Tuesday, 20 February 2018
CARA MELAYAN TETAMU
Selama empat bulan Syibli menerima Abu Hafshin Al Haddad sebagai tetamu. Setiap hari ia menyajikan beraneka macam santapan dan berbagai macam jenis kuih.
Ketika berangkat pulang, Abu Hafshin berkata kepada Syibli:
"Jika engkau datang ke Nishapur akan aku ajarkan kepadamu cara menjamu tetamu dan kemurahan hati yang sejati".
"Apakah kesalahan yang telah aku lakukan?", Syibli bertanya.
"Engkau terlampau menyibukkan dirimu. Jamuan yang berlebih-lebihan tidaklah sama dengan kemurahan hati. Engkau harus melayan tetamu seperti melayan dirimu sendiri. Dengan demikian kedatangan tetamu tidak merupakan beban kepadamu dan kepergiannya tidak merupakan alasan untuk merasa lega. Jika engkau terus menjamu tamu secara berlebihan, maka kedatangannya akan engkau anggap sebagai beban dan kepergiannya sebagai kelegaan. Seorang yang beranggapan demikian terhadap tamunya, tidak dapat dikatakan bersifat pemurah".
Ketika Syibli datang ke Nishapur, ia menginap di rumah Abu Hafshin. Semua tetamu berjumlah empat puluh orang, dan sewaktu malam tiba, Abu Hafshin menyalakan empat puluh satu buah pelita.
"Bukankah engkau sendiri mengatakan bahwa kita jangan berlebihan?", Syibli menegur Abu Hafshin.
"Jika demikian, padamkanlah olehmu lampu-lampu itu".
Syibli menuruti, tetapi betapa pun ia berusaha hanya satu lampu yang dapat dipadamkannya.
"Syeikh, apakah ertinya semua ini?" Tanya Syibli kepada Abu Hafshin.
"Kalian adalah empat puluh utusan Allah, kerana seorang tetamu adalah seorang utusan Allah. Jadi wajarlah apabila demi Allah aku menyalakan sebuah pelita untuk masing-masing di antara kalian dan sebuah untuk diriku sendiri. Keempat puluh pelita yang aku nyalakan demi Allah itu tidak sanggup engkau padamkan, tetapi satu pelita yang aku nyalakan untuk diriku sendiri itu berhasil engkau padamkan. Segala hal yang telah kau lakukan di Baghdad itu dahulu, engkau lakukan demi diriku, tetapi yang aku lakukan di sini, aku lakukan demi Allah. Jadi yang kau lakukan dahulu itu merupakan hal yang berlebih-lebihan tetapi yang aku lakukan ini bukan".
Sumber : Kitab Tazkiratul Auliya Karangan Syeikh Fariddudin Attar
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment