Thursday 18 May 2017

MURID KESAYANGAN SYEIKH IBNU KHAFIF


Ada dua orang murid Syeikh Ibnu Khafif, yang seorang bernama Ahmad Tua dan yang seorang lagi Ahmad Muda. Di antara kedua muridnya ini, Ibnu Khafif lebih menyayangi Ahmad Muda. Murid-murid lain tidak setuju terhadap sikap Ibnu Khafif ini. Mereka berdalih: Bukankah Ahmad Tua telah menjalankan lebih banyak perintah dan disiplin diri?

Setelah mengetahui perihal ini, Ibnu Khafif ingin membuktikan kepada mereka, bahwa Ahmad Muda lebih unggul dari Ahmad Tua. Pada saat itu ada seekor unta yang sedang tidur di depan pintu.

"Ahmad Tua", Ibnu Khafif memanggil. "Saya!", sahut Ahmad Tua.

"Angkatlah unta itu ke atas loteng" perintah Ibnu Khafif. "Guru", kata Ahmad Tua, "mana mungkin aku dapat meng-angkat unta itu ke atas loteng".

"Cukup", jawab Ibnu Khafif. Kemudian ia memanggil Ahmad Muda.

"Ahmad Muda", panggilnya. "Saya", Ahmad Muda menyahut. "Angkatlah unta itu ke atas loteng".

Ahmad Muda segera mengencangkan ikat pinggangnya, menggulung lengan bajunya, dan berlari-lari keluar. Ahmad Muda menaruh kedua tangannya ke bawah tubuh binatang itu dan dengan sekuat tenaga mengangkatnya, namun sia-sia.

"Cukup, baik sekali!", Ibnu Khafif berseru. Kemudian berkatalah ia kepada murid-muridnya, "Sekarang tahulah kalian bahwa Ahmad Mudalah yang telah melakukan kewajibannya. Ia mentaati perintah tanpa membantah. Yang dipentingkannya adalah perintahku dan tidak perduli apakah perintah itu dapat dilaksanakannya atau tidak. Sebaliknya dengan Ahmad Tua, ia hanya ingin berdalih dan membantah. Dari sikap yang terlihat kita dapat memahami keinginan di dalam hati seseorang".

Sumber : Kitab Tazkiratul Auliya Karangan Syeikh Fariddudin Attar.

No comments:

Post a Comment