Wednesday, 23 December 2015

KISAH SAAT KEMATIAN RAJA YANG SOMBONG DAN PEMUDA YANG SOLEH


Ada seorang raja yang berniat melihat-lihat kerajaannya. Dia meminta sebuah pakaian kepada pengawalnya. Perintahnya segera dituruti, tetapi dia tidak suka dengan pakaian yang dibawakan dan memerintahkan untuk mengambil pakaian yang lainnya. Akhirnya dia memilih baju terbaik. Kemudian tiga kuda dibawa kehadapannya, tetapi akhirnya dia memilih kuda yang terakhir. Syaitan terkutuk telah mengisi fikirannya dengan kesombongan. Dia menaiki kudanya dengan sikap angkuh. Rombongan dan pasukan tentera menyertainya, tetapi kerana kesombongannya, dia tidak peduli bahkan sekadar menoleh kepada mereka.

Di tengah perjalanan, Raja bertemu dengan seorang laki-laki dengan  berpakaian compang-camping. Lelaki itu memberi salam kepada Raja, tapi raja tidak menjawabnya. Lelaki itu kemudian memegang kuda Raja. Raja memarahinya atas kekurang ajarannya itu dan memerintahkannya untuk melepaskan tangannya. Dia menyampaikan bahwa dia ada urusan dengan Raja. Raja memerintahkannya menunggu, tapi ia bersikap keras hendak berbicara kepada Raja saat itu juga. Raja akhirnya mengizinkan ia berbicara. Dia memberi tahu bahwa dia akan mengungkapkan sebuah rahasia. Raja mendekatkan telinganya kepada orang itu. Lelaki itu berkata bahwa malaikat maut telah datang untuk menyerahkan nyawanya kepada Tuhan.

Segera setelah mendengar itu, wajah Raja segera pucat dan ia mulai gugup. Setelah beberapa saat, Raja meminta malaikat maut untuk menunda pencabutan nyawanya dan mengizinkannya pulang untuk menyelesaikan urusan-urusannya dan bertemu semua anggota keluarganya. Malaikat maut berkata bahwa dia tidak dapat memberinya waktu lagi. Artinya, Raja tidak dapat pulang dan menyelesaikan urusan-urusannya.  Setelah berkata demikian, malaikat maut segera melaksanakan tugasnya dan jatuhlah Raja dari kudanya.

Selanjutnya, malaikat maut mendekati seorang muslim yang soleh yang juga sedang melakukan perjalanan. Malaikat memberi salam kepada muslim yang soleh itu. Malaikat maut lalu mengungkapkan identitinya. Orang soleh itu segera memberi sambutan hangat dan berkata bahwa kedatangan malaikat itu sangat menggembirakannya, kerana ia telah lama menanggung derita perpisahan dengan Allah dan mendambakan bertemu dengan-Nya dibanding siapapun. Malaikat maut menawarkannya untuk menyelesaikan dulu tugasnya yang dianggap penting. Si muslim berkata bahwa dia tidak merindukan siapapun selain bertemu Tuhan. Malaikat maut menawarkannya untuk memilih keadaan yang diinginkannya saat meninggal dunia. Orang itu bertanya kepada malaikat maut apakah dia telah diberi kuasa demikian. Malaikat maut memmbenarkannya. Orang soleh itu pun meminta malaikat mengizinkannya solat dan mencabut nyawanya saat dia sujud. Dan demikianlah, ketika orang soleh itu sujud, malaikat mencabut nyawanya.

Sumber : Kitab Thaharah Al Qulub Wa Al Khudu Li Allam Al Ghuyub Karangan Syeikh Abd Al Aziz Al Darini

KISAH PEMUDA KACAK DI BUANG DAERAH


Keputusan Saidina Umar r.a. membuang daerah seorang pemuda di Madinah yang bernama Nasr bin Haliaj.

Pemuda ini memiliki rupa paras yang amat kacak sehingga mempesonakan semua gadis di kota suci itu.

Mulanya Umar r.a mengarahkan pemuda itu dicukur. Namun, rupa parasnya masih lagi cantik.

Akhirnya dia dibuang daerah ke Basrah, Iraq. Pada hemat Saidina Umar r.a., jika pemuda tersebut masih dibiarkan berada di Madinah, kemungkinan besar gadis-gadis lain turut terpesona dengan kekacakannya.

Ini suatu fitnah yang besar terutama di kota suci Madinah.

Berlainan sekiranya kalau pemuda itu di Basrah sebab beliau dikira terasing di tempat orang.

Sumber : Dr Abdul Aziz Hanafi

Saturday, 28 November 2015

VIDEO 3D MAKAM SEBENAR RASULLULLAH DI MASJID NABAWI


Makam (pusara) Rasullullah SAW terletak di sebelah Timur Masjid Nabawi. Di tempat ini dahulu terdapat dua rumah, iaitu rumah Rasulullah SAW bersama Aisyah dan rumah Ali dengan Fatimah. Sejak Rasulullah SAW wafat pada tahun 11 H (632 M), rumah Rasullullah SAW terbagi dua. Bahagian Selatan untuk makam Rasulullah SAW dan bahagian Utara untuk tempat tinggal Aisyah. Sejak tahun 678 H. (1279 M) di atasnya dipasang Kubah Hijau (Green Dome). Dan sampai sekarang Kubah Hijau tersebut tetap ada. Jadi tepat di bawah Kubah Hijau itulah lokasi bernama hujrah al-musyarrafah atau kamar yang dimuliakan di mana jasad Rasullullah SAW dimakamkan oleh keluarga Baginda. Di situ juga dimakamkan kedua sahabat, Abu Bakar (Khalifah Pertama) dan Umar (Khalifah Kedua) yang dimakamkan berdampingan dengan makam Rasulullah SAW. Video di bawah menunjukkan makam sebenar rasulullah.




Atau boleh lihat video itu di sini

Thursday, 19 November 2015

KISAH NABI IBRAHIM DAN SEEKOR KATAK


Diriwayatkan di dalam Sahih Bukhari, ketika Nabiyullah Ibrahim As. dilemparkan ke apinya Namrud maka Nabiyullah Ibrahim mengucapkan “Hasbiyallahu wani’mal wakiil”, Cukup bagiku Allah dan semulia-mulia tempat untuk bertawakkal.

Kalimat agung dari jiwa yang mulia ini merubah api sehingga turunlah firman Allah yang berbunyi “Kuuniy bardan wasalaaman ‘ala ibrahim”, jadilah sejuk dan dingin dan membawa kesejahteraan kepada Ibrahim wahai api. (al-Anbiya’ ayat 69).

Jadilah engkau wahai api sejuk dan membawa kesejahteraan bagi Ibrahim. Allah sudah ciptakan sifat api itu panas dan membakar sesuatu yang menyentuhnya, tapi Allah balikkan ketentuanNya kerana jiwa yang bermunajat, jiwa yang berdoa, jiwa yang mulia dengan Cahaya Allah Swt. Berbalik keadaan api menjadi sejuk.

Demikian indahnya sanubari dan jiwa yang memuliakan Allah, semakin besar kemuliaan Allah di dalam hatinya maka semakin ia membawa kemuliaan dalam kehidupan, bagi dirinya dan bagi sekitarnya.

Allah Swt. mengikat erat jiwa dan sanubari yang terikat pada para solihin. Dan bicara mengenai Nabi Ibrahim, sedemikian mulianya. Bukan untuk Nabi Ibrahim sendiri tapi orang-orang dan siapa pun yang mencintai Nabi Ibrahim As. turut termuliakan.

Diriwayatkan di dalam Syi’bul Iman oleh al-Imam Baihaqi, juga di dalam Tafsir Imam al-Qurthubi, ketika seekor katak tidak tahan melihat Nabi Ibrahim hendak dibakar oleh Raja Namrud, (padahal) tidak mampu berbuat apa-apa, ia hanya menaruh air di mulutnya. Berapakah besar mulutnya katak untuk memadamkan apinya Nabi Ibrahim? (Api menyala) lebih besar dari bukit, Katak mengambil air dari sungai dan melompat-lompat dan menyemburkan air itu ke api. Tidak berguna perbuatan katak itu, tidak akan dapat memadamkan api, tapi Yang Maha Melihat, (tetap) melihat!

Allah Swt. melihat jiwa seekor katak yang kecil yang tidak dilihat oleh makhluk lainnya.

Allah Swt. tahu niat dari hambaNya yang kecil itu. Cintanya kepada Nabiyullah Ibrahim dan niatnya menyelamatkan Nabi Ibrahim (padahal Nabi Ibrahim sudah dilindungi oleh Allah) maka Allah mengharamkan katak untuk dibunuh sampai akhir zaman. Semua katak, padahal ini perbuatan satu saja. Yang berbuat satu, semua katak sampai akhir zaman haram dibunuh.

Sampai diriwayatkan lebih dari 20 hadis, pelarangan Nabi Saw. membunuh katak, sehingga para sahabat datang kepada Rasul Saw. mengajukan pertanyaan: “Ada katanya jenis ubat tapi diambil dari katak, harus membunuh katak?” Rasulullah Saw. melarangnya: “Jangan jadikan perubatan dari katak.” Kenapa? kerana katak dilindungi sampai akhir zaman. Kenapa? satu diantaranya pernah ingin menyelamatkan Nabi Ibrahim As.

Lihatlah betapa Allah menghargai keinginan mulia, walaupun tidak mampu berbuat apa-apa, walaupun tidak mampu merubah keadaan, tetapi hal itu dihargai oleh Allah dan dilihat.

Lebih-lebih lagi orang-orang yang mencintai Sayyidina Muhammad Saw., Pemimpin Para Nabi dan Rasul. Dan orang-orang yang membantu apa-apa yang diperjuangkan oleh Rasulullah Saw.

Barangkali perbuatannya tidak bererti, tapi itu usaha yang dihargai oleh Allah Swt. Wallahu`alam

(Saduran Tausiyah Sayyidil Habib Mundzir Al-Musawa)

SAYIDINA UMAR DAN PENGEMBALA KAMBING


Pada zaman pemerintahan Saidina Umar Al-Khattab, ada seorang pemuda yang bekerja sebagai pengembala kambing. Pemuda tersebut adalah seorang hamba sahaya yang amanah dan jujur. Kedua-dua orang tuanya telah meninggal dunia, dan dia hidup sebatang kara, yatim piatu serta hamba sahaya pula.

Setiap hari pemuda tersebut mendaki bukit bakau dan merentasi padang rumput untuk menghalau kambing-kambing milik majikannya dari satu lembah ke satu lembah lain. Dia menjaga kambing-kambing tersebut dengan baik dan amanah seolah-olah kambing kepunyaan sendiri.

Kemudian, suatu hari  Amirul Mukminin Umar bin Khattab ditemani Abdullah bin Dinar berjalan bersama dari Madinah menuju Makkah. Di tengah perjalanan beliau bertemu dengan anak gembala. Lalu timbul dalam hati Khalifah Umar untuk menguji sejauh mana kejujuran si anak gembala itu. Khalifah Umar pun mendekati pemuda pengembala itu, seraya berkata: " Sungguh banyak kambing yang kamu pelihara, lagi pula sangat bagus dan gemuk-gemuk semuanya. Oleh karena itu kamu juallah kepadaku. Saya menginginkan seekor darinya yang gemuk dan bagus."

Mendengar kata-kata demikian, pengembala tersebut menjawab: "Kambing-kambing ini bukanlah milik saya, tetapi milik majikan saya. Saya hanyalah seorang hamba dan pengembala yang mengambil upah saja."
Umar bin Khattab berkata lagi, ''Katakan saja nanti pada tuanmu, kambing itu dimakan serigala.''

Anak gembala tersebut diam sejenak, ditatapnya wajah Amirul Mukminin, lalu keluar dari bibirnya perkataan yang menggetarkan hati Khalifah Umar, ''Fa ainallah?''… ''Fa ainallah?''…(Dimana Allah? Dimana Allah?”) anak itu mengulang-ulang. (Kurang lebih maknanya adalah, ''''Jika Tuan menyuruh saya berbohong, lalu di mana Allah? Bukankah Allah Maha Melihat? Apakah Tuan tidak yakin bahwa siksa Allah itu pasti bagi para pendusta?"")

Umar bin Khattab adalah seorang khalifah, pemimpin umat yang sangat berwibawa lagi ditakuti, dan tak pernah gentar menghadapi musuh. Akan tetapi, menghadapi anak gembala itu beliau gemetar, kagum, sekaligus bahagia memiliki rakyat yang taat kepada Allah SWT.

Seketika, Umar bin Khattab pun menangis dan mendakap anak itu. Kemudian beliau minta ditunjukan rumah majikannya. Tak lama, Umar bin Khattab membeli anak gembala itu dan kambing-kambingnya dari majikannya. Lalu, dia memerdekakan anak gembala itu dan menghadiahkan seluruh kambing itu sebagai balasan atas sifat amanah dan keimanannya.

Sunday, 27 September 2015

"JAGA-JAGA, TERGELINCIR"❗


Numan bin Tsabit atau yang biasa kita kenal dengan Abu Hanifah rahimahullah, atau terkenal disebut Imam Hanafi, pernah berjalan bertentang arah dengan seorang budak kecil yg berjalan mengenakan terompah kayu.

Sang imam berkata : "Jaga-jaga, Nak dengan terompah kayumu itu, jangan sampai kau tergelincir".

Budak ini pun tersenyum dan mengucapkan terima kasih atas perhatian Abu Hanifah.

"Bolehkah saya tahu namamu, Tuan?" tanya si budak kecil itu tadi.

"Nu'man namaku", jawab sang imam.

"O.. jadi, tuankah yang selama ini terkenal dengan gelaran Al-Imam Al-A'dhom (Imam agung) itu..??", tanya si budak.

"Bukan aku yang memberi gelaran itu, Masyarakatlah yang berprasangka baik dan memberi gelar itu kepadaku", jawab sang Imam.

"Wahai sang Imam, berhati - hatilah dengan gelaranmu. Jangan sampai tuan tergelincir ke neraka kerana gelar itu. Terompah kayuku ini mungkin hanya menggelincirkanku di dunia. Tetapi gelaranmu itu dapat menjerumuskan kamu ke dalam api yang kekal JIKA KESOMBONGAN dan KEANGKUHAN menyertainya."

Ulama besar yang diikuti banyak umat Islam itupun tersungkur menangis menerima nasihat 'tajam' dr seorang budak kecil.

Imam Abu Hanifah rahimahullah (Hanafi) bersyukur. Siapa sangka, peringatan yg begitu dalam maknanya, justru datang dari lidah seorang budak.

Betapa banyak manusia yang tertipu kerana PANGKAT, tertipu kerana KEDUDUKAN, tertipu kerana GELARAN atau TITLE, tertipu kerana POSISI YG 'DIMULIAKAN', tertipu kerana STATUS SOSIAL, tertipu kerana sebutan gelar HAJI/HAJJAH, USTADZ, AL MUKARROM, SYAIKH) dan sebagainya.

Mari berhati-hati dan TERUS SALING MENGINGATKAN..
Agar jangan sampai kita tergelincir...
Jangan sampai kita menjadi angkuh dan sombong kerana gelaran,pangkat, status sosial dan  kebesaran di dunia...

Ketahuilah...
"TIDAK AKAN MASUK SYURGA orang yang dalam hatinya ada sifat sombong, walaupun hanya seberat biji sawi"
(Hadits Riwayat Muslim).

JANGAN MEREMEHKAN NASEHAT,WALAUPUN DATANGNYA DR SEORANG 'BUDAK HINGUSAN'.

"Perhatikan APA yg disampaikan dan jangan melihat SIAPA yg menyampaikan".

Sunday, 20 September 2015

KENAPA BILA MATI MATA TERBUKA?


Mati adalah sesuatu yang pasti. Mati bukan perkara kecil, malah ia dinamakan sebagai kiamat kecil. Mati bermaksud, ruh keluar dari jasad, maka tinggallah jasad yang kaku, tidak bergerak lagi.

Ketika keluarnya ruh dari jasad, kesakitannya teramat sangat. Kesakitan ruh keluar dari jasad, diumpamakan seperti kayu yang berduri ditarik dari kapas yang basah. Betapa susahnya kayu berduri di tarik dalam kapas yang basah, begitulah susahnya ruh yang keluar dari jasad.

Apabila ruh itu sangat susah hendak keluar dari jasad, sudah pasti ketika ruh ditarik keluar oleh malaikat maut, mata manusia itu akan sama-sama mengikut perjalanan keluar ruh. Ekoran itulah, kita akan dapati kebiasaan orang yang meninggal dunia, mata mereka akan terbuka.

Perkara ini, diakui sendiri oleh wahyu menerusi lidah nabi SAW yang bersabda;

إِذَا حَضَرْتُمْ مَوْتَاكُمْ فَأَغْمِضُوا الْبَصَرَ فَإِنَّ الْبَصَرَ يَتْبَعُ الرُّوحَ

Maksudnya;
”apabila kamu menghadiri kematian seseorang kamu, maka pejamkanlah mata si mati, kerana matanya mengikuti ruhnya[Sunan Ibni majah : 1445]”

Apabila kita membaca hadis ini, sedikit sebanyak kita dapat bayangkan betapa susahnya ruh mahu berpisah dari jasad. Kesusahan dizahirkan oleh Allah dihadapan para manusia yang masih hidup dengan diperlihatkan mata si mati yang terbuka sejurus kematian.

Kesusahan ruh keluar dari jasad ini, tidak sekadar berlaku kepada orang-orang yang jahat sahaja, malah ia berlaku kepada semua manusia, termasuk manusia yang baik.

Cuba bayangkan, jika manusia itu jahat, dengan melazimkan diri dengan maksiat kepada Allah SWT, lalu dia mati dalam keadaan sedang melakukan maksiat, sudah pasti dia ditimpa kesakitan yang berganda. Saat kematian dia berhadapan dengan kesakitan. Saat di alam barzakh nanti pun, dia ditimpa kerungsingan hidup yang tidak berkesudahan.

Justeru, tidak hairanlah pada mereka yang meletakkan keyakinan terhadap Allah dan Rasul-Nya akan bercita-cita mahu mati syahid, mati dalam berperang untuk menaikkan kalimah Allah yang paling tinggi. Ini kerana, mati syahid adalah mati yang diberikan nikmat oleh Allah SWT kepada sesiapa yang Dia mahu. ia adalah mati terpilih, yang tidak ditimpakan sebarang sakit yang kuat, malah ia merupakan mati yang dikehendaki orang yang syahid itu agar dia dimatikan berkali-kali.

Sabda Nabi SAW;

مَا مِنْ أَحَدٍ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ يُحِبُّ أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا وَأَنَّ لَهُ مَا عَلَى الْأَرْضِ مِنْ شَيْءٍ غَيْرُ الشَّهِيدِ فَإِنَّهُ يَتَمَنَّى أَنْ يَرْجِعَ فَيُقْتَلَ عَشْرَ مَرَّاتٍ لِمَا يَرَى مِنْ الْكَرَامَةِ

Maksudnya;
”tidak seorang pun yang masuk syurga, bahawa dia mahu kembali ke dunia. Baginya mempunyai apa-apa pun melainkan syahid. Ini kerana, dia berkehendak kembali ke dunia lalu dibunuh sebanyak 10 kali disebabkan melihat karamah (kemuliaan)[Sahih Muslim : 3489]”

Jika dilihat kepada mati selain syahid, manusia yang mati terasa perit dengan kematian. Adapun mati syahid, keperitan dengan kematian tidak berlaku, bahkan yang wujudnya adalah keinginan dimatikan berkali-kali, lantaran keenakkan mati tersebut.

Itu bagi kematian yang disifatkan sebagai syahid, tetapi keadaannya amat berbeda dengan kematian biasa. Kematian biasa, dihadapi dengan kesakitan yang amat sangat sehingga sampai satu tahap, apabila mereka mati, mata mereka akan terbuka lantaran mengikut ruh keluar dari jasad.

Dalam pesanan Nabi SAW, apabila didapati seseorang yang mati itu matanya terbuka, maka hendaklah manusia yang hidup itu menutup matanya tersebut.

Semasa menutupkan mata si mati tersebut, digalakkan semasa menutup itu membaca beberapa doa. Antara lain disebut oleh seorang ulama salaf, Bakr bin Abdillah Al-Muzani dengan katanya, ”apabila kamu mahu menutupkan mata si mati, maka hendaklah kamu membaca;

بسم الله و علي ملة رسول الله (ص), اللهم صل علي محمد و على اله وصحبه أجمعين

Maksudnya;
“Dengan Nama Allah, dan terhadap Rasulullah SAW. Ya Allah, selawatkanlah ke atas Nabi Muhammad SAW, juga terhadap ahli kelurga dan sahabat baginda seluruhnya[At-Tazkirah : 38]”

”Cara menutupkan mata mayat itu pula, hendaklah ditutup ketika mayat itu terbukti telah meninggal dunia” jelas Imam Abu Daud.

Sumber : Kitab At Tadzkirah Bi Ahwal Al Mauta Wa Umur Al Akhirah Karangan Imam Al Qurtubi.



Saturday, 19 September 2015

KISAH NADHLAH BIN MU'AWIYAH DENGAN PENGHUNI GUNUNG


     Ibnu Umar r.a. berkata, “Umar r.a. telah menulis surat kepada Saad bin Abi Waqas r.a. di Qadisiyah, surat tersebut berbunyi: perintahkan kepada Nadhlah bin Mu’awiyah supaya membawa satu pasukan ke Hulwan” 

     Sebaik sahaja Saad menerima arahan tersebut maka beliau dengan segera menagarahkan Nadhlah membawa 300 orang tentera untuk menawan Hulwan. Apabila sampai di sana dengan izin Allah swt maka dapatlah Nadhlah dan tenteranya menawan dengan mudah kota tersebut. Banyaklah tawanan dan harta perang yang diperolehi. 

     Apabila masuk waktu solat Nadhlah dan tenteranya pergi ke daratan di tepi bukit, lalu Nadhlah memulakan azan. Ketika Nadhlah mengucap : “Allahu akbar, Allahu akbar”, maka dengan tiba-tiba kedengaran suara dari bukit itu berkata: “Engkau telah mengagungkan Yang Maha Esa wahai Nadhlah” 

Nadhlah meneruskan azan dengan menyebut:“Asyhadu Alla Illaha Illallah”

Suara dari bukit itu berkata lagi: “Itulah kalimat ikhlas wahai Nadhlah”

Nadhlah meneruskan azan dengan menyebut:“Asyhadu Anna Muhammada Rasullullah”

Suara dari bukit itu berkata lagi: “Dialah yang telah diberitahu kepada kami oleh Isa a.s.”

Nadhlah meneruskan azan dengan menyebut:“Hayya Alas Solah”

Suara dari bukit itu berkata lagi: “Untunglah sesiapa yang rajin menunaikannya”

Nadhlah meneruskan azan dengan menyebut:“Hayya Alal Falah”

Suara dari bukit itu berkata lagi: “Sungguh beruntung orang yang menyambut Nabi Muhammad s.a.w. dan itulah jaminan kekalnya umat Muhammad s.a.w.”

Nadhlah meneruskan azan dengan menyebut:“Allahu akbar, Allahu akbar, La Illaha Illallah!”

