Monday, 19 September 2016
JANGAN MERASA TELAH MAMPU BERSYUKUR
Wahb ibn Munabbih semoga Allah merahmatinya bercerita, “Ada seorang laki-laki yang beribadah kepada Allah Swt. selama 50 tahun. Kerana ibadahnya yang lama ini, tiba-tiba di dalam hatinya terbersit perasaan bahwa dirinya telah mampu mensyukuri nikmat Allah Swt.
Maka, Allah Swt. pun memerintahkan urat yang ada di lehernya untuk memelintirkan diri. Sehingga ia tidak dapat salat, makan, dan tidur. Kemudian Allah juga memerintahkan agar urat leher orang itu kembali normal. Akhirnya si ahli ibadah itu merasa pulih dan dapat tidur.
Dalam mimpinya, ada malaikat yang mendatanginya. Malaikat itu berkata kepadanya, “Tuhanmu mengatakan kepadamu bahwa dengan tidak normalnya urat lehermu sehari, setara dengan ibadahmu selama 50 tahun. Karena itu, perhatikanlah, berapa banyak hari-hari yang kamu lewati dalam keadaan sehat tanpa keluhan.”
Dalam syair disebutkan: “Barangsiapa yang ingin hidup damai sentosa Baik dalam urusan agama maupun masalah dunia, maka hendaknya ia melihat orang yang agamanya lebih baik. Dan, melihat kepada orang yang hartanya lebih sedikit.”
Sumber : Kitab Munyatul Wa'izhin Karangan Syaikh Al-Anqary
Rasulullah SAW bersabda Marilah Mengunjungi Wanita Asy-Syahidah
Beliau adalah puteri dari Abdullah bin al-Haris bin Uwaimar bin Naufal al-Anshariyyah. Beliau dikenal dengan Ummu Waroqoh binti Abdullah atau dikenal dengan Ummu Waroqoh binti Naufal, dinisbahkan pada abangnya. Beliau termasuk wanita yang mulia dan paling mulia di zamannya. Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam telah mengunjungi beliau beberapa kali dan beliau mengelarnya dengan gelaran Asy-Syahidah.
Beliau radhiallahu 'anha adalah seorang wanita yang memiliki pandangan tinggi terhadap Islam dan bercita-cita untuk mati syahid di jalan Allah dalam rangka meninggikan kalimat Allah Subhanahu wa Ta'ala. Oleh kerana itu beliau tidak terhalang untuk berjihad bersama kaum Muslimin dan mendapatkan pahala Mujahidin. Tatkala Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam hendak berangkat perang Badar, Ummu Waroqoh berkata kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam, "Ya Rasulullah izinkanlah aku berangkat bersama anda, sehingga aku dapat mengubati orang-orang yang terluka di antara kalian, merawat orang yang sakit di antara kalian dan agar Allah mengurniakan diriku syahadah."
Beliau turut mengumpulkan al-Qur'anul Karim, dan beliau adalah seorang wanita yang ahli dalam membaca al-Qur'an. Oleh kerana itulah Nabi memerintahkan beliau agar menjadi imam bagi para wanita di daerahnya. Dan Rasulullahshalallahu 'alaihi wa sallam menyiapkannya seorang muadzin bagi beliau.
Disebutkan dalam al-Musnad dan as-Sunan dari hadits Abdurrahman bin Kholad dari Ummu Waroqoh mengatakan bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam mengunjungi beliau di rumahnya, kemudian memberikan seorang muadzin untuknya. Abdurrahman berkata, "Aku melihat muadzin tersebut seorang laki-laki yang sudah tua."
Begitulah, jadilah rumah Ummu Waroqoh radhiallahu 'anha sebagai rumah Allah yang di sana ditegakkan solat lima waktu. Alangkah terhormatnya seorang wanita yang menduduki posisi sebagaimana seorang wanita Mukminah seperti Ummu Waroqoh.
Ummu Waroqoh radhiallahu 'anha senantiasa istiqomah dengan keadannya iaitu menjaga syari'at-syari'at Allah hingga pada suatu ketika budak dan jariyahnya yang telah dijanjikan oleh beliau untuk dimerdekakan setelah beliau wafat, membunuh beliau.
Tatkala pagi, Ummar bin Khattab radhiallahu 'anhu berkata, "Demi Allah, aku tidak mendengar suara bacaan bibiku Ummu Waroqoh semalam." Kemudian beliau memasuki rumahnya namun tidak melihat suatu apapun, kemudian beliau memasuki biliknya ternyata beliau (Ummu Waroqoh) telah terbungkus dengan kain di rumah (yakni telah wafat). Umar berkata, "Alangkah benar sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam tatkala bersabda, "Marilah pergi bersama kami untuk mengunjungi wanita yang syahid.""
Selanjutnya Umar radhiallahu 'anhu naik ke mimbar dan mengkhabarkan berita tersebut lantas berkata, "Hadapkanlah dua budak tersebut kepadaku!" maka di datangkanlah dua orang tersebut dan beliau menanyai keduanya dan mereka mengakui bahwa mereka berdua telah membunuhnya, maka beliau memerintahkan agar kedua orang tersebut disalib, dan mereka berdualah yang pertama kali disalib dalam Islam.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala merahmati Ummu Waroqoh radhiallahu 'anha, semoga Allah Ta'ala membalas semua kebaikannya, yang mana beliau senantiasa membaca al-Qur'an dan mengumpulkannya. Beliau adalah imam bagi para wanita di zamannya, amat sangat rindu untuk berjihad dengan harapan mendapatkan pahala Mujahidin. Akhirnya Allah pun mengabulkan permohonannya dan mendapatkan pahala Mujahidin. Ummu Waroqoh, Mujahidah yang akhirnya menjadi Asy-Syahidah.
EMPAT ORANG SUAMINYA MENJADI SYUHADA
Namanya Atika binti Zaid bin Amar bin Nufail. Merupakan keturunan Quraisy yang baik nasabnya. Perangainya lembut, parasnya cantik, akhlaknya mulia, hatinya bersih. Wajar, jika kemudian, dalam perjalanan hidupnya, beliau tercatat bersuami para mujahid. Tidak tanggung-tanggung, beliau menikah dengan empat generasi terbaik umat ini dimana keempatnya syahid di jalan Allah.
Pertama kali beliau dinikahi oleh Abdullah putra Abu Bakar ash-Shidiq. Siapa yang tidak kenal dengan keluarga Robbani ini? Abu Bakar adalah yang terdepan dalam jihad, ia infaqkan semua hartanya di Jalan Allah dan RasulNya.
Sayangnya, lantaran kecantikan dan kepetahan Atikah dalam berinteraksi, ia bercerai dengan Abdullah lantaran titah Abu Bakar. Apa pasal? Kerana asyik bercengkerama dengan Atikah, Abdullah lalai dari solat berjama'ah. Dua pasangan ini asyik bercanda dari sebelum azan hingga solat selesai didirikan. Maka, Ayah yang sholih itu segera memanggil buah hatinya, "Wahai Abdullah, ceraikanlah isterimu."
Selepas cerai, Abdullah jatuh sakit. Ayah yang faham itu tahu penyebab sakitnya. Maka diperintahkanlah Abdullah rujuk dengan Atikah dengan satu syarat, "Jangan sampai cintamu kepada wanita itu mengalahkan cintamu kepada Allah dan RasulNya." Kedua sejoli inipun akhirnya menikah untuk kedua kalinya.
Waktu berjalan, keduanya bertumbuh dalam rangka saling mencintai kerana Allah. Hingga akhirnya, Perang Thaif bergolak. Atikah berangkat sebagai penyemangat para mujahid dengan syair-syairnya. Sedangkan Abdullah maju dengan gagah perkasa hingga akhirnya menjadi syuhada'. Atikah-pun menjanda. Janda Syuhada'.
Selesai masa 'iddah, Atikah yang sholihah itu disunting oleh Umar bin Khaththab. Cinta keduanya tumbuh subur, menjulang ke langit, akarnya menancap kuat di bumiNya dan buah nya bertebaran di sekelilingnya. Hingga akhirnya Umar ditikam oleh seorang lelaki. Kembali, Atikah menjadi Janda Syuhada' untuk kedua kalinya.
Tak berselang lama, Janda Syuhada' itupun dipersunting oleh Zubair bin Awwam. Seorang sahabat nabi yang tak diragukan lagi kesholihan dan komitmennya dalam dakwah. Waktu berlalu, hingga akhirnya Zubair syahid di medan Jamal. Ya, kembali untuk ketiga kalinya, Atikah menjadi Janda Syuhada'.
Selepas itu, Atikah hendak dipersunting oleh Ali bin Abi Thalib. Tapi Ali membatalkan melaksanakan maksudnya kerana Atikah mengajukan syarat agar suaminya kelak tidak terjun dalam kancah jihad bil qital. Maka akhirnya, Husein bin Ali-lah yang menyunting Janda Syuhada' itu. Ketika itu, usia Atikah sudah berkepala lima. Namun kasih sayangnya tetap erat, hingga keluarga Husein, Atikah senantiasa harmoni dalam kerangka saling mencintai kerana Allah.
Takdirpun berlaku. Husein bin Ali syahid dalam medan Karbala. Untuk keempat kalinya, Atikah itu menjadi janda Syuhada'. Hingga akhirnya Atikah tidak dinikahi lagi oleh siapapun dan wafat pada tahun 40H.
TIGA HARI BERSAMA PENGHUNI SYURGA
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan An-Nasa'i, Anas bin Malik bercerita tentang kejadian bersama Rasulullah SAW.
Anas bercerita, "Pada suatu hari, kami duduk bersama Rasulullah SAW, kemudian beliau bersabda, 'Sebentar lagi akan muncul di hadapan kalian seorang laki-laki penghuni surga.' Tiba-tiba muncullah laki-laki Anshar yang janggutnya basah dengan air wudhunya. Dia mengikat sandalnya pada tangan sebelah kiri."
Esok harinya, Rasulullah SAW berkata begitu juga, "Akan datang seorang lelaki penghuni surga." Dan muncullah laki-laki yang sama. Begitulah, nabi mengulang sampai tiga kali.
Ketika majlis Rasulullah selesai, Abdullah bin Amr bin Ash ra. cuba mengikuti seorang laki-laki yang disebut oleh nabi sebagai penghuni surga ini. Kemudian dia berkata kepadanya, "Saya ini bertengkar dengan ayah saya, dan saya berjanji pada ayah saya bahawa selama tiga hari saya tidak akan pulang ke rumah menemuinya. Mahukah kamu memberi tempat pondokan buat saya selama hari-hari itu?"
Abdullah mengikuti orang itu ke rumahnya, dan tidurlah ia di rumah orang itu selama tiga malam. Selama itu Abdullah ingin menyaksikan ibadah apa gerangan yang dilakukan orang itu yang disebut Rasulullah sebagai penghuni surga. Tetapi selama tiga hari itu pula dia tidak menyaksikan sesuatu yang istimewa di dalam ibadahnya.
Kata Abdullah, "Setelah tiga hari aku tidak melihat amalannya sampai-sampai aku meremehkan amalannya, lalu aku berkata, 'Hai hamba Allah, sebenarnya aku tidak bertengkar dengan ayahku, dan tidak juga aku menjauhinya. Tetapi aku mendengar Rasulullah SAW berkata tentang dirimu sampai tiga kali. "Akan datang seorang darimu sebagai penghuni surga." Aku ingin memperhatikan amalanmu supaya aku dapat menirunya. Mudah-mudahan dengan amal yang sama aku mencapai kedudukanmu."
Lalu laki-laki itu berkata, "Yang aku amalkan tidak lebih dari yang kau saksikan." Ketika aku mahu berpaling, kata Abdullah, lelaki itu memanggil lagi, kemudian berkata, "Demi Allah, amalku tidak lebih dari yang engkau saksikan itu. Hanya saja aku tidak pernah menyimpan pada diriku niat yang buruk terhadap kaum Muslim, dan aku tak pernah menyimpan rasa dengki kepada mereka atas kebaikan yang diberikan Allah pada mereka."
Lalu Abdullah berkata, "Begini bersih hatimu dari perasaan jelek terhadap kaum Muslim, dan alangkah bersih hatimu dari perasaan dengki. Inilah yang menyebabkan engkau sampai ke tingkat yang terpuji itu. Inilah yang tidak pernah dapat kami lakukan."
Thursday, 8 September 2016
KEAJAIBAN ISTIGFAR DARI IMAM HASAN AL-BASHRI
Al kisah suatu hari ada orang yang mengadu kepada Imam Hasan Al-Bashri tentang lamanya musim kemarau, maka beliau memberi nasihat, “Beristighfarlah kepada Allah”.
Kemudian datang lagi orang yang mengadu tentang kemiskinan, maka beliau pun memberi solusi cepat menyelesaikan masalah, “Beristighfarlah kepada Allah!” Terakhir, ada seseorang yang meminta agar didoakan punya anak, maka Imam Hasan Al-Bahri menjawab, “Beristighfarlah kepada Allah!”
Ar-Rabi’ bin Shabih yang kebetulan hadir di situ langsung bertanya, “Kenapa engkau menyuruh mereka semua untuk beristighfar?” Maka, Imam Hasan Al-Bashri pun menjawab, “Aku tidak mengatakan hal itu dari diriku sendiri.
Tetapi, sungguh Allah SWT telah berfirman dalam surat Nuh:
“فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّاراً . يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَاراً . وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَاراً” (نوح: 10-12)
“Aku (Nabi Nuh) berkata (pada mereka), “Beristighfarlah kepada Rabb kalian, sungguh Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan kepada kalian hujan yang lebat dari langit. Dan Dia akan memperbanyak harta serta anak-anakmu, juga mengadakan kebun-kebun dan sungai-sungai untukmu.”
Rasulullah SAW juga bersabda, yang menyuruh kita memperbanyak istigfar membuka salah satu kunci rezeki.
“مَنْ أَكْثَرَ مِنْ الِاسْتِغْفَارِ؛ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا، وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ”
“Barang siapa memperbanyak istighfar; niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya dan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka”(HR. Ahmad dari Ibnu Abbas)
Sumber : Kitab Tafsir AL Jami' Li-Ahkam al-Qur'an Karangan Imam Qurtubi
KISAH MENCURI CADAR RABI'AH ADAWIYAH
Pada suatu malam ketika Rabi'ah sedang solat di tempat khalwatnya, ia merasa sangat letih sehingga ia jatuh tertidur. Sedemikian nyenyak tidurnya sehingga ketika matanya berdarah tertusuk alang-alang dari tikar yang ditidurinya, ia sama sekali tidak menyedarinya.
Seorang pencuri masuk menyelinap ke dalam pertapaan itu dan mengambil cadar Rabi'ah. Ketika hendak menyingkir dari tempat itu didapatinya bahwa jalan ke luar telah tertutup. Dilepaskannya cadar itu dan ditinggalkannya tempat itu dan ternyata jalan ke luar telah terbuka kembali. Cadar Rabi'ah diambilnya lagi, tetapi jalan ke luar tertutup kembali. Sekali lagi dilepaskannya cadar itu. Tujuh kali perbuatan seperti itu diulanginya. Kemudian terdengarlah olehnya sebuah suara dari tempat khalwat itu.
"Hai manusia, tiada gunanya engkau mencuba-cuba. Sudah bertahun-tahun Rabi'ah mengabdi diri kepada Allah. Syaitan sendiri tidak berani datang menghampirinya. Tetapi betapakah seorang pencuri memiliki keberanian hendak mencuri cadarnya? Pergilah dari sini hai manusia jahannam! Tiada gunanya engkau mencuba-ciba lagi. Jika seorang sahabat sedang tertidur maka Sang Sahabat bangun dan berjaga-jaga".
Sumber : Kitab Tazkiratul Auliya Karangan Syeikh Fariddudin Attar.
Thursday, 1 September 2016
MANUSIA SEJATI
Engkau dapat berjalan di atas air!", orang-orang berkata kepada Abu Yazid.
"Sepotong kayu pun dapat melakukan hal itu", jawab Abu Yazid.
"Engkau dapat terbang di angkasa!"
"Seekor burung pun dapat melakukan itu".
"Engkau dapat pergi ke Ka'bah dalam satu malam!"
"Setiap jin dapat melakukan perjalanan dari India ke Demavand dalam satu malam".
"Jika demikian apakah yang harus dilakukan oleh manusia-manusia sejati?", mereka bertanya kepada Abu Yazid.
Abu Yazid menjawab: "Seorang manusia sejati tidak akan menautkan hatinya kepada siapa pun kecuali kepada Allah".
Sumber : Kitab Tazkiratul Auliya Karangan Syeikh Fariddudin Attar.
KISAH HABIB AL AJAMI MEMULANGKAN SEORANG PEMUDA
Pada suatu hari seorang wanita tua datang kepada Habib Al Ajami, merebahkan dirinya di depan Habib dengan sangat memilulan hati.
"Aku mempunyai seorang putera yang telah lama pergi meninggalkanku. Aku tidak sanggup lebih lama lagi terpisah daripadanya, berdoalah kepada Allah", mohonnya kepada Habib. "Semoga berkat doamu, Allah mengembalikan puteraku itu kepadaku".
"Adakah engkau memiliki wang?', tanya Habib kepada wanita tua itu.
"Aku mempunyai dua dirham", jawabnya.
"Berikanlah wang tersebut kepada orang-orang miskin!".
Kemudian Habib membaca sebuah doa lalu ia berkata kepada wanita itu: "Pulanglah, puteramu telah kembali".
Belum lagi wanita itu sampai ke rumah, dilihatnya putera telah ada dan sedang menantikannya.
"Wahai! Anakku telah kembali!", wanita itu berseru. Kemudian dibawanya puteranya itu menghadap Habib,
"Apakah yang telah engkau alami?", tanya Habib kepada putera wanita itu.
"Aku sedang berada di Kirmani, guruku menyuruhku membeli daging. Ketika daging itu telah ku beli dan aku hendak pulang ke guruku, tiba-tiba bertiuplah angin kencang, tubuhku terbawa terbang dan terdengar olehku sebuah suara yang berkata: 'Wahai angin, demi doa Habib dan dua dirham yang telah disedekahkan kepada orang-orang miskin, pulangkanlah ia ke rumahnya sendiri' ".
Sumber : Kitab Tazkiratul Auliya Karangan Syeikh Fariddudin Attar.
KISAH PENGAJARAN BUAT MURID
Seorang guru yang separuh umur berjalan-jalan santai bersama seorang remaja, salah seorang di antara murid-muridnya di sebuah taman.
Di sela-sela waktu terdengar ketawa kecil anak remaja tersebut..
Mereka kelihatan sebagai kawan yg sangat akrab walaupun dgn perbezaan usia yg sangat zahir.
Inilah keistimewaan seorang murabbi yg ikhlas.
Sedang berjalan, mereka terlihat sepasang kasut yang sudah usang dan hampir reput bersama beberapa barangan peribadi tukang kebun yg usang.
Remaja itu melihat gurunya sambil mengusul:
"Bagaimana kalau kita usik tukang kebun ini dengan sembunyikan kasutnya, kemudian kita berlindung di belakang rimbun? Dia datang, pasti terkejut.. Jom kita tengok bagaimana dia terkejut dan cemas! He he”
Guru yang alim dan bijak itu menjawab:
"Anakku, tidak elok kita berseronok dengan mempermainkan orang, apatah lagi pada orang yg susah. Kamu kan seorang yang senang, dan kamu boleh sahaja menambah kebahagiaan untuk orang tu? Sekarang saya cadangkan kamu masukkan beberapa keping duit kertas ke dalam kasutnya, kemudian saksikan bagaimana respon tukang kebun tu?"
Pemuda itu terpegun dengan usulan gurunya, bersetuju dan segera berjalan utk memasukkan wang ke dalam kasut tersebut.
Kemudian mereka bersembunyi di belakang rimbunan pepohon..
Selang beberapa waktu, datanglah seorang lelaki dalam lingkungan 40 an, bajunya basah dgn peluh, sambil mengibas-ngibaskan kotoran dari pakaiannya. Dia berjalan menuju tempat barangan yang tinggalkan.
Beliau memasukkan kakinya ke dalam kasut, merasai sesuatu di dalamnya. Dia cuba keluarkan, bila dilihatnya benda asing itu adalah wang kertas, mukanya berubah, dia terpegun.
Ada beberapa keping dalamnya!!
Dia memeriksa sebelah lagi, mukanya hampir2 pucat melihat wang yg lebih banyak!!!
Dia menatap wang itu berulang-ulang, seolah-olah tidak percaya dengan matanya.
Dia melihat ke segala penjuru, seolah-olah mencari orang disekitarnya.. mungkin nak bertanyakan sesuatu..
Beliau mendapati dirinya kesaorangan!!
Dengan segera ia memasukkan wang itu ke dalam sakunya dan terus berlutut sambil melihat ke langit dan menangis. Dia berteriak dengan suara tinggi, seolah-olah berbicara dengan Allah Ar Razzaq (Pemberi Rezeki)
“Aku bersyukur kepada-Mu, Ya Allah, Tuhanku.
Wahai Yang Maha Tahu, isteriku sakit dan anak-anakku kelaparan. Mereka belum menjamah apa2 pun hari ini.
Engkau telah menyelamatkanku, anak-anak dan isteri dari kecelakaan ini ya Allah".
Dia terus menangis dalam waktu cukup lama sambil memandang ke
langit sebagai ungkapan rasa syukurnya atas kurnia dari
Allah Yang Maha Pemurah.
Murid tadi, sangat terharu dengan apa yang dilihat. Air matanya meleleh tanpa dapat dibendung.
Guru yang bijak terus bersuara:
“Bukankah sekarang kamu rasa lebih bahagia
dari mengusik orang lain dan lucu melihat orang yg kehilangan barangan?”
Pemuda itu segera menjawab,
“Harini aku mendapat pelajaran yang tidak akan mungkin aku lupakan seumur hidupku. Sekarang aku baru faham makna kalimah yang dulu belum aku fahami sepanjang hidupku:
“Ketika kamu memberi, kamu akan mendapatkan kebahagiaan yang lebih banyak dari pada kamu mengambil”.
Gurunya melanjutkan
"Sekarang ketahuilah bahawa pemberian itu bermacam-macam:
• Memaafkan kesalahan orang di saat kita mampu membalas
dendam, adalah suatu pemberian.
• Mendo’akan teman dan saudaramu di belakangnya (tanpa pengetahuannya) adalah suatu pemberian.
• Berusaha utk berbaik sangka dan menghilangkan sangka buruk darinya juga satu pemberian.
• Menahan diri dari membicarakan aib saudaramu di belakangnya, adalah satu pemberian lagi.
*Ini semua adalah pemberian dari Allah, supaya kesempatan memberi tidak hanya dibuat oleh orang-orang berada sahaja.
Jadikanlah semua ini pelajaran, wahai sahabatku!
Semoga bermanfa'at
“MEMBALAS KEJAHATAN DENGAN KEBAIKKAN”.
15 TAHUN LEPAS.....
Sayyidi Al Habib Ali Al Jufri :
Saya pernah berada di kota Aden, berada dalam satu majlis dengan seorang bekas penguasa / pemimpin yang sangat zalim, di mana ketika berkuasa dia melakukan banyak kemungkaran dengan membantai atau membunuh banyak ulama ulama besar hadramaut, diantaranya, salah satu yang jadi korbannya adalah guru mulia kami assyahid Al Habib al Imam Muhammad bin Salim Bin Hafidz, ayahanda dari guru kami Habib Umar Bin Hafidz.
Takdir telah membawaku untuk berjumpa dengannya dan Ketika menatapnya (setelah saya diberitahu siapa dia) timbul perasaan tak senang / tak nyaman bahkan saya tidak mahu berbicara dengannya, meskipun sekadar berdakwah sekalipun, saya tahu sikapku ini keliru dan salah, kerana memanggil orang ke jalan Allah harus diutamakan, tidak peduli siapa mereka atau apa yang pernah mereka lakukan.
Dan tiba tiba saja, orang zalim itu menghampiriku dan berkata, "aku ingin bertobat! Apa yang harus ku lakukan?".
Saya berusaha keras untuk menguasai diriku, agar dapat menjawab permintaannya dengan baik, saya berusaha tersenyum agar dia tak pergi menjauh dari kebenaran yang dia inginkan, segera setelah keluar dari majlis saya tetap merasa sangat terganggu dan tidak nyaman, maka saya menelefon guruku Sayyidil Habib Umar Bin Hafidz serta menceritakan dengan siapa saya telah berjumpa, dan beliau hanya bertanya, "Apa mahunya?", saya katakan kemauan orang itu untuk bertobat dan minta maaf, tetapi saya tidak mampu menuntunnya dengan baik sebab hatiku amat sangat tak menyukai dengan apa yang telah ia lakukan dimasa lalu, Habib Umar seterusnya berkata, "Ali, penuhilah haq Allah atas mu, yaitu menuntun dia kepada Allah, tunjukkan kasih sayang dan perhatian atasnya dari dasar hatimu yang paling dalam.
Dan untuk perasaanmu yang tak suka berkumpul bersamanya atau ketidaknyamananmu itu alihkan kepada kebencian kepada 'perbuatannya', bukan terhadap individu atau orangnya, Rasulullah ﷺ tetap menerima keislaman Wahsyi (org suruhan Hindun istri abu Sofyan) yang telah membunuh bapa saudara tercinta nabi, Sayyidina Hamzah (dengan cara menombaknya dari jauh kemudian memutilasinya), Nabi masih memaafkan dan mengampuni Wahsyi meski beliau mengalami kesulitan menatap wahsyi dan berkata jangan biarkan saya melihatnya lagi (kerana akan membuat beliau ﷺ teringat lagi keadaan bapa saudara beliau ketika syahid)".
Kata-kata Habib Umar ini sungguh tidak ternilai dan sangat amat berharga, kerana beliau sedang berbicara tentang Manusia yang pernah melakukan kejahatan terbesar dalam hidup Habib Umar (membunuh Ayah beliau) dan memisahkannya dengan keluarga beliau!! Tetapi Habib Umar tetap teguh mengikuti Sunnah Baginda Rasulullah ﷺ..
Inilah maksud dari kata kata Al Habib Abu Bakar Al Adni yang berkata marilah kita terapkan sunnah sunnah Nabi dalam tiap-tiap kejadian atau perbuatan dalam peristiwa hidup kita.
Subscribe to:
Posts (Atom)