Wednesday, 19 October 2016

KARAMAH KHALID AL WALID R.A


Kisah Pertama


Suatu hari, Khalid bin Walid singgah di suatu kampung. Orang-orang memperingatkannya, "Waspadalah terhadap racun, jangan minum suguhan orang-orang asing!" Namun Khalid menjawab, "Berikan racun itu kepadaku!" Kemudian ia mengambil minuman beracun itu, lalu meneguknya sambil membaca basmalah, dan tidak terjadi sesuatu pun yang membahayakannya. (Diriwayatkan oleh Abu Ya'la, Al-Baihaqi, dan Abu Na`im dari Abu Safar)


Dalam riwayat lain diceritakan bahwa pada masa kekhalifahan Abu Bakar, Khalid bin Walid pergi ke suatu kampung. Penduduk kampung itu menyuruh Abdul Masih menyambut Khalid dengan membawa minuman yang mengandung racun ganas. Khalid berkata kepada Abdul Masih, "Berikan minuman itu!" Ketika ia istirahat, Khalid mengambil minuman beracun itu lalu berdoa, "Dengan menyebut nama Allah, Tuhan langit dan bumi. Dengan menyebut nama Allah yang tidak akan mencelakakan hamba-Nya, kerana nama-Nya mengandung ubat." Kemudian Khalid meneguk minuman beracun itu. Abdul Masih kembali ke kaumnya, lalu berkata, "Hai kaumku, ia telah minum racun ganas itu, tetapi ia tidak apa-apa." Akhirnya kaum itu berdamai dengan orang-orang muslim. (Dikisahkan oleh Al-Kalbi)


Kisah ke-2


Diceritakan juga bahwa ada seorang laki-laki mendatangi Khalid dengan membawa guci berisi arak. Khalid lalu berdoa, "Ya Allah jadikanlah arak ini madu." Lalu arak itu berubah menjadi madu. Dalam versi lain diceritakan bahwa ada seorang laki-laki melewati Khalid dengan membawa guci berisi arak. Khalid bertanya kepadanya, "Apa ini?" la menjawab, "Cuka." Kemudian Khalid berdoa, "Ya Allah, jadikan isi geribah ini cuka". Lalu orang-orang melihat geribah itu berisi cuka, padahal sebelumnya arak. (Riwayat Ibnu Abi Dunya dari Khaitsamah)


Riwayat lainnya menceritakan, Khalid bin Walid mendapat laporan bahwa ada angggota pasukannya yang minum arak. Maka Khalid menginspeksi pasukannya, dan ia menemukan seseorang membawa guci berisi arak. Khalid bertanya, "Apa ini?" Laki-laki itu menjawab, "Cuka." Khalid berdoa, "Ya Allah, jadikanlah geriba itu berisi cuka." Laki-laki itu membuka guci, dan ternyata isinya telah berubah menjadi cuka, ia lalu berujar, "Ini berkat doa Khalid." (Diriwayatkan oleh Ibnu Sa'ad dari Maharib bin Datstsar)


Sumber : Kitab Jami' Karamat Al Auliya Karangan Syeikh Yusof Al Nabhani.

KISAH SUFI PENGETAHUAN DAN KEYAKINAN


Pada suatu hari Hasan Al Basri berkunjung ke rumah Habib Al Ajami. Kepadanya Habib menjamu dua potong roti gandum dan sedikit garam. Hasan sudah bersiap-siap hendak menyantap hidangan itu, tetapi seorang pengemis datang dan Habib menyerahkan kedua potong roti beserta garam itu kepadanya.

Hasan terheran-heran lalu berkata: "Habib, engkau memang Seorang manusia budiman. Tetapi alangkah baiknya seandainya engkau memiliki sedikit pengetahuan. Engkau mengambil roti yang telah engkau jamukan ke ujung hidung tamu lalu memberikan semuanya kepada seorang pengemis. Seharusnya engkau memberikan sebagian kepada si pengemis dan sebagian lagi kepada tamumu". Habib tidak memberikan jawaban.

Tidak lama kemudian seorang hamba datang sambil menjunjung sebuah bekas. Di atas bekas tersebut ada daging domba panggang, penganan yang manis-manis dan wang lima ratus dirham perak. Si hamba menyerahkan bekas tersebut ke hadapan Habib. Kemudian Habib membagi-bagikan wang tersebut kepada orang-orang miskin dan menempatkan bekas tersebut di samping Hasan.

Ketika Hasan memakan daging panggang itu, Habib berkata kepadanya: "Guru, engkau adalah seorang manusia budiman, tetapi alangkah baiknya seandainya engkau memiliki sedikit keyakinan. Pengetahuan harus disertai dengan keyakinan".

Sumber : Kitab Tazkiratul Auliya Karangan Syeikh Fariddudin Al Attar.

KARAMAH SAYIDINA HUSEIN R.A


Ibnu Syihab al-Zuhri menuturkan bahwa semua orang yang terlibat dalam pembunuhan Husein mendapat siksa di dunia. Ada yang dibunuh, buta, wajahnya menghitam, atau kehilangan kekuasaan dalam waktu singkat. Di antara yang mengalaminya adalah Abdullah bin Khashin. Ketika pihak Yazid bin Muawiyah dan Husein berperang dan mereka menghalangi Husein untuk mendapatkan air, Abdullah memanggil Husein lalu berkata, "Hai Husein! Tidakkah kamu lihat air itu seolah-olah berada di tengah-tengah langit. Demi Allah, kamu tidak akan merasakan setetes air pun, sampai kamu mati kehausan." Kemudian Husein berdoa, "Ya Allah, semoga dia mati kehausan." Lalu Abdullah meminum air itu tanpa henti tetapi dahaganya tidak hilang juga, sampai ia mati kehausan. (Dikemukakan oleh Imam al-Syali Ba'lawi dalam kitab Al Masyru' al-Marwi )

Dalam kisah lain diceritakan bahwa Husein berdoa ketika hendak meminum air yang dibawanya, tiba-tiba seorang laki-laki yang dikenal sebagai seorang penakut memanah Husein. Anak panah itu mengenai langit-langit rnulut Husein sehingga ia tidak dapat minum. Lalu Husein r.a. berdoa, "Ya Allah, berikan rasa haus kepadanya." Maka orang yang keji itu berteriak-teriak kerana perutnya kepanasan dan punggungnya kedinginan. Kemudian di depannya diletakkan ais dan kipas, sementara di belakangnya diletakkan tungku perapian, dia berteriak, "Beri aku minum!" Lalu ia diberi satu wadah besar berisi arak, air, dan susu, yang cukup untuk lima orang. Ia meminumnya, tetapi ia tetap berteriak kehausan. Ia diberi minum lagi dengan ukuran semula, lalu meminumnya sampai perutnya kembung seperti perut unta. (Dituturkan oleh Ibnu Hajar dalam kitabAl-Shawa'iq)

Diceritakan pula bahwa ada seorang tua yang terlibat dalam pembunuhan Husein mendengar berita bahwa semua orang yang terlibat dalam pembunuhan itu tidak akan mati kecuali telah mendapat siksa di dunia. Orang tua itu berkata, "Aku ikut menyaksikan pembunuhan itu, tetapi belum pernah ditimpa kejadian tidak mengenakkan." Kemudian ia berdiri di dekat lampu untuk memperbaikinya, tiba-tiba api berkobar menyambarnya, sehingga ia berteriak-teriak, "Api! Api!" Sampai akhirnya dia tewas terbakar. (Diceritakan oleh Al-Syali)

Al-Syali juga menceritakan bahwa ada seseorang yang hanya menghadiri pembunuhan Husein, lalu ia menjadi buta. Ketika ditanya tentang sebab kebutaannya, ia menceritakan bahwa ia melihat Nabi Saw memegang pedang, dan di depan beliau terhampar tikar dari kulit. Ia juga melihat 10 orang pembunuh Husein disembelih di hadapan Nabi. Nabi mencela dan mencemohnya kerana telah ikut mendukung para pembunuh itu. Kemudian Nabi menempelkan celak dari darah Husein ke matanya, lalu ia menjadi buta.

Dalam kisah lain, Asy-Syali menceritakan bahwa ada seseorang yang menggantung kepala Husein dengan tali pelana kudanya. Beberapa hari kemudian, wajahnya tampak lebih hitam daripada aspal. Ada seseorang yang berkata kepadanya, "Anda adalah orang Arab yang paling hitam wajahnya." Dia menjawab, "Pada malam ketika aku memegang kepala Husein itu, lalulah dua orang yang mencengkam lenganku. Mereka menggiringku ke arah api yang menyala-nyala dan mendorongku masuk ke dalamnya. Aku hanya dapat menunduk lemah, api itu menghanguskan kulitku sehingga hitam legam seperti yang kau lihat." Akhirnya ia tewas dalam keadaan mengerikan.

Sumber : Kitab Jami' Karamat Al Auliya Karangan Syeikh Yusof Al Nabhani.

SIFAT AMANAH IBRAHIM ADHAM


Ibrahim bin Adham pernah bekerja menjaga sebuah kebun buah-buahan. Pada suatu hari pemilik kebun itu datang kepadanya dan berkata: "Ambilkanlah padaku beberapa buah delima yang manis rasanya". Maka aku ambilkan beberapa buah tetapi ternyata rasanya masam.


"Bawakanlah buah-buahan yang manis", si pemilik kebun mengulangi perintahnya. Maka aku bawakan delima sepinggan penuh, namun buah-buahan itu masam pula rasanya.


Si pemilik kebun berseru: "Masya Allah, telah sedemikian lama engkau bekerja di kebun ini namun engkau tidak mengenal buah delima yang telah masak?"

"Aku menjaga kebunmu namun aku tak tahu bagaimana rasanya buah delima kerana aku tak pernah merasanya", jawabku.

Maka berkatalah si pemilik kebun: "Dengan keteguhan yang seperti ini, aku mempuniyai persangkaan bahwa engkau adalah Ibrahim bin Adham".

Setelah mendengar kata-kata tersebut segeralah aku meninggalkan tempat itu.

Sumber : Kitab Tazkiratul Auliya Karangan Syeikh Fariddudin Attar

KISAH SI KAYA YANG MISKIN


Seorang kaya datang hendak memberi wang seribu dinar kepada Ibrahim Adham. "Terimalah wang ini", katanya kepada Ibrahim Adham.
"Aku tidak mahu menerima sesuatu pun dari para pengemis", jawab Ibrahim Adham.
"Tetapi aku adalah seorang yang kaya", balas orang itu.
"Apakah engkau masih menginginkan kekayaan yang lebih besar dari yang telah engkau miliki sekarang ini?, tanya Ibrahim Adham.
"Ya", jawabnya.
"Bawalah kembali wang ini!. Engkau adalah ketua para pengemis, Engkau bahkan bukan seorang pengemis lagi tetapi seorang yang sangat papa dan selalu menderita kesusahan".

Sumber : Kitab Tazkiratul Auliya Karangan Syeikh Fariddudin Attar.

Monday, 3 October 2016

MAULANA RUMI DAN BOTOL MINUMANNYA


Suatu malam, Maulana Jalaluddin Rumi mengundang Syamsuddin Tabrizi ke rumahnya. Mursyid Syamsuddin yang merupakan wali Allah pun menerima undangan itu dan datang ke kediaman Maulana. Setelah semua hidangan makan malam siap, Syams berkata pada Rumi;

“Apakah kau boleh menyediakan minuman untukku?”. (yang dimaksud : arak / khamr)

“Di waktu malam seperti ini, dari mana aku boleh mendapatkan arak?”.

“Perintahkan salah satu pembantumu untuk membelinya”.

“Kehormatanku di hadapan para pembantuku akan hilang”.

“Kalau begitu, kau sendiri pergi keluar untuk membeli minuman”.

“Seluruh kota mengenalku. Bagaimana boleh aku keluar membeli minuman?”.

“Kalau kau memang muridku, kau harus menyediakan apa yang aku inginkan. Tanpa minum, malam ini aku tidak akan makan, tidak akan berbincang, dan tidak boleh tidur”.

Kerana kecintaan pada gurunya Syeikh Syamsuddin, akhirnya Maulana memakai jubahnya, menyembunyikan botol di balik jubah itu dan berjalan ke arah perkampungan kaum Nasrani/Kristian.

Sampai sebelum beliau masuk ke perkampungan tersebut, tidak ada yang bersangka buruk terhadapnya, namun begitu beliau masuk ke pemukiman kaum Nasrani, beberapa orang terkejut dan akhirnya mengekorinya dari belakang.

Mereka melihat Rumi masuk ke sebuah kedai arak. Ia terlihat mengisikan botol minuman kemudian dia sembunyikan lagi di balik jubah lalu keluar.

Setelah itu diikuti terus oleh orang-orang yang jumlahnya bertambah banyak. Hingga sampailah Maulana di depan masjid tempat ia menjadi imam bagi masyarakat kota.

Tiba-tiba salah seorang yang mengikutinya tadi berteriak; “Wahai manusia, Syeikh Jalaluddin yang setiap hari jadi imam shalat kalian baru saja pergi ke perkampungan Nasrani dan membeli minuman keras!!!”.

Orang itu berkata begitu sambil menyingkap jubah Maulana. Khalayak melihat botol yang dipegang Maulana. “Orang yang mengaku ahli zuhud dan kalian menjadi pengikutnya ini membeli arak dan akan dibawa pulang!!!”, orang itu menambahkan siarannya.

Orang-orang bergantian meludahi muka Maulana dan memukulinya hingga serban yang ada di kepalanya terperosok ke leher.

Melihat Rumi yang hanya diam saja tanpa melakukan pembelaan, orang-orang semakin yakin bahwa selama ini mereka ditipu oleh kebohongan Rumi tentang zuhud dan takwa yang diajarkannya. Mereka tidak kasihan lagi untuk terus menghajar Rumi hingga ada juga yang berniat membunuhnya.

Tiba-tiba terdengarlah suara Syamsuddin Tabrizi; “Wahai orang-orang tak tahu malu. Kalian telah menuduh seorang alim dan faqih dengan tuduhan minum arak, ketahuilah bahwa yang ada di botol itu adalah cuka untuk bahan masakan. Seseorang dari mereka masih mengelak".

“Ini bukan cuka, ini arak”. Syamsuddin mengambil botol dan membuka tutupnya. Dia menitiskan isi botol di tangan orang-orang agar menciumnya. Mereka terkejut kerana yang ada di botol itu memang cuka. Mereka memukuli kepala mereka sendiri dan bersimpuh di kaki Maulana. Mereka berdesakan untuk meminta maaf dan menciumi tangan Maulana hingga perlahan-perlahan mereka pergi satu demi satu.

Rumi berkata pada Syeikh Syamsuddin , “Malam ini kau membuatku terjerumus dalam masalah besar sampai aku harus menodai kehormatan dan nama baikku sendiri. Apa maksud semua ini?”.

“Agar kau mengerti bahwa wibawa yang kau banggakan ini hanya khayalan semata. Kau fikir penghormatan orang-orang awam seperti mereka ini sesuatu yang abadi? Padahal kau lihat sendiri, hanya kerana dugaan satu botol minuman saja semua penghormatan itu dilupakan dan mereka mula meludahimu, memukuli kepalamu dan hampir saja membunuhmu. Inilah kebanggaan yang selama ini kau perjuangkan dan akhirnya lenyap dalam sesaat.

Maka bersandarlah pada yang tidak tergoyahkan oleh waktu dan tidak terpatahkan oleh perubahan zaman.

Demikian adalah salah satu bentuk pentarbishan hati yang diterima oleh Maulana Jalaluddin Rumi dari gurunya sehingga beliau menjadi orang yang sangat tinggi kedudukannya disisi Allah. 

Pelajaran untuk kita ialah tidak mudah untuk berburuk sangka dan begitu melulu menuduh orang lain dengan sesuatu kejahatan kerana agama telah kita mengajarkan saluran yang lebih mulia dan tinggi dalam berinteraksi dengan manusia.

(Dari kumpulan kisah Maulana Jalaluddin Rumi)

SIAPA YANG GILA?


Dikisahkan bahawa Buhlul adalah merupakan seorang lelaki gila pada zaman al-Khalifah al-'Abbasi Harun ar-Rasyid.

Pada suatu hari, Harun ar-Rasyid lalu berdekatan dengannya. Ketika itu dia sedang duduk di sisi kubur.

Harun ar-Rasyid berkata kepadanya dalam keadaan menghina: "Wahai Buhlul, wahai si gila, bilalah kamu ni akan ada akal?

Buhlul pun memanjat sebatang pokok sehingga sampai ke tempat yang paling tinggi. Kemudian dia menyeru Harun dengan sekuat-kuat suaranya. Wahai Harun, wahai si gila, bilalah kamu ni akan ada akal? 

Harun pun pergi ke bawah pokok tersebut sambil menunggang kudanya. Harun berkata kepada Buhlul:"Aku yang gila atau engkau yang yang berada di atas pokok? "

Buhlul berkata kepada Harun:"Aku ada akal".

Harun bertanya:"Bagaimana kamu mengatakan kamu ada akal?"

Buhlul menjawab:"Aku ada akal dan tidak gila kerana aku tahu bahawa benda ni akan hilang (sambil dia menunjukkan ke arah istana Harun) dan benda ini akan kekal (sambil dia menunjukkan ke arah kubur).

Maka aku telah meng'imarahkan ini sebelum ini. 

Manakala kamu pula sesungguhnya telah meng'imarahkan yang ini (dimaksudkan istana Harun) dan kamu telah merosakkan yang ini (dimaksudkan kubur).

Kamu benci untuk berpindah daripada tempat yang kamu makmurkan kepada tempat yang kamu rosakkan sedangkan kamu tahu bahawa kubur itulah tempat kamu kembali bahkan tidak mustahil lagi. 

Buhlul pun berkata:"Katakanlah kepadaku siapakah di antara kita yang gila sebenarnya? "

Gementar hati Harun ar-Rasyid dan dia menangis sehingga basah janggutnya. Lalu dia berkata:"Demi Allah, sesungguhnya engkau benar."

Kemudian Harun berkata:"Tambahkanlah nasihat untukku ya Buhlul."

Buhlul berkata:"Cukuplah bagimu Kitab Allah maka berpegang teguhlah dengannya."

Harun berkata:"Adakah kamu ada sesuatu hajat, aku akan tunaikannya."

Buhlul berkata:"Ya, aku ada tiga hajat. Jika kamu menunaikannya, aku berterima kasih kepadamu."

Harun berkata:"Mintalah hajatmu itu."

Buhlul pun berkata:"Engkau tambahkan umurku."

Jawab Harun: "Aku tak mampu. "

Buhlul berkata lagi:"Kamu selamatkan aku daripada Malaikat Maut."

Jawab Harun:"Aku tak mampu."

Buhlul berkata lagi:"Engkau masukkan aku ke dalam Syurga dan jauhkan aku daripada Neraka."

Jawab Harun:"Aku tak mampu."

Buhlul berkata:"Maka ketahuilah bahawa sesungguhnya engkau adalah 'mamluk' (yang dimiliki) dan engkau bukanlah 'malik' (yang memiliki). 

Aku tiada apa-apa hajat di sisimu.

KISAH WALI DENGAN RAJA YANG ZALIM


Diceritakan bahwa pada suatu hari seorang syeikh dicabar oleh seorang raja untuk menunjukkan karomahnya,”Kalau engkau tidak dapat menunjukkan hal yang luar biasa kepadaku, maka aku akan membunuh murid-muridmu ini.” Saat itu, berdekatan syeikh ada kotoran unta, lalu syeikh berkata,”Lihatlah!” Tiba-tiba kotoran itu berubah menjadi emas. Di sisi syeikh ada gayung tanpa air. Lalu ia mengambil gayung itu dan melemparkannya ke udara. Sewaktu ia mengambilnya kembali, gayung itu sudah penuh air, padahal keadaan gayung itu terbalik tetapi tidak ada setetes air pun yang tumpah. Sang raja berkata, "Ini sihir!” Selanjutnya raja menyalakan api besar, lalu menyuruh murid-murid syeikh memasukinya. Selesai mengelilingi api, masuklah syeikh dan beberapa muridnya ke dalam api. Kemudian syeikh keluar lagi dari api itu dan menyambar putra kecil sang raja. Ia masuk kembali ke dalam api dan menghilang selama 1 jam sampai raja menduga anaknya ikut terbakar. Kemudian syeikh dan anak raja itu keluar sambil memegang apel dan delima. Sang ayah bertanya,’Dari mana saja kamu?” Jawabnya,”Dari taman,” Berkatalah para pembesar raja,”Ini dibuat-buat tidak nyata”. Sang raja berkata kepada syeikh itu,”Kalau kamu dapat selamat minum segelas racun ini, maka aku akan mempercayaimu.” Syeikh itu meminumnya, maka terkoyak-koyaklah pakaiannya. Hadirin lalu memberi pakaian yang lain, maka terkoyak-koyaklah kainnya. Demikianlah hal tersebut dilakukan berulang-ulang hingga hancurlah pakaian syeikh tersebut hingga kelihatan ototnya. Tetapi racun yang mematikan itu tidak berpengaruh apa-apa.

Sumber : Kitab Jami Al Karamat Al Auliya Karangan Syeikh Yusof Al Nabhani.

KARAMAH SAYIDINA ABU BAKAR AS SIDDIQ


Kisah Pertama

Diriwayatkan dari Imam Bukhari dan Muslim bahwa Abdurrahman bin abu bakar berkata “Pada Suatu hari, Abu Bakar Siddiq R.A didatangi oleh tiga orang tamu dirumahnya. Lalu Abu Bakar Siddiq pergi menemui Rasulullah SAW. Untuk makan malam. Ia baru kembali kerumahnya pada tengah malam. Setibanya dirumah, istrinya bertanya “Apa yang menyebabkan kamu menahan tiga orang tamumu disini ?”

“Sudahkah engkau berikan makan malam pada tiga orang tamuku itu ?” tanya Abu Bakar pada istrinya kembali.

Istrinya menjawab “Mereka tidak mau makan sebelum engkau datang”

“Demi Allah, sedikitpun aku tidak akan makan” ucap Abu Bakar.

Kemudian Abu Bakar Siddiq RA menemui tamunya dan berkata “Makanlah hidangan ini”.

“Demi Allah, kami sungguh heran. Setiap kali kami makan sesuap, hidangan itu menjadi bertambah banyak sampai kami semua merasa kekenyangan. Dan hidangan itu bertambah banyak saja dari semula” jawab seorang tamunya.

Ketika Abu Bakar melihatnya, ia pun melihat hidangan itu sangat banyak. Lalu ia bertanya pada istrinya, “Wahai Istriku, apakah engkau memasak makanan sebanyak ini ?”

“Tidak, Demi Allah ! Sungguh hidangan ini bertamabah banyak tiga kali dari semula,” Jawab istrinya menjelaskan.

Kemudian Abu Bakar ikut makan dari hidangan itu sambil berkata “mungkin ini perbuatan setan”. Setelah para tamunya pulang. Abu Bakar membawa hidangan itu kepada Rasulullah SAW.

Esok paginya, hidangan itu seperti semula. Saat itu, kami sedang mempunyai janji dengan suatu kaum. Setelah batas waktunya berlalu, dua belas orang dari kami keluar. Mereka sambil membawa teman-temannya yang banyak. Kemudian Rasulullah SAW menyuruh mereka datang lagi untuk makan bersama hidangan itu hingga puas.”

Kisah Ke-2

Imam Fakhrur Razi ketika menafsirkan surat Al Kahfi, Menceritakan “ Termasuk salah satu karamah Abu Bakar Siddiq RA ialah ketika jenazah beliau sedang diusung sampai didepan pintu makam Rasulullah SAW, orang-orang yang sedang mengusungnya berkata “Assalamu Alaika Ya Rasulullah, ini Abu Bakar sedang diluar pintu”

Tiba-tiba pintu makam Rasulullah SAW terbuka dan terdengar suara dari arah makam beliau, “Masuklah orang yang dicintai kepada orang yang mencintainya”.

Kisah Ke-3

Dalam riwayat lain Urwah bin Zubair RA meriwayatkan dari Aisyah RA bahwa Abu Bakar pernah memberikan 20 gantang hasil kurma semasa ia sehat. Ketika telah mendekati ajalnya beliau berkata, “Hai putraku, tidak seorangpun berada dalam keadaan cukup yang lebih kusenangi dari pada dirimu, dan tidak akan ada seorang pun berada dalam kesempitan yang tidak kuinginkan dari pada dirimu. Dulu ketika kuberikan kepadamu hasil kurma sebanyak 20 gantang engkau tidak akan menerimanya. Sekarang hasil kurma itu akan menjadi harta waris. Oleh karena itu, nanti bagikanlah pada kedua saudara lelakimu dan kedua saudara perempuanmu sesuai ketetapan Al qur’an”

“Wahai ayahku, saudara perempuanku hanya satu yaitu asma’, lalu siapa yang lain ? tanya Aisyah keheranan.

Abu Bakar menjawab “ Aku melihat dari kandungan ibumu akan lahir seorang perempuan”

Aisyah berkata, “Apa yang dikatakannya benar, bayi yang lahir kemudian adalah perempuan”

Demikian karomah Abu Bakar Siddiq RA yang diberