Tuesday, 17 February 2015

KISAH SUFI BISYIR AL HARITH AL HAFI


"Ini kisah Bisyir al Hafi, Al Hafi ertinya ( orang yg berjalan tidak pakai selipar). Bisyir al Hafi mempunyai Saudara, satu hari, saudaranya Bisyir datang kepada Al Imam Ahmad. Bila sampai dirumah Imam Ahmad, maka dia beri salam dan bertanya,"

"Wahai Imam, Aku ada jiran. Akidahnya tidak betul, sumber rezekinya haram, setiap malam lampu rumahnya menerangi hingga masuk ke rumah saya. Boleh kah saya memanfaatkan lampu tersebut untuk saya gunakan untuk jahit baju? Lalu imam Ahmad bertanya, siapa yang bertanya soalan tu? Imam Ahmad ingin tahu, siapa yang bertanya sebab soalannya bukan sebarang soalan. Soalannya dari orang yang sangat Wara'. Maka dijawabnya, Saya saudara kepada Bisyir. Maka Jawab Imam Ahmad, kalau untuk kamu tidak boleh, sebab kamu ini lahir dari rumah keluarga orang yang warak."

"Kisah kedua tentang Imam Bisyir Al Hafi, pada suatu hari Beliau membeli selipar baru, kemudian seliparnya itu digunakan untuk ke masjid, kemudian Beliau letak seliparnya dihadapan masjid. Selepas sembahyang, Seliparnya hilang, lalu Imam Bisyir Al Hafi menangis. Kata orang ramai yang solat di masjid tu, tidak layak kamu ini menangis, kamu ini orang warak."

"Lalu jawab Bisyir, saya menangis bukan sebab hilang selipar itu, saya menangis kerana disebabkan saya, orang itu berdosa kerana mencuri selipar saya, kerana saya, orang lain yang tanggung dosa. Maka Mulai hari ini, aku akan jalan tanpa selipar. Sejak peristiwa ini, orang mengelarnya dengan Al Hafi, orang yang jalan tidak berselipar. Ini namanya orang yang warak yang sangat takut kepada Penghisaban di akhirat.

Monday, 16 February 2015

KISAH TAUBAT SEORANG LELAKI PADA ZAMAN NABI MUSA A.S


Terdapat seorang lelaki pada zaman Nabi Musa A.S yang meninggal dunia. Orang ramai tidak mahu menguruskan jenazahnya kerana kefasikan lelaki ini. Mereka kemudiannya membuang jenazahnya ke sebuah tempat yang kotor dan busuk. Allah S.W.T kemudiannya memberikan wahyu-Nya kepada Nabi Musa A.S. Allah berfirman "Wahai Musa, seorang lelaki telah meninggal dunia, tetapi orang-orangmu telah mencampakkan jenazahnya di tempat yang kotor, sedangkan dia ialah kekasih (wali) daripada kekasih-Ku, mereka tidak mahu memandikannya, mengkafankannya dan mengebumikan jenazahnya, maka engkau pergilah, uruskan jenazahnya."

Kemudian Nabi Musa A.S pun berangkat ke tempat tersebut. Nabi Musa A.S bertanya, "beritahulah aku tempatnya." Mereka pun bersama-sama menuju ke tempat tersebut. Ketika Nabi Musa A.S melihat mayatnya, orang-orangnya pun bercerita tentang kefasikannya. Lalu Nabi Musa A.S berbisik kepada Tuhan-Nya dengan berkata, "Ya Allah, Engkau memerintahkanku untuk menguruskan mayatnya, sedangkan orang-orangku menjadi saksi atas kejahatannya, maka Engkau lebih tahu daripada mereka."

Kemudian Allah berfirman, "Wahai Musa, benarlah kata-kata kaummu tentang perilaku lelaki ini semasa hidup. Namun, ketika dia menghampiri ajalnya, dia memohon pertolongan dengan tiga perkara, jika semua orang yang berdosa memohon dengannya, pasti Aku akan mengampuninya dirinya demi Allah, Zat yang Maha Mengasihani." Tanya Nabi Musa "Ya Allah, apakah tiga perkara itu?"

Allah berfirman, "Ketika dia diambang kematiannya :

1) Dia Benci Kemaksiatan Dalam Hati.
Pertama sekali dia berkata, "Ya Tuhanku, Engkau tahu akan diriku, penuh dengan kemaksiatan, sedangkan aku sangat benci kepada kemaksiatan dalam hati, tetapi jiwaku terkumpul tiga sebab aku melakukan maksiat walaupun aku membencinya dalam hatiku iaitu: hawa nafsuku, teman yang jahat dan iblis yang laknat. Inilah yang menyebabku terjatuh dalam kemaksiatan, sesungguhnya Engkau lebih tahu daripada apa yang aku ucapkan, maka ampunilah aku."

2) Mencintai Orang Soleh.
Kedua dia berkata, "Ya Allah,Engkau tahu diriku penuh dengan kemaksiatan, dan tempat aku ialah bersama orang fasik, tetapi aku amat mengasihi orang-orang yang soleh walau aku bukan dari kalangan mereka, kezuhudan mereka dan aku lebih suka duduk bersama mereka daripada bersama orang fasik. Aku benci kefasikan walau aku adalah ahli fasiq".

3) Mengharap Rahmat Allah Dan Tidak Berputus Asa
Ketiga dia berkata " Ya Allah, jika dengan meminta untuk dimasukkan kedalam syurga itu akan mengurangkan kerajaanMu, sudah pasti aku tidak akan memintanya, jika bukan Engkau yang mengasihaniku maka siapakah yag akan mengasihaniku ?".

Lelaki itu kemudian berkata lagi, "Ya Allah, jika Engkau mengampuni dosa-dosaku bagai buih di pantai, maka bahagialah kekasih-kekasihMu, Nabi-NabiMu, manakala syaitan dan iblis akan merasa susah. Sebaliknya jika Engkau tidak mengampuniku, maka syaitan dan iblis akan bersorak kegembiraan dan para NabiMu dan kekasihMu akan merasa sedih. Oleh itu, ampunilah aku wahai Tuhan Pencipta Sekalian Alam, sesungguhnya Engkau tahu apa yang aku ucapkan."

Maka, Allah pun berfirman, "Lantas Aku mengasihaninya dan Aku mengampuni segala dosanya, sesungguhnya Aku Maha Mengasihani, khusus bagi orang yang mengakui kesalahan dan dosanya di hadapanku. Hamba ini telah mengakui kesalahannya, maka Aku ampuninya. Wahai Musa, lakukan apa yang Aku perintahkan, sesungguhnya Aku memberi keampunan sebab mulianya orang yang menguruskan jenazahnya dan menghadiri pengebumiannya."

Kisah ini menunjukkan kita tidak boleh sama sekali berputus asa dari rahmat Allah yang amat luas walau apa jua sekalipun.Firman Allah “Dan rahmatKu meliputi segala sesuatu “( Surah Al-A'raf : 156). Semoga Allah mengampuni segala dosa kita. Amiin.

Sumber : Kitab Tawwabin karangan Imam Ibnu Qudamah 

KISAH LUQMAN AL-HAKIM


Menurut catatan sejarah, Luqmanul Hakim hidup sezaman dengan Nabi Daud as. Bila Nabi Daud diberi mandat khalifah oleh Allah swt, maka Luqmanul Hakim dianugerahi hikmah kepadanya. Ketika ditanya; “Mengapa kamu tidak seperti Daud diberikan khalifah?” Luqman menjawab: “Biarlah Daud diberi khalifah, saya memadai dengan hikmah, karena hikmah tidak terbebani dengan tanggung jawab baik dengan umat maupun dengan Allah.” 

Luqman dikenal berkulit hitam, pekerjaannya sehari-hari sebagai pengembala. Tapi, hatinya bersih, bening, sehingga menjadikan tutur katanya penuh dengan hikmah, segala keputusannya sarat dengan kebijaksanaan. Oleh sebab itu ia digelar dengan nama Luqmanul Hakim, artinya Luqman yang amat bijaksana (QS. Luqman: 12).

Nama Luqmanul Hakim, kemudian menjadi terkenal, baik pada masanya maupun sampai era sekarang ini. Namanya di samping dijadikan salah satu nama surat dalam al-Quran, yaitu surat ke-21, juga diriwayatkan dalam hadis-hadis Nabi saw, bahkan tausiyah-nya banyak diikuti umat sesudahnya.

Pada suatu hari majikannya bertanya kepadanya: “Hai Luqman, tahukah kamu, apakah sesuatu yang paling baik yang dapat kamu berikan kepadaku?” Jawab Luqman: “Ya saya tahu.” Lantas ia menyembelih seekor kambing. Diambilnya hati dan lidah, lalu diserahkan kepada majikannya, sambil mengatakan: “Ini hati dan lidah, sesuatu yang paling baik, sebagaimana engkau harapkan dariku.

Beberapa hari kemudian majikannya meminta lagi sesuatu kepada Luqman. “Hai Luqman, tahukah kamu sesuatu yang paling buruk yang dapat kamu berikan kepadaku?” Luqman mengatakan: “Ya saya tahu.” Lalu ia menyembelih lagi seekor kambing. Diambilnya hati dan lidah, kemudian diserahkan kepada majikannya, sambil berkata: “Ini hati dan lidah, sesuatu yang paling buruk yang kamu minta kepadaku.”

Majikan Luqman merasa heran dan langsung bertanya: “Aneh tingkah lakumu hai Luqman. Ketika aku minta kepadamu sesuatu yang paling baik, kau berikan kepadaku hati dan lidah. Dan ketika aku minta kepadamu sesuatu yang buruk, juga kamu berikan kepadaku hati dan lidah.”

Jangan hairan, kata Luqman. “Kamu harus tahu bahwa hati dan lidah itu adalah sesuatu yang paling baik dalam setiap kehidupan, tetapi juga kamu harus ingat bahwa hati dan lidah itu pula sesuatu yang paling buruk dalam setiap kehidupan.” 

Selanjutnya Luqman mengatakan: “Jika hati dan lidah baik, maka kehidupan pun akan baik. Sebaliknya bila hati dan lidah jahat, maka kehidupan akan ikut jahat pula.” 

Hati yang baik dan lidah yang bersih akan membahagiakan kehidupan seseorang, sedangkan hati yang kotor akan mencelakakan, baik diri yang bersangkutan maupun orang lain.

Alangkah tajamnya pemikiran Luqman dan alangkah besarnya hikmah yang terkandung dalam ucapannya itu. Sang majikannya penuh tanda tanya, apakah ada orang-orang seperti dinyatakan Luqman itu atau semakin jauh dari contoh yang diberikannya?

INDAHNYA HATI

Apa yang dicontohkan Luqmanul Hakim seperti disebutkan di atas, ternyata telah dibenarkan oleh Nabi Muhammad saw, rasul yang terakhir, sebagaimana disebutkan dalam hadis yang artinya: “Ingatlah, dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Kalau segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh tubuhnya, tetapi bila rusak, niscaya akan rusak pula seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu bernama qalbu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hati yang baik, selalu dibersihkan dengan zikir, membaca al-Quran. Itulah hati muthmainnah, hati yang damai dan tenang, jauh dari hasad, dan berbagai virus dan kotoran godaan nafsu dan duniawi. Allah swt nanti di akhirat akan memanggil hati yang muthmainnah: “Ya ayyatuhannafsul muthmainnah irji’I ila rabbiki radhiyatan mardhiyah, fadkhuli fi `ibadi wadkhuli jannati. (Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhaiNya, maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hambaKu, dan masuklah ke dalam surgaKu).” (QS. al-Fajr: 27-30). 

Sedangkan hati yang ‘sakit’ dan ‘berpenyakit’, kehidupannya akan larut dengan materi dan fatamorgana duniawi yang tidak pernah henti. Bahkan, hampir tidak pernah memberikan kepuasan kepadanya, jauh dari ketenangan dan kebahagiaan. 

BAHAYA LIDAH

Lidah salah satu organ manusia tidak bertulang, tetapi dia lebih tajam dan lebih keras daripada tulang. Karena lidah dapat mengungkapkan apa saja yang tidak dapat dilakukan oleh kaki, tangan dan anggota tubuh lainnya. Karena lidah dapat pula melukai hati melebihi irisan sembilu. Dengan lidah dapat pula menguasai kawan dan menundukkan lawan. 

Tidaklah berlebihan bila dikatakan, bahwa lidah alat yang paling besar fungsi dan sangat berperan dalam melakukan komunikasi. Tidak menghairankan pula dengan sebab lidah membuat manusia jadi resah dan gelisah, bahkan dunia boleh bergoncang. Peribahasa mengatakan: “Mulutmu adalah harimau bagimu, yang mampu menerkam kepalamu.”

Rasulullah saw, pernah ditanya oleh sahabat: “Apa yang menyebabkan seseorang boleh masuk surga?” Rasulullah menjawab: “Bertaqwa kepada Allah dan akhlaq yang baik.” Kemudian ditanya lagi: Apa yang menyebabkan seseorang masuk neraka?” Beliau menjawab: “Dua rongga badan yaitu mulut/lidah dan farj (kemaluan).” (HR. Tirmizi dan Ibn Majah).

Di antara bahaya lidah: (a) timbulnya permusuhan, karena saling mencaci, saling cela mencela, saling menuduh, dan lainnya; (b) membicarakan yang batil, seumpama mengatur strategi untuk memecah belah umat Islam, merompak, melakukan penyimpangan wang negara (corruption); (c) mengejek dan membuka aib orang lain. 

Sifat ini sudah menjadi trend masa kini, seolah-olah dirinya yang paling benar dan hebat, yang lain dianggap remeh sebagai pihak lawannya. Dari sini bermula munculnya “benih-benih” permusuhan dan kebencian.

Tetapi bila lidah dan hati dijaga, dan dikendalikan dari berbagai sifat seperti disebutkan di atas, maka dipastikan kehidupan ini sangat damai dan menyenangkan bahkan melebihi dari nilai material sebagai ganti balasannya. 

Kerana itu Rasulullah berpesan: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia mengatakan yang baik atau diam saja.” (HR Bukhari).

Sunday, 8 February 2015

KISAH MEMINANG RABIATUL ADAWIYAH


Pada suatu hari, Imam Hasan Al-Basri bersama dua orang sahabatnya pergi ke rumah Rabiah Adawiyah untuk meminangnya untuk salah seorang daripada mereka. Niat murni mereka disambut baik oleh Rabiah. Rabiah akan menjawab sama ada beliau bersetuju atau tidak dengan pinangan itu jika soalannya dijawab. Lalu Rabiah bertanya kepada mereka.

Rabiatul Adawiyah : "Hai Hassan, dalam berapa bahagiankah Allah menciptakan akal?"

Hasan Al-Basri : "10 bahagian, 9 untuk lelaki 1 untuk wanita."

Rabiatul Adawiyah : "Dalam berapa bahagiankah Allah menciptakan nafsu?"

Hasan Al-Basri : "10 bahagian, 9 untuk wanita 1 untuk lelaki."

Rabiatul Adawiyah : "Hai Hasan, aku dapat menguasai 9 nafsu dengan 1 akal, sedangkan kamu, pihak lelaki tidak dapat menguasai 1 bahagian nafsu dengan 9 akal yang kamu dapat."

Mendengar kata-kata daripada Rabiah itu, mereka pun tunduk malu dan sedih lalu meminta diri untuk pulang dalam keadaan yang kecewa dan janggutnya basah terkena air matanya yang mengalir keluar.

Saturday, 7 February 2015

BISYIR AL-HARITH AL-HAFI SUFI AGONG


" Dikisahkan, selama 40 tahun Bisyr Al-Hafi sangat menginginkan untuk memakan daging panggang, tetapi ia tidak mempunyai wang untuk membelinya. Bertahun-tahun ia ingin memakan kacang buncis, tetapi tak sedikit pun ada yang dimakannya. Pada hal, kalau Bisyr mahu, sebagai orang yang selalu menghadap kepada Allah swt, seorang yang dekat dengan Allah swt, dia hanya perlu berdoa memohon kepada Allah Swt apa yang diinginkannya. Tapi dia tidak mahu melakukannya. Jalan hidup penyangkalan dirinya yang begitu kuat membuat dia juga berpantang meminum air dari saluran yang ada pemiliknya. Menjaga punca makanan dan minuman nya daripada sumber yang halal."

Kasih sayangnya kepada orang fakir miskin begitu luar biasa. Pernah salah seorang sahabatnya sedang bersama Bisyr dalam suasana cuaca yang sangat dingin sekali. Semua orang mengenakan jaket tebal. Tetapi Bisyr tidak memakainya malah melepas pakaiannya sehingga tubuhnya menggigil kedinginan."

“Abu Nashr,” sahabatnya menegurnya. Dalam cuaca dingin seperti ini orang-orang semua memakai pakaian mereka yang tebal, tetapi engkau tidak malah melepaskannya.”

Jawab beliau, "Aku teringat kepada orang-orang yang miskin,” jawab Bisyr. “Aku tidak mempunyai wang untuk menolong mereka, oleh kerana itulah aku ingin turut sama merasakan penderitaan mereka. Kerana itulah aku melepaskan pakaian tersebut."

AKHLAK RASULULLAH



Suatu ketika Rasulullah SAW berjalan di Kota Makkah. Beliau melihat seorang wanita tua menunggu seseorang yang boleh diminta tolong membawakan barangnya. Begitu Rasulullah lalu di hadapannya, dia memanggil, “Hai orang Arab! Tolong bawakan barang ini, nanti aku bayar upahnya.”

Rasulullah SAW sengaja melalui di hadapan nenek itu karena bermaksud hendak menolongnya. Maka, ketika Rasulullah menghampirinya, beliau segera mengangkat barang-barang itu seraya berkata, “Aku akan mengangkatkan barangmu tanpa bayaran.”

Di tengah perjalanan, wanita itu berkata, “Menurut khabar yang beredar di Kota Makkah ini ada seseorang yang mengaku Nabi, namanya Muhammad. Hati-hatilah engkau dengan orang itu. Jangan sampai engkau teperdaya dan mempercayainya.” 

Wanita itu terus menerus mengatakan kata-kata cela dan nista terhadap Nabi Muhammad namun baginda tetap mendengar dengan sabar sambil mengangkat barang-barang wanita itu.

Nenek tua itu sama sekali tidak tahu bahwa pemuda yang menolongnya dan sedang bersamanya adalah Muhammad Rasulullah sendiri. Dia bertanya kepada Rasulullah ,” Wahai pemuda, kamu ini sungguh baik hati ,siapa namamu?. Maka beliau berkata kepada si nenek, “Aku inilah sebenarnya Muhammad…”

Nenek tua itu terperanjat begitu menyedari pemuda yang menolongnya adalah Muhammad yang diceritakannya. Maka, pada saat itu juga nenek itu langsung meminta maaf dan bersyahadat masuk Islam. Dia pun kemudian memuji akhlak Nabi Muhammad. “Sungguh engkau memiliki akhlak yang mulia dan luhur.”

Friday, 6 February 2015

KISAH ZUN-NUN AL-MISRI SEORANG SUFI


Beberapa waktu yang lalu, di Mesir hidup seorang sufi yang masyhur bernama Zun-Nun. 

Seorang pemuda mendatanginya kepada Zun-Nun Al-Misri dan bertanya.

Tuan, saya belum faham mengapa orang seperti anda mesti berpakaian seperti ini, amat sangat sederhana. Bukankah di zaman ini berpakaian baik amat perlu, bukan hanya untuk penampilan namun juga untuk tujuan banyak hal lain. Zun-Nun Al-Misri hanya tersenyum, ia lalu melepaskan cincin dari salah satu jarinya, lalu berkata.

Wahai Sahabat ku, akan kujawab pertanyaanmu, tetapi lebih dahulu lakukan satu hal untukku. Ambillah cincin ini dan bawalah ke pasar . , bolehkah kamu menjualnya seharga satu keping emas”.
Melihat cincin Zun-Nun yang kotor, pemuda tadi merasa ragu dan berkata 

Satu keping emas ?
Saya tidak yakin cincin ini boleh dijual dengan harga itu.
Cubalah dulu sahabat ku. Siapa tahu kamu berhasil, jawab Zun-Nun.
Pemuda itu pun bergegas ke pasar. Ialu menawarkan cincin itu kepada pedagang kain, pedagang sayur, penjual daging dan ikan, serta kepada yang lainnya. Ternyata, tak seorang pun berani membeli seharga satu keping emas. Mereka menawarnya hanya satu keping perak.
Tentu saja, pemuda itu tak berani menjualnya dengan harga satu keping perak. Ia kembali kepada Zun-Nun dan memberitahunya ..

Tuan, tak seorang pun yang berani menawar lebih dari satu keping perak.
Sambil tersenyum arif Zun-Nun berkata.
Sekarang pergilah kamu ke kedai emas di belakang jalan ini. Cuba perlihatkan kepada pemilik kedai atau tukang emas di sana. Jangan buka harga. Dengarkan saja, bagaimana ia memberikan penilaian.
Pemuda itu pun pergi ke kedai emas yang dimaksud. Ia kembali kepada Zun-Nun dengan raut wajah yang lain. Ialu kemudian memberitahu.

Tuan, ternyata para pedagang di pasar tidak tahu nilai sesungguhnya dari cincin ini. Pedagang emas menawarnya dengan harga seribu keping emas. Rupanya nilai cincin ini seribu kali lebih tinggi daripada yang ditawar oleh para pedagang di pasar.
Zun-Nun tersenyum simpul sambil berkata.

Itulah jawapan atas pertanyaanmu tadi sahabat ku. Seseorang tak boleh dinilai dari pakaiannya. Hanya pada pedagang mata zahir.pedagang Emas dan permata yang ada dalam diri seseorang, hanya dapat dilihat dan dinilai jika kita mampu melihat kedalaman jiwa. Diperlukan kearifan untuk meneroka di alam kebatinan. Dan itu perlu proses dan masa, wahai sahabat ku. Kita tak dapat menilainya hanya dengan tutur kata dan sikap yang kita dengar dan lihat sekilas pandang. Seringkali yang disangka emas ternyata loyang dan yang kita lihat sebagai loyang ternyata emas.