saw mengirim Ghalib bin Abdullah al-Laitsi beserta pasukannya termasuk aku untuk menyerang Bani al-Muluh di Al-Kadiyah. Kami menyerang mereka dan berhasil memperoleh rampasan perang berupa binatang ternak. Tiba-tiba muncullah penolong Bani al-Muluh tanpa kami perkirakan sebelumnya. Kami pun keluar dengan membawa ternak-ternak itu. Kami menemui Bani al-Muluh hingga mereka dapat melihat kehadiran kami karena kami dan mereka berada di lembah di antara dua gunung. Kami berada di salah satu sisi lembah. Tiba-tiba Allah telah memenuhi kedua isi lembah itu dengan air. Demi Allah, padahal pada hari itu tak ada mendung dan tidak turun hujan. Air itu tiba-tiba datang sehingga tak ada seorang pun yang dapat melaluinya. Mereka hanya dapat diam menatap kami karena terhalang air sehingga tidak dapat mengejar kami.” Pada hakikatnya, kejadian ini adalah tanda-tanda kebenaran agama Islam bukan semata-mata karamah Ghalib. (Riwayat Ibnu Sa’ad)

Sumber : Kitab Jami Al Karamat Al Auliya Karangan Syeikh Yusof Al Nabhani

HAMBA ALLAH


Ibrahim bin Adham berkisah: Pada suatu ketika aku membeli seorang hamba. "Siapakah namamu?", tanyaku kepadanya. "Panggilanmu terhadapku", jawabnya.
"Apakah yang engkau makan?"
"Makanan yang kau berikan untuk aku makan".
"Pakaian apakah yang engkau pakai?"
"Pakaian yang engkau berikan untuk aku kenakan".
"Apakah yang engkau kerjakan?"
"Pekerjaan yang engkau perintahkan kepadaku."
"Apakah yang engkau inginkan?"
"Apakah hak seorang hamba untuk menginginkan?", jawabnya.
"Celakalah engkau", kataku kepada diriku sendiri. "seumur hidup engkau adalah hamba Allah. Kini ketahuilah bagaimana seharusnya menjadi seorang hamba".
Sedemikian lamanya aku menangis sehingga aku tidak sedarkan diri.

Sumber : Kitab Tazkiratul Auliya Karangan Syeikh Fariddudin Attar

KARAMAH SAYIDINA UMAR BIN AL KHATTAB R.A


Kisah 1

Ibnu Abi Dunya meriwayatkan bahwa ketika `Umar bin Khattab r.a. melewatipemakaman Baqi’, ia mengucapkan salam, “Semoga keselamatan dilimpahkan padamu, hai para penghuni kubur. Kukabarkan bahwa istri kalian sudah menikah lagi, rumah kalian sudah ditempati, kekayaan kalian sudah dibagi.” Kemudian ada suara tanpa rupa menyahut, “Hai `Umar bin Khattab, kukabarkan juga bahwa kami telah mendapatkan balasan atas kewajiban yang telah kami lakukan, keuntungan atas harta yang yang telah kami dermakan, dan penyesalan atas kebaikan yang kami tinggalkan.” (Dikemukakan dalam bab tentang kubur)

Yahya bin Ayyub al-Khaza’i menceritakan bahwa `Umar bin Khattab mendatangi makam seorang pemuda lalu memanggilnya, “Hai Fulan! Dan orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya, akan mendapat dua surga (QS Al-Rahman [55]: 46). Dari liang kubur pemuda itu, terdengar jawaban, “Hai ‘Umar, Tuhanku telah memberikan dua surga itu kepadaku dua kali di dalam surga.” (Riwayat Ibnu ‘Asakir)

Kisah 2

Al Taj al-Subki mengemukakan bahwa salah satu karamah Khalifah ‘Umar al-Faruq r.a. dikemukakan dalam sabda Nabi yang berbunyi, “Di antara umat-umat sebelum kalian, ada orang-orang yang menjadi legenda. Jika orang seperti itu ada di antara umatku, dialah ‘Umar.”

Kisah 3

Diceritakan bahwa `Umar bin Khattab r.a. mengangkat Sariyah bin Zanim al-Khalji sebagai pemimpin salah satu angkatan perang kaum muslimin untuk menycrang Persia. Di Gerbang Nihawan, Sariyah dan pasukannya terdesak karena jumlah pasukan musuh yang sangat banyak, sehingga pasukan muslim hampir kalah. Sementara di Madinah, `Umar naik ke atas mimbar dan berkhutbah. Di tengah-tengah khutbahnya, ‘Umar berseru dengan suara lantang, “Hai Sariyah, berlindunglah ke gunung. Barangsiapa menyuruh esrigala untuk menggembalakan kambing, maka ia telah berlaku zalim!” Allah membuat Sariyah dan seluruh pasukannya yang ada di Gerbang Nihawan dapat mendengar suara `Umar di Madinah. Maka pasukan muslimin berlindung ke gunung, dan berkata, “Itu suara Khalifah `Umar.” Akhirnya mereka selamat dan memperoleh kemenangan.

Al Taj al-Subki menjelaskan bahwa ayahnya (Taqiyuddin al-Subki) menambahkan cerita di atas. Pada saat itu, Ali menghadiri khutbah `Umar lalu ia ditanya, “Apa maksud perkataan Khalifah `Umar barusan dan di mana Sariyah sekarang?” Ali menjawab, “‘Doakan saja Sariyah. Setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.” Dan setelah kejadian yang dialami Sariyah dan pasukannya diketahui umat muslimin di Madinah, maksud perkataan `Umar di tengah-tengah khutbahnya tersebut menjadi jelas

Menurut al Taj al-Subki, `Umar r.a. tidak bermaksud menunjukkan karamahnya ini, Allah-lah yang menampakkan karamahnya, sehingga pasukan muslimin di Nihawan dapat melihatnya dengan mata telanjang, seolah-olah `Umar menampakkan diri secara nyata di hadapan mereka dan meninggalkan majelisnya di Madinah sementara seluruh panca indranya merasakan bahaya yang menimpa pasukan muslimin di Nihawan. Sariyah berbicara dengan `Umar seperti dengan orang yang ada bersamanya, baik `Umar benar-benar bersamanya secara nyata atau seolah-olah bersamanya. Para wali Allah terkadang mengetahui hal-hal luar biasa yang dikeluarkan oleh Allah melalui lisan mereka dan terkadang tidak mengetahuinya. Kedua hal tersebut adalah karamah.

Kisah 4

Dalam kitab al-Syamil, Imain al-Haramain menceritakan Karamah ‘Umar yang tampak ketika terjadi gempa bumi pada masa pemerintahannya. Ketika itu, ‘Umar malah mengucapkan pujian dan sanjungan kepada Allah, padahal bumi bergoncang begitu menakutkan. Kemudian `Umar memukul bumi dengan kantong tempat susu sambil berkata, “Tenanglah kau bumi, bukankah aku telah berlaku adil kepadamu.” Bumi kembali tenang saat itu juga. Menurut Imam al-Haramain, pada hakikatnya `Umar r.a. adalah amirul mukminin secara lahir dan batin juga sebagai khalifah Allah bagi bumi-Nya dan bagi penduduk bumi-Nya, sehingga `Umar mampumemerintahkan dan menghentikan gerakan bumi, sebagaimana ia menegur kesalahan-kesalahan penduduk bumi.

Kisah 5

Imam al-Haramain juga mengemukakan kisah tentang sungai Nil dalam kaitannya dengan karamah ‘Umar. Pada masa jahiliyah, sungai Nil tidak mengalir sehingga setiap tahun dilemparlah tumbal berupa seorang perawan ke dalam sungai tersebut. Ketika Islam datang, sungai Nil yang seharusnya sudah mengalir, tenyata tidak mengalir. Penduduk Mesir kemudian mendatangi Amr bin Ash dan melaporkan bahwa sungai Nil kering sehingga diberi tumbal dengan melempar seorang perawan yang dilengkapi dengan perhiasan dan pakaian terbaiknya. Kemudian Amr bin Ash r.a. berkata kepada mereka, “Sesungguhnya hal ini tidak boleh dilakukan karena Islam telah menghapus tradisi tersebut.” Maka penduduk Mesir bertahan selama tiga bulan dengan tidak mengalirnya Sungai Nil, sehingga mereka benar-benar menderita.

‘Amr menulis surat kepada Khalifah `Umar bin Khattab untuk menceritakan peristiwa tersebut. Dalam surat jawaban untuk ‘Amr bin Ash, ‘Umar menyatakan, “Engkau benar bahwa Islam telah menghapus tradisi tersebut. Aku mengirim secarik kertas untukmu, lemparkanlah kertas itu ke sungai Nil!” Kemudian Amr membuka kertas tersebut sebelum melemparnya ke sungai Nil. Ternyata kertas tersebut berisi tulisan Khalifah ‘Umar untuk sungai Nil di Mesir yang menyatakan, “Jika kamu mengalir karena dirimu sendiri, maka jangan mengalir. Namun jika Allah Yang Maha Esa dan Maha Perkasa yang mengalirkanmu, maka kami mohon kepada Allah Yang Maha Esa dan Maha Perkasa untuk membuatmu mengalir.” Kemudian ‘Amr melempar kertas tersebut ke sungai Nil sebelum kekeringan benar-bcnar terjadi. Sementara itu penduduk Mesir telah bersiap-siap untuk pindah meninggalkan Mesir. Pagi harinya, ternyata Allah Swt. telah mengalirkan sungai Nil enam belas hasta dalam satu malam.

Kisah 6

Imam al-Haramain menceritakan karamah `Umar lainnya. ‘Umar pernah memimpin suatu pasukan ke Syam. Kemudian ada sekelompok orang menghalanginya, sehingga ‘Umar berpaling darinya. Lalu sekelompok orang tadi menghalanginya lagi, `Umar pun berpaling darinya lagi. Sekelompok orang tadi menghalangi `Umar untuk ketiga kalinya dan ‘Umar berpaling lagi darinya. Pada akhirnya, diketahui bahwa di dalam sekelompok orang tersebut terdapat pembunuh ‘Utsman dan Ali r.a.

Kisah 7

Dalam kitab Riyadh al-Shalihin, Imam Nawawi mengemukakan bahwa Abdullah bin `Umar r.a. berkata, “Setiap kali `Umar mengatakan sesuatu yang menurut prasangkaku begini, pasti prasangkanya itu yang benar.”

Saya tidak mengemukakan riwayat dari Ibnu `Umar tersebut dalam kitab Hujjatullah ‘ala al-’Alamin. Kisah tentang Sariyah dan sungai Nil yang sangat terkenal juga disebutkan dalam kitab Thabaqat al-Munawi al-Kubra. Dalam kitab tersebut juga dikemukakan karamah ‘Umar yang lainnya yaitu ketika ada orang yang bercerita dusta kepadanya, lalu `Umar menyuruh orang itu diam. Orang itu bercerita lagi kepada `Umar, lalu Umar menyuruhnya diam. Kemudian orang itu berkata, “Setiap kali aku berdusta kepadamu, niscaya engkau menyuruhku diam.”

Kisah 8

Diceritakan bahwa ‘Umar bertanya kepada seorang laki-laki, “Siapa namamu?” Orang itu menjawab, “Jamrah (artinya bara).” `Umar bertanya lagi, “Siapa ayahmu?” Ia menjawab, “Syihab (lampu).” `Umar bertanya, “Keturunan siapa?” Ia menjawab, “Keturunan Harqah (kebakaran).” ‘Umar bertanya, “Di mana tempat tinggalmu?” Ia menjawab, “Di Al Harrah (panas).” `Umar bertanya lagi, “Daerah mana?” Ia menjawab, “Di Dzatu Lazha (Tempat api).” Kemudian `Umar berkata, “Aku melihat keluargamu telah terbakar.” Dan seperti itulah yang terjadi.

Kisah 9

Fakhrurrazi dalam tafsir surah Al-Kahfi menceritakan bahwa salah satu kampung di Madinah dilanda kebakaran. Kemudian `Umar menulis di secarik kain, “Hai api, padamlah dengan izin Allah!” ‘Secarik kain itu dilemparkan ke dalam api, maka api itu langsung padam.

Kisah 10

Fakhrurrazi menceritakan bahwa ada utusan Raja Romawi datang menghadap `Umar. Utusan itu mencari rumah `Umar dan mengira rumah ‘Umar seperti istana para raja. Orang-orang mengatakan, “‘Umar tidak memiliki istana, ia ada di padang pasir sedang memerah susu.” Setelah sampai di padang pasir yang ditunjukkan, utusan itu melihat `Umar telah meletakkan kantong tempat susu di bawah kepalanya dan tidur di atas tanah. Terperanjatlah utusan itu melihat `Umar, lalu berkata, “Bangsa-bangsa di Timur dan Barat takut kepada manusia ini, padahal ia hanya seperti ini. Dalam hati ia berjanji akan membunuh `Umar saat sepi seperti itu dan membebaskan ketakutan manusia terhadapnya. Tatkala ia telah mengangkat pedangnya, tiba-tiba Allah mengeluarkan dua harimau dari dalam bumi yang siap memangsanya. Utusan itu menjadi takut sehingga terlepaslah pedang dari tangannya. ‘Umar kemudian terbangun, dan ia tidak melihat apa-apa. ‘Umar menanyai utusan itu tentang apa yang terjadi. Ia menuturkan peristiwa tersebut, dan akhirnya masuk Islam.

Menurut Fakhrurrazi, kejadian-kejadian luar biasa di atas diriwayatkan secara ahad (dalam salah satu tingkatan sanadnya hanya ada satu periwayat). Adapun yang dikisahkan secara mutawatir adalah kenyataan bahwa meskipun `Umar menjauhi kekayaan duniawi dan tidak pernah memaksa atau menakut-nakuti orang lain, ia mampu menguasai daerah Timur dan Barat, serta menaklukkan hati para raja dan pemimpin. Jika anda mengkaji buku-buku sejarah, anda tak akan menemukan pemimpin seperti ‘Umar, sejak zaman Adam sampai sekarang. Bagaimana ‘Umar yang begitu menghindari sikap memaksa bisa menjalankan politiknya dengan gemilang. Tidak diragukan lagi, itu adalah karamahnya yang paling besar.

Sumber : Kitab Jami Al Karamat Al Auliya Karangan Syeikh Yusof Al Nabhani