Kata suara dari bukit itu lagi: “Ikhlas benar kamu wahai Nadhlah, Allah swt telah megharamkan jasad kamu dari api neraka”

     Setelah Nadhlah selesai mengalunkan azan maka dia pun berkata: “Siapakah kamu yarhamuka Allah, adakah kamu malaikat, jin atau hamba Allah (manusia). Kamu telah memperengarkan kepada kami suara kamu, maka tunjukkanlah kepada kami rupamu itu. Kami ini adalah utusan dari Allah, Rasullullah dan Umar bin al-Khattab”

     Selepas Nadhlah berkata demikian maka dengan tiba-tiba muncul seorang lelaki tua yang berjanggut putih dan berpakaian shuf lalu berkata: “Assalamualaikum warah matullahi wa barakatuh.”

     Jawab Nadhlah: “Waalaikas salam warahmah, siapakah kamu semoga Allah memberi rahmat kepada kamu”

     Orang tua itu berkata: “Sebenarnya aku ini adalah Zarnab bin Bar’ala pesuruh Nabi Isa AS, saya ditempatkan di bukit ini dan didoakan umur saya panjang sehingga turunnya Nabi Isa AS dari langit. Saya tidak dapat berjumpa dengan Muhammad s.a.w. namun begitu sampaikan salam saya kepada Umar dan katakan kepadnya: “Wahai Umar, bersederhanalah kamu dan mudahkan segala sesuatu sebab hari Kiamat itu terlalu dekat. Dan katakan kepada Umar kalau terjadi beberapa perkara kepada umat Muhammad s.a.w., maka hendaklah segera lari, segeralah lari… antaranya: 

1. Kalau lelaki membuat hubungan sesama lelaki ( homoseks ). 

2. Kalau perempuan membuat hubungan sesama perempuan ( lesbian ).

3. Mereka bernasab kepada bukan keturunan mereka. 

4. Apabila orang yang tua tidak sayang lagi kepada orang yang muda. 

5. Apabila orang yang muda tidak hormat lagi kepada orang yang tua. 

6. Apabila orang mula meninggalkan amal makruf dan melakukan perkara yang munkar. 

7. Apabila orang yang belajar ilmu semata-mata untuk mendapatkan wang. 

8. Turunnya hujan di musim kemarau. 

9. Apabila anak-anak menyebabkan kedukaan kedua orang tuanya. 

10. Apabila berkurangnya orang yang mengenang budi. 

11. Apabila betambahnya orang yang tidak mengenang budi. 

12. Apabila manusia berlumba-lumba membina rumah. 

13. Apabila manusia menurutkan hawa nafsunya. 

14. Apabila manusia menukarkan agama dengan dunia. 

15. Apabila manusia tidak mengambil berat tentang pertumpahan darah. 

16. Apabila manusia gemar memutuskan tali persaudaraan. 

17. Apabila manusia mula menjual hukum. 

18. Apabila manusia mula meninggikan bangunan menara dan memperhiasi bentuk mushaf dan masjid namun ia tidak digunakan sebetulnya. 

19. Apabila rasuah berleluasa. 

20. Apabila manusia gemar memakan riba’ 

21. Apabila orang kaya dimuliakan. 

22. Apabila wanita-wanita dapat berkenderaan sendiri”

Kata Nadhlah lagi: “Setelah orang tua itu memberi nasihat tersebut maka dia pun pergi menghilangkan diri.” 

     Wahai saudara-saudari yang beraqidah akan keimanan kepada hari akhirat sekelian kalau kita perhatikan 22 nasihat tersebut yang diterangkan di atas, maka kita dapat mengatakan kesemuanya itu telah pun dan sedang berlaku, yang cuma belum berlaku ialah KIAMAT. Kiamat itu adalah rahsia Allah, kita tidak perlu menghitungnya. Yang perlu kita lakukan ialah takutlah kepada Allah dan menjauhkan segala larangan dan melakukan segala arahanNya.

Sumber : Kitab At Tadzkirah Bi Ahwal Al Mauta Wa Umur Al Akhirah Karangan Imam Al Qurtubi.



Wednesday, 16 September 2015

KISAH PERTEMUAN PARA PELAYAR DENGAN DAJJAL


Diriwayatkan dari Amir bin Syarahil Asy-Syabi, bahwa ia pernah bertanya kepada Fathimah binti Qais Radhiyallahu Anha, Beritakanlah kepadaku sebuah hadits yang pernah engkau dengar dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan janganlah engkau beritakan kepada orang lain.

Fathimah menjawab, Jika engkau berkehendak, saya akan memberitahukannya kepadamu. Amir berkata, Tentu aku sangat ingin mengetahuinya, beritakanlah kepadaku. Fathimah berkata, Suatu hari aku mendengar suara muadzin Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam untuk melaksanakan shalat berjamaah, maka aku pun berangkat ke masjid dan shalat bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Aku shalat pada shaf wanita yang ada di belakang kaum laki-laki. Ketika shalat sudah selesai, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam duduk di mimbar sambil tersenyum, lalu beliau bersabda, Hendaklah setiap orang tetap berada di tempat shalatnya.

Kemudian beliau bertanya, Tahukah kalian kenapa aku mengumpulkan kalian?Para shahabat menjawab, Hanya Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Demi Allah, sesungguhnya aku mengumpulkan kalian bukanlah untuk suatu kabar gembira atau kabar buruk, akan tetapi aku mengumpulkan kalian karena Tamim Ad-Dari, yang dahulunya seorang laki-laki pemeluk agama Nasrani kini telah memeluk Islam dan berbaiat kepadaku. Ia telah mengatakan sesuatu yang pernah aku katakan kepada kalian tentang Al-Masih Dajjal. Ia mengisahkan perjalanannya kepadaku bahwa ia berlayar dengan sebuah kapal laut bersama 30 orang laki-laki dari kabilah Lakham dan Judzam. Kemudian mereka terombang-ambing oleh ombak selama satu bulan. Hingga mereka terdampar di sebuah pulau di tengah laut di daerah tempat terbenamnya matahari. Lalu mereka istirahat di suatu tempat yang dekat dengan kapal.

Kemudian, mereka mendarat di pulau tersebut dan bertemu dengan seekor binatang yang berbulu lebat, sehingga mereka tidak dapat memperkirakan mana ekornya dan mana kepalanya, karena tertutup oleh bulunya yang terlalu banyak.

Mereka berkata, Celaka, dari jenis apakah kamu ini.

Ia menjawab, Saya adalah Al-Jassasah.

Mereka bertanya, Apakah Al-Jassasah itu?

Tanpa menjawab pertanyaan mereka, lalu ia berkata, Wahai orang-orang, lihatlah seorang laki-laki yang berada di rumah terpencil itu. Sesungguhnya ia sangat ingin mendengarkan informasi dari kalian!

Tamim Ad-Dari berkata, Ketika ia menjelaskan kepada kami tentang laki-laki itu, kami pun terkejut kerana kami mengira bahwa ia adalah syaitan. Lalu kami segera berangkat sehingga kami memasuki rumah tersebut, di sana terdapat seorang manusia yang paling besar (yang tidak pernah kami lihat sebelumnya) dalam keadaan terikat sangat kuat. Kedua tangannya terikat ke pundaknya, serta antara dua lutut dan kedua mata kakinya terbelenggu dengan besi.

Kami berkata, Celaka, siapakah kamu ini? Ia menjawab, Takdir telah menentukan bahwa kalian akan menyampaikan informasi kepadaku, maka kabarkanlah kepadaku siapakah kalian ini?

Mereka menjawab, Kami adalah orang-orang Arab yang berlayar dengan sebuah kapal, tiba-tiba kami menghadapi sebuah laut yang berguncang, lalu kami terombang-ambing di tengah laut selama satu bulan, dan teradamparlah kami di pulau ini. Lalu kami duduk di tempat yang terdekat dengan kapal, kemudian kami masuk pulau ini, maka kami bertemu dengan seekor binatang yang sangat banyak bulunya yang tidak dapat diperkirakan mana ekor dan mana kepalanya karena banyak bulunya.

Maka kami berkata, Celaka, apakah kamu ini?

Ia menjawab, Saya adalah Al-Jassasah.

Kami bertanya, Apakah Al-Jassasah itu?

Tanpa menjawab pertanyaan kami, ia berkata, Wahai orang-orang, lihatlah seorang laki-laki yang berada di rumah terpencil itu. Sesungguhnya ia sangat ingin mendengarkan informasi dari kalian!

Lalu kami segera menuju tempat kamu ini dan kami terkejut bercampur takut karena mengira bahwa ia adalah setan.

Laki-laki besar yang terikat itu mengatakan, Beritakanlah kepada saya tentang pohon-pohon kurma yang ada di daerah Baisan?[1]

Kami bertanya, Apa yang ingin kamu ketahui tentangnya?

Ia berkata, Saya menanyakan apakah pohon-pohon kurma itu berbuah?

Kami menjawab, Ya.

Ia berkata, Adapun pohon-pohon kurma itu maka hampir saja tidak akan berbuah lagi.

Kemudian ia mengatakan, Beritakanlah kepadaku tentang danau Tiberia.

Mereka berkata, Apa yang ingin kamu ketahui tentangnya?

Ia bertanya, Apakah ia masih tetap berair?

Mereka menjawab, Airnya masih banyak.

Ia berkata, Adapun airnya, maka hampir saja akan habis.

Kemudian ia berkata lagi, Beritakanlah kepada saya tentang mata air Zugar.[2]

Mereka menjawab, Apa yang ingin kamu ketahui tentangnya?

Ia bertanya, Apakah di sana masih ada air dan penduduk di sana masih bertani dengan menggunakan air dari mata air Zugar itu?

Kami menjawab, Benar, ia berair banyak dan penduduknya bertani dari mata air itu.

Lalu ia berkata lagi, Beritakanlah kepadaku tentang nabi yang ummi (tidak bisa tulis baca), apa sajakah yang sudah ia perbuat?

Mereka menjawab, Dia telah keluar dari Makkah dan bermukim di Yatsrib (Madinah).

Lalu ia bertanya, Apakah ia diperangi oleh orang-orang Arab?

Kami menjawab, Ya.

Ia bertanya, Apakah yang ia lakukan terhadap mereka?

Maka kami memberitahukan kepadanya bahwa Nabi itu telah menundukkan orang-orang Arab yang bersama dengannya dan mereka menaatinya.

Lalu ia berkata, Apakah itu semua telah terjadi?

Kami menjawab, Ya.

Ia berkata, Sesungguhnya adalah lebih baik bagi mereka untuk menaatinya dan sungguh aku akan mengatakan kepada kalian tentang diriku. Aku adalah Al-Masih Dajjal, dan sesungguhnya aku hampir saja diizinkan untuk keluar. Maka aku akan keluar dan berjalan di muka bumi dan tidak ada satu pun negeri kecuali aku memasukinya dalam waktu 40 malam selain Makkah dan Thaibah, kedua negeri itu terlarang bagiku. Setiap kali aku ingin memasuki salah satu dari negeri itu maka aku dihadang oleh malaikat yang ditangannya ada pedang berkilau dan sangat tajam untuk menghambatku dari kedua negeri tersebut. Dan di setiap jalan-jalan yang ada di kota Madinah terdapat malaikat yang menjaganya.

Fathimah berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda sambil menghentakkan tongkatnya di atas mimbar, Inilah Thaibah, inilah Thaibah, inilah Thaibah (maksudnya kota Madinah). Bukankah aku sudah menyampaikan kepada kalian tentang hal itu? Para shahabat menjawab, Benar. Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Saya tertarik dengan apa yang dikatakan oleh Tamim Ad-Dari, karena ia bersesuaian dengan apa yang pernah aku sampaikan kepada kalian tentang dia (Dajjal) dan tentang Madinah dan Makkah. Ketahuilah, tempatnya (Dajjal) terletak di laut Syam atau laut Yaman. Ia datang dari arah timur, dari arah timur, dari arah timur. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengisayaratkan tangannya ke arah timur. Fathimah berkata, Hadits ini yang saya hafal dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. (HR. Muslim)

[1] Baisan merupakan kota yang terletak di sebuah lembah yang berada di sebelah barat telaga Yordan, tepatnya di sebelah barat daya Tiberia.

[2] Zugar adalah salah satu desa di negeri Syam yang terletak di daerah pantai laut mati. Ibnu Al-Atsir mengatakan, Zugar adalah mata air yang ada di negeri Syam yang berada di tanah yang subur. Sebagian pendapat ada yang menyebut laut mati dengan danau zugar, yang disandarkan kepada oasis yang ada di dekat laut itu.

Sumber : Kitab At Tadzkirah Bi Ahwal Al Mauta Wa Umur Al Akhirah Karangan Imam Al Qurtubi.

Monday, 17 August 2015

SIAPAKAH ASIF BIN BARKHIYA?


Asif bin Barkhiya (آصف بن برخيا), Asif dengan huruf sod (ص) bukan sin (س). Beliau ialah anak saudara (belah perempuan) Nabi Sulaiman ASW atau sepupunya. Bertugas sebagai penulis di zaman pemerintahan Nabi Sulaiman ASW sekaligus menteri. Juga sebagai kawan rapat dan pengawal Nabi Sulaiman yang sentiasa mengikut ke mana Nabi Sulaiman pergi dan beliau antara perunding/jurucakap utama bagi kerajaan Nabi Sulaiman ASW.


Seorang yang soleh, abid dan dikatakan mengetahui Ismu Allah yang Maha Agung sehingga amat mustajab doanya. Setengah riwayat nama beliau ialah Astum (أسطوم), Yalikha (يليخا), Natura (ناطورا), Asaf (أساف), Barkiyah (بركية), dalam Ibrani disebut Benyahu (بنياهو). Manusia dari kaum Bani Israel bukan golongan jin.
Beliaulah yang memindahkan Istana Ratu Balqis dari Kerajaan Saba’, Yaman ke Palestin dengan doanya yang mengandungi Ismu Allah yang Maha Agung. Kisah ini dirakamkan dalam al-Quran, Surah al-Naml ayat 38-41:


قَالَ يَا أَيُّهَا الْمَلأ أَيُّكُمْ يَأْتِينِي بِعَرْشِهَا قَبْلَ أَنْ يَأْتُونِي مُسْلِمِينَ (٣٨) قَالَ عِفْريتٌ مِنَ الْجِنِّ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ تَقُومَ مِنْ مَقَامِكَ وَإِنِّي عَلَيْهِ لَقَوِيٌّ أَمِينٌ (٣٩) قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ (٤٠) قَالَ نَكِّرُوا لَهَا عَرْشَهَا نَنْظُرْ أَتَهْتَدِي أَمْ تَكُونُ مِنَ الَّذِينَ لا يَهْتَدُونَ (٤١)


Ertinya: Nabi Sulaiman berkata pula (kepada golongan bijak pandainya): “Wahai pegawai-pegawaiku, siapakah di antara kamu Yang dapat membawa kepadaKu singgahsananya sebelum mereka datang mengadapku Dalam keadaan berserah diri memeluk Islam?” ۝berkatalah Ifrit dari golongan jin: “Aku akan membawakannya kepadamu sebelum Engkau bangun dari tempat dudukmu, dan Sesungguhnya Aku amatlah kuat gagah untuk membawanya, lagi amanah”. ۝ berkata pula seorang Yang mempunyai ilmu pengetahuan dari Kitab Allah: “Aku akan membawakannya kepadamu Dalam sekelip mata!” setelah Nabi Sulaiman melihat singgahsana itu terletak di sisiNya, berkatalah ia: “Ini ialah dari limpah kurnia Tuhanku, untuk mengujiku Adakah Aku bersyukur atau Aku tidak mengenangkan nikmat pemberianNya. dan (sebenarnya) sesiapa Yang bersyukur maka faedah syukurnya itu hanyalah terpulang kepada dirinya sendiri, dan sesiapa Yang tidak bersyukur (maka tidaklah menjadi hal kepada Allah), kerana Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya, lagi Maha Pemurah”. ۝ Nabi Sulaiman berkata pula (kepada orang-orangnya): “Ubahkanlah keadaan singgahsananya itu, supaya kita melihat Adakah ia dapat mencapai pengetahuan Yang sebenar (untuk mengenal singgahsananya itu) atau ia termasuk Dalam golongan Yang tidak dapat mencapai pengetahuan Yang demikian”.۝

Mula-mula jin ifrit yang menawar diri tapi masih lambat kerana Asif menawar diri dengan kerlipan mata Nabi Sulaiman saja sudah sampai Istana Balqis. Ini menunjukkan bila mana seorang manusia itu menjadi seorang yang alim, soleh dan berilmu maka ia akan menjadi lebih hebat dari jin. Kisah ini boleh dirujuk dalam kitab tafsir yang menjelaskan orang yang mempunyai ilmu pengetahuan dari kitab Allah ialah Asif bin Barkhiya.
Tentang apakah doanya itu, kata Mujahid r.h:
يا ذا الجلال والإكرام.
Manakala Zuhri r.h berkata:
يا إلَهَنَا وَإلَهَ كُلِّ شَيْءٍ، إلَهًا وَاحِدًا، لا إله إلا أنت، اِئْتِنِي بِعَرْشِهَا.
Ertinya: Wahai Tuhan kam, tuhan kepada semua makhluk, tuhan yang esa, tiada tuhan selain Allah. Datangkan kepadaku istana Balqis.
Dari kisah ini juga dapat kita ambil pelajaran bahawa kadang-kadang dalam berdakwah memerlukan ‘izzah’ bukan mesti ‘undur-bersedia’, bukan semestinya ‘pantang mak datuk’. Dengan ‘izzah’ tertunduknya sebuah kerajaan kafir kepada kerajaan Islam Nabi Sulaiman ASW.
Balqis ialah Balqis binti Syarahil (بلقيس بنت شراحيل) yang memerintah Yaman pada kurun ke 10 sebelum Masehi dan menjadikan Saba’ sebagai ibu kotanya. Kerajaan ini menyembah matahari, melalui risikan salah seorang tentera Nabi Sulaiman iaitu burung hud-hud baginda Nabi mengetahui wujudnya kerajaan besar di Yaman Selatan. Sekarang masih terdapat puing-puing istana Balqis dan juga masih wujud golongan jin dari zaman Balqis menetap disana.

KISAH NABI ISA AS MENGHIDUPKAN MAYAT YANG TIDAK AMANAH


Semasa Nabi Isa berjalan di satu kawasan perkuburan, ia terdengar suara dari dalam satu kubur suara lelaki yang menjerit-jerit meminta tolong dan dalam kesakitan yang amat sangat. Nabi Isa ingin mengetahui apakah yang telah terjadi kepadanya Sebagaimana yang kita tahu nabi Allah Isa mempunyai mukjizat boleh menghidupkan orang yang sudah mati. Maka nabi Allah Isa pun memohon doa kepada Allah SWT sambil menadahkan tangannya ke langit supaya menghidupkan lelaki tersebut.

Doanya dimakbul oleh Allah SWT, maka terbelah kubur itu dan keluarlah seorang lelaki yang sedang terbakar menjerit-jerit meminta tolong. Melihat akan keadaan lelaki tersebut, maka ditanya oleh nabi Isa kepada lelaki itu : Apakah kamu tidak sembahyang sehingga kamu diseksa sebegini. lelaki itu menjawab bahawa ia tidak meninggalkan sembahyang. ditanya lagi oleh nabi Isa : Adakah kamu tidak berpuasa lelaki itu menjawab : Saya berpuasa dan lelaki itu pun berkata sesungguhnya ia taat akan perintah Allah SWT. Maka ditanya oleh nabi Isa lagi : Apakah yang kamu lakukan sehingga kamu diseksa sebegitu rupa? Maka berceritalah lelaki itu : Saya bekerja sebagai penjual kayu api dan saya akan mencari kayu api di hutan dan menjualkannya kepada sesiapa yang hendak membelinya.

Maka pada suatu hari datanglah seorang pembeli menemuinya utk membeli kayu api lalu diberinya wang dan disuruhnya hantar ke rumahnya . Maka pergilah saya mencari kayu dihutan dan apabila sudah dapat seberkas kayu di ikatnya elok-elok dan pergi lah saya hendak menghantar ke rumah si pembeli itu.

Dipertengahan jalan, saya merasa lapar dan teruslah saya berhenti untuk makan. Selepas itu saya pun meneruskan perjalanan ke rumah pembeli kayu itu. Sedang saya berjalan, saya terasa ada sisa makanan yang terselit dicelah gigi saya. Maka dicuba berbagai cara mengeluarkannya dgn lidah tetapi tak berjaya. Kemudian dicubanya dengan menggunakan kukunya tetapi tak berjaya juga. Akhirnya saya pun dengan menggunakan kuku saya mencungkil kayu api yang dipikul itu utk dibuat mencungkil gigi.

Akhirnya dapatlah mengeluarkannya, lalu saya teruskan perjalanan dan setelah sampai ke rumah si pembeli itu, saya pun menyerahkan kayu api itu dan terus pulang. Oleh kerana saya tidak meminta halal akan kayu yang saya cungkil dengan kuku saya tu, maka saya diseksa selama 70 tahun sebagaimana yang tuan lihat. Saya menyangka Allah tidak melihat akan perkara yang sekecil ini. Wallahualam.

Sumber : Kitab At Tadzkirah Bi Ahwal Al Mauta Wa Umur Al Akhirah Karangan Imam Al Qurtubi.

KISAH WALI MENGHITUNG USIA DAN DOSA


Kisah seorang wali bernama Amiya yang ketika itu berusia 60 tahun. Beliau seorang yang terlalu banyak ibadahnya dan terlalu dekat dirinya dengan jalan agama. Kerana terlalu takut dengan dosa, wali ini benar-benar gelisah dengan usianya yang semakin tua. Dibenaknya sentiasa terfikir sudah bersediakan dia untuk bertemu Maha Penciptanya.

Lantas wali ini menghitung-hitung hari-hari dalam hidupnya, dan dia mendapati bahawa hari-hari dalam hidupnya sudah pun berjumlah 21,600 hari. Lantas dia berkata kepada dirinya sendiri.

"Celaka aku, sekiranya aku melakukan satu dosa sahaja setiap hari, bagaimana aku dapat melarikan diri dari timbunan 21,600 dosa?"

Dia pun memekik lalu rebah ke tanah. Ketika orang-orang lain datang untuk membangunkannya, mereka dapati dia telah meninggal dunia.

Sumber : Kitab Kimiyyah Al Sa'adah Karangan Imam Ghazali

Friday, 24 July 2015

KISAH PEMUDA MENJUAL DIRI DAN HARTANYA KE JALAN ALLAH


Dalam suatu kisah yang dipaparkan Al Yafi’i dari Syeikh Abdul Wahid bin Zahid, dikatakan: Suatu hari ketika kami sedang bersiap-siap hendak berangkat perang, aku meminta beberapa teman untuk membaca sebuah ayat. Salah seorang lelaki tampil sambil membaca ayat Surah At Taubah ayat 111, yang artinya sebagai berikut :

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta
mereka dengan memberikan surga untuk mereka”

Selesai ayat itu dibaca, seorang anak muda yang berusia 15 tahun atau lebih bangkit dari tempat duduknya. Ia mendapat harta warisan cukup besar dari ayahnya yang telah meninggal. Ia berkata:”Wahai Abdul Wahid, benarkah Allah membeli dari orang-orang mu’min diri dan harta mereka dengan sorga untuk mereka?” “Ya, benar, anak muda” kata Abdul Wahid. Anak muda itu melanjutkan:”Kalau begitu saksikanlah, bahwa diriku dan hartaku mulai sekarang aku jual dengan surga.”

Anak muda itu kemudian mengeluarkan semua hartanya untuk disedekahkan bagi perjuangan. Hanya kuda dan pedangnya saja yang tidak. Sampai tiba waktu keberangkatan pasukan, ternyata pemuda itu datang lebih awal. Dialah orang yang pertama kali kulihat. Dalam perjalanan ke medan perang pemuda itu kuperhatikan siang berpuasa dan malamnya dia bangun untuk beribadah. Dia rajin mengurus unta-unta dan kuda tunggangan pasukan serta sering menjaga kami bila sedang tidur.
Sewaktu sampai di daerah Rom dan kami sedang mengatur siasat pertempuran, tiba-tiba dia maju ke depan medan dan berteriak:”Hai, aku ingin segera bertemu dengan Ainul Mardhiyah . .” Kami menduga dia mulai ragu dan pikirannya kacau, kudekati dan kutanyakan siapakah Ainul Mardiyah itu.

Ia menjawab: “Tadi sewaktu aku sedang mengantuk, selintas aku bermimpi. Seseorang datang kepadaku seraya berkata: “Pergilah kepada Ainul Mardiyah.” Ia juga mengajakku memasuki taman yang di bawahnya terdapat sungai dengan air yang jernih dan dipinggirnya nampak para bidadari duduk berhias dengan mengenakan perhiasan-perhiasan yang indah. Manakala melihat kedatanganku, mereka bergembira seraya berkata: “Inilah suami Ainul Mardhiyah . . . . .”

“Assalamu’alaikum” kataku bersalam kepada mereka. “Adakah di antara kalian yang bernama Ainul Mardhiyah?” Mereka menjawab salamku dan berkata: “Tidak, kami ini adalah pembantunya. Teruskanlah langkahmu” Beberapa kali aku sampai pada taman-taman yang lebih indah dengan bidadari yang lebih cantik, tapi jawaban mereka sama, mereka adalah pembantunya dan menyuruh aku meneruskan langkah.

Akhirnya aku sampai pada kemah yang terbuat dari mutiara berwarna putih. Di pintu kemah terdapat seorang bidadari yang sewaktu melihat kehadiranku dia nampak sangat gembira dan memanggil-manggil yang ada di dalam: “Hai Ainul Mardhiyah, ini suamimu datang . …”

Ketika aku dipersilakan masuk kulihat bidadari yang sangat cantik duduk di atas sofa emas yang ditaburi permata dan yaqut. Waktu aku mendekat dia berkata: “Bersabarlah, kamu belum diizinkan lebih dekat kepadaku, kerana ruh kehidupan dunia masih ada dalam dirimu.” Anak muda melanjutkan kisah mimpinya: “Lalu aku terbangun, wahai Abdul Hamid. Aku tidak sabar lagi menanti terlalu lama”.

Belum lagi percakapan kami selesai, tiba-tiba sekelompok pasukan musuh terdiri sembilan orang menyerbu kami. Pemuda itu segera bangkit dan menyerang mereka. Selesai pertempuran aku mencuba meneliti, kulihat anak muda itu penuh luka ditubuhnya dan berlumuran darah. Ia nampak tersenyum gembira, senyum penuh kebahagiaan, hingga ruhnya berpisah dari jasadnya untuk meninggalkan dunianya. 

Sumber : Kitab Tanbihul Ghafilin Karangan Syeikh Abu Laits As Samarqandi

RAHSIA NABI KHIDIR BERUMUR PANJANG


Ternyata ada suatu rahasia yang menyebabkan Nabi Khidir as masih hidup hingga sekarang ini. Tentu semua itu adalah kehendak Allah SWT terhadap hamba-Nya yang satu ini.
Kisah ini diriwayatkan oleh Ats-Tsa'labi dari Imam Ali ra.
Semoga dengan kisah ini akan lebih memantapkan keimanan kita kepada Allah SWT, bahwa jika Allah SWT berkehendak maka akan TERJADILAH. Tidak seorang pun yang mampu menghalanginya.

Pada zaman dahulu hiduplah seorang hamba Allah SWT yang melebihkan kepada dirinya dengan menjadi seorang raja. Dialah Raja Iskandar Zulkarnaen, yang namanya telah tersebut dalam Al Qur'an.
Pada tahun 322 SM, Raja Iskandar Zulkarnaen berniat mengadakan perjalanan untuk mengelilingi bumi dan Allah SWT mewakilkan salah satu malaikatnya yang bernama Rofa'il untuk menyertainya dalam perjalanan panjang itu.
Dialog Malaikat dan Raja Iskandar Zulkarnaen.
Karena ditemani oleh seorang malaikat, Raja Zulkarnaen banyak mengajukan pertanyaan seputar dunia dan akhirat serta isinya. Salah satu pertanyaan yang paling terkenal adalah tentang ibadah para malaikat di langit.
"Wahai Malaikat Rofa'il, ceritakanlah kepadaku tentang ibadahnya para malaikat yang ada di langit," tanya Raja Zulkarnaen.
"Para malaikat yang ada di langit ibadahnya ada yang berdiri tidak mengangkat kepala selama-lamanya, ada juga yang bersujud tidak mengangkat kepala selama-lamanya, ada pula yang rukuk tidak mengangkat kepala selama-lamanya," jawab Malaikat Rofa'il.
"Duh, alangkah senangnya hati ini seandainya aku dapat hidup bertahun-tahun lamanya untuk beribadah kepada Allah SWT," kata Raja Zulkarnaen.
"Wahai raja, sesungguhnya Allah SWT telah menciptakan sumber air di bumi. Namanya Ainul Hayat, artinya sumber air hidup. Maka barang siapa yang meminum airnya seteguk, maka ia tidak akan mati sampai hari kiamat atau jika ia memohon kepada Allah SWT untuk dimatikan," kata Malaikat Rofa'il.
"Apakah engkau tahu tempat Ainul Hayat itu wahai Malaikat Rofa'il?" tanya raja.
"Sesungguhnya Ainul Hayat itu berada di bumi yang gelap," jawab Malaikat Rofail.
Setelah Raja Zulkarnaen mendengar penuturan malaikat Rofa'il tentang Ainul Hayat itu, maka raja segera mengumpulkan para alim ulama pada saat itu. Sebelumnya, raja bertanya kepada mereka tentang letak Ainul Hayat, tapi mereka semua menjawab tidak tahu.
"Wahai para alim ulama, tahukah kalian dimanakah letak Ainul Hayat itu?" tanya raja.
"Kami tidak mengetahuinya wahai baginda, hanya Allah SWT yang Maha Mengetahui," jawab salah seorang ulama.
Di luar dugaan, dari pertanyaan Raja Zulkarnaen tersebut, ada salah seorang ulama yang mampu menjawab meski tidak sedetail letaknya.
"Sesungguhnya aku pernah membaca di dalam wasiat Nabi Adam as bahwa beliau berkata bahwa sesungguhnya Allah SWT meletakkan Ainul Hayat itu di bumi yang gelap," kata ulama itu.
"Dimanakah bumi yang gelap itu?" tanya raja.
"Yaitu di tempat terbitnya matahari," jawab orang alim ulama itu.
Kemudian Raja Zulkarnaen menyuruh para pengawalnya untuk menyiapkan segala keperluan untuk mencari dan mendatangi tempat Ainul Hayat itu.
"Kuda apa yang sangat tajam penglihatannya di waktu gelap?" tanya raja.
"Kuda betina yang masih perawan," jawab para sahabatnya.
Akhirnya raja mengumpulkan seribu kuda betina yang masih perawan dan ia memilih diantara 6 ribu tenteranya yang pandai serta ahli dalam mencambuk. Di antara para tentera itu, ada yang bernama Nabi Khidir as, bahkan beliau menjawat sebagai perdana menteri kala itu.

Setelah dirasa semua cukup dan siap, maka berangkatlah Raja Zulkarnaen dan Nabi Khidir as yang berjalan di depan pasukan. Setelah sekian lama mencari, akhirnya mereka mengetahui tempat terbitnya matahari.
Mereka pun menuju arah terbitnya matahari tersebut.
Perjalanan ke temnpat tujuan tersebut memakan waktu 12 tahun lamanya untuk sampai di bumi yang gelap itu. Gelapnya bukanlah seperti di waktu malam hari, melainkan gelap kerana ada pancaran seperti asap.
Raja Zulkarnaen sudah tidak sabar lagi hendak masuk ke tempat gelap itu, namun salah seorang cendikiawan mencegahnya. Para tentera berkata kepada raja,
"Wahai Baginda, sesungguhnya raja-raja yang terdahulu tidak ada yang masuk ke tempat gelap ini, kerana tempat yang gelap ini berbahaya."
"Wahai prajurit, kita harus memasukinya, tidak boleh tidak," sanggah sang raja.
Kerana raja bersikap keras hendak masuk, maka tak ada seorang pun yang berani melarangnya.
"Diamlah dan tunggulah kalian di sini selama 12 tahun. Jika aku datang kepada kalian dalam masa itu, maka kedatanganku terhadap kalian termasuk baik. Dan jika aku tidak datang dalam 12 tahun, maka pulanglah kalian kembali ke negeri kalian," ujar sang raja.
Setelah itu raja mendekat dan bertanya kepada malaikat Rofa'il,
"Apabila kita melewati tempat gelap ini, apakah kita dapat melihat kawan-kawan kita?"
"Tidak kelihatan" jawab Malaikat Rofa'il.
"Akan tetapi aku memberimu sebuah merjan atau mutiara. Jika mutiara itu ke atas bumi, maka mutiara itu dapat emnjerit dengan suara yang keras, dengan demikian kawan-kawan kalian yang tersesat jalan dapat kembali kepada kalian," jelas Malaikat Rofa'il lebih lanjut.

Demikianlah, akhirnya Raja Iskandar Zulkarnaen masuk ke tempat yang gelap itu. Selama 18 hari lamanya tidak pernah melihat matahari dan bulan, tidak pernah melihat malam maupun siang. Tidak pernah melihat burung dan binatang liar, sedangkan raja berjalan dengan didampingi Nabi Khidir as.
Pada saat mereka berjalan, maka ALlah SWT memberi wahyu kepada Nabi Khidir as.
"Bahwa sesungguhnya Ainul Hayat itu berada di sebelah kanan jurang dan Ainul Hayat ini Aku khususkan untuk kamu."
Setelah Nabi Khidir as menerima wahyu itu, beliau berkata kepada sahabat-sahabatnya,
"Berhentilah kalian di tempat masing-masing dan jangan kalian meninggalkan tempat kalian sebelum aku datang kepada kalian."
Kemudian Nabi Khidir as menuju kanan jurang hingga beliau menemukan Ainul Hayat itu. Beliau turun dari kudanya, melepaskan pakaiannya dan turun ke Ainul Ahaya tersebut. Beliau mandi dan minum air sumber hidup tersebut dan beliau merasakan bahwa airnya lebih manis daripada madu.
Sesudah mandi dan minum air tersebut, beliau keluar dari tempat itu kemudian menemui Raja Iskandar Zulkarnaen. Raja tidak mengetahui apa yang telah terjadi atas diri Nabi Khidir as.
Wallahu a'lam.

KISAH 3 PEMUDA TERPERANGKAP DI DALAM GUA


Dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhari Muslim dikisahkan, ada tiga orang pemuda pergi hendak beribadah kepada Allah. Di perjalanan hujan turun sangat lebat sekali. Lalu mereka pun berlindung di dalam sebuah gua. Tiba-tiba jatuh sebuah batu sangat besar menutupi mulut gua. Ketiga-tiga pemuda itu akhirnya terkurung dan tidak dapat keluar.
Seorang dari mereka berkata kepada yang lainnya, “Wahai hamba Allah, demi Allah, tidak ada yang dapat menyelamatkan kita sekarang ini kecuali Allah Swt. Barangkali ada amal paling baik yang pernah kita lakukan yang dapat kita kemukakan kepada-Nya untuk menyelamatkan kita dari musibah ini”.
Salah seorang dari mereka lalu berkata, “Ya Allah, saya pernah terpikat kepada seorang wanita yang sangat cantik. Kerana aku memiliki kekuasaan dan kekayaan, lalu aku bayar wanita itu dengan harga yang dikehendakinya. Ketika kami berdua-duaan dan aku mempunyai kesempatan untuk berbuat zina, tiba-tiba aku ingat siksa-Mu ya Allah, lalu aku batalkan niat buruk itu. Ya Allah, seandainya apa yang aku perbuat itu baik menurut-Mu, tolong geserkan batu besar yang menghalangi mulut gua ini.”
Selesai pemuda itu berkata-kata, tiba-tiba batu besar yang menutupi mulut gua itu bergeser sedikit, tetapi mereka belum dapat keluar.
Lalu pemuda kedua pula berkata, “Ya Allah, aku pernah menyuruh sekelompok orang bekerja dengan upah masing-masing setengah dirham. Ketika mereka selesai bekerja, aku terus membayar upahnya. Tiba-tiba ada salah seorang daripadanya menolak mengambil upah itu, kerana ia merasa melakukan dua pekerjaan sekaligus. Ia hanya ingin diupah sebanyak satu dirham. Kerana tidak bersetuju dengan kadar upahnya, orang itu lalu pergi begitu sahaja tanpa mengambil upahnya terlebih dahulu.
Sepeninggalan orang itu, aku laburkan wangnya yang setengah dirham itu sehingga menghasilkan banyak keuntungan. Pada suatu hari orang tadi datang semula dan meminta upahnya yang setengah dirham itu. Lalu aku berikan kepadanya 10 ribu dirham dari keuntungan wangnya yang setengah dirham dari upahnya dahulu. Orang tersebut terkejut dan mengatakan: “Jangan kamu hendak bergurau, upah aku dahulu bukan sebesar ini tetapi hanya setengah dirham”. Lalu aku jelaskan, bahawa wangnya yang setengah dirham itu telah aku laburkan sehingga terus bertambah sampai sebanyak ini.
Setelah jelas, dia pun mengambilnya dengan penuh bahagia dan rasa syukur. Ya Allah, Engkau Maha Tahu, aku melakukan itu semata-mata kerana mengharapkan keredhaan-Mu. Ya Allah, jika apa yang aku lakukan itu baik menurutMu, tolong angkat batu yang menghalangi tempat keluar kami ini.”
Lalu batu itu bergeser kembali, namun mereka tetap belum dapat keluar.
Pemuda yang ketiga pula lalu berkata, “Ya Allah, kedua orang tua ku sudah sangat tua. Meskipun demikian, aku sangat menyayangi keduanya dan aku tidak pernah minum atau makan sebelum keduanya minum dan makan. Suatu hari aku bawakan sebotol air susu untuk keduanya namun mereka sedang tidur dengan lena. Aku tidak berani mengejutkannya, lalu aku tunggu sehingga keduanya bangun. Meskipun anak aku waktu itu menangis meminta susu itu, namun aku tidak memberikannya sebelum kedua orang tua aku meminumnya terlebih dahulu. Apabila kedua orang tua ku bangun, aku terus memberinya minum.
Ya Allah, Engkau Maha Tahu, apa yang aku perbuat itu semata-mata kerana mengharap keredhaan-Mu, maka tolong alihkan batu ini supaya kami dapat keluar”. Akhirnya batu itu bergeser kembali dan akhirnya mereka dapat keluar dari gua tersebut dengan selamat. (HR.Bukhari dan Muslim).

Sumber : Kitab Tanbihul Ghafilin Karangan Syeikh Abu Laris As Samarqandi.