Thursday, 3 April 2014
NUSAIBAH BINTI KA'AB PERISAI RASULULLAH
Nusaibah binti Ka'ab Al-Anshariyah adalah seorang sahabat wanita yang agung lagi gagah berani. Banyak jasa telah ia ukir dalam perjuangan dakwah Islam. Ummu Imarah, demikian ia biasa dipanggil, adalah salah satu contoh keberanian yang abadi.
Ia merupakan sri kandi pahlawan yang tidak pernah tinggal melaksanakan kewajiban bila mana ada panggilan untuknya. Semua target perjuangannya ditujukan untuk kemuliaan dunia dan akhirat.
Ummu Imarah adalah seorang sahabat wanita yang agung. Ia termasuk satu dari dua wanita yang bergabung dengan 70 orang laki-laki Anshar yang hendak berbaiat kepada Rasulullah dalam Baiat Aqabah Kedua. Pada waktu itu, ia berbaiat bersama suaminya, Zaid bin Ashim, dan dua orang putranya.
Kisah kepahlawanan Nusaibah yang paling dikenang sepanjang sejarah adalah pada saat Perang Uhud, di mana ia dengan segenap keberaniannya membela dan melindungi Rasulullah.
Pada perang itu, Nusaibah bergabung dengan pasukan Islam untuk melaksanakan tugas penting di bidang logistik dan perubatan. Bersama para wanita lainnya, Nusaibah ikut menyediakan air kepada para prajurit Muslim dan mengubati mereka yang terluka.
Ketika kaum Muslimin dilanda kekacauan kerana para pemanah di atas bukit melanggar perintah Rasulullah, nyawa beliau berada dalam bahaya. Ketika melihat Rasulullah menangkis berbagai serangan musuh sendirian, Nusaibah segera mempersenjatai dirinya dan bergabung dengan yang lainnya membentuk pertahanan untuk melindungi beliau.
Dalam berbagai riwayat disebutkan, bahwa ketika itu Nusaibah berperang penuh keberanian dan tidak menghiraukan diri sendiri ketika membela Rasulullah. Saat itu, Nusaibah menderita luka-luka di sekujur tubuhnya. Sekurang-kurangnya ada sekitar 12 luka di tubuhnya, dengan luka di leher yang paling parah. Namun hebatnya, Nusaibah tidak pernah mengeluh, mengadu, atau bersedih.
Ketika Rasulullah melihat Nusaibah terluka, beliau bersabda, "Wahai Abdullah (putra Nusaibah), balutlah luka ibumu! Ya Allah, jadikanlah Nusaibah dan anaknya sebagai sahabatku di dalam surga."
Mendengar doa Rasulullah, Nusaibah tidak lagi menghiraukan luka di tubuhnya dan terus berperang, membela Rasulullah dan agama Allah. "Aku telah meninggalkan urusan duniawi," ujarnya.
Dalam sejarah Islam, Nusaibah juga disebut-sebut sebagai seorang wanita yang memiliki kesabaran luar biasa dan selalu mendahulukan kepentingan orang lain. Ketika salah seorang putranya syahid dalam sebuah pertempuran, Nusaibah menerimanya dengan penuh keyakinan bahwa putranya mendapatkan kedudukan tinggi di sisi Allah. Ia menerima berita kematian anaknya dengan penuh serta kebanggaan.
Selain Perang Uhud, Nusaibah bersama suami dan putra-putranya juga ikut dalam peristiwa Hudaibiyah, Perang Khaibar, Perang Hunain dan Perang Yamamah. Dalam berbagai pertempuran itu, Nusaibah tidak hanya membantu mengurus logistik dan merawat orang-orang yang terluka, tapi juga mengangkat senjata menyambut serangan musuh.
Setelah Rasulullah SAW wafat, sebagian kaum Muslimin kembali murtad dan enggan berzakat. Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq segera membentuk pasukan untuk memerangi mereka. Abu Bakar mengirim surat kepada Musailamah Al-Kadzdzab dan menunjuk Habib, putra Nusaibah, sebagai utusannya.
Namun, Musailamah menyiksa Habib dengan memotong anggota tubuhnya satu persatu sampai syahid. Meninggalnya Habib meninggalkan luka yang dalam di hati Nusaibah. Pada Perang Yamamah, Nusaibah dan putranya, Abdullah, ikut memerangi Musailamah hingga tewas di tangan mereka berdua.
Beberapa tahun setelah Perang Yamamah, Nusaibah meninggal dunia. Semoga Allah mencurahkan rahmat kepada Nusaibah binti Ka'ab Al-Anshariyah dengan curahan rahmat-Nya yang luas, menyambutnya dengan keredhaan, serta memuliakan kedudukannya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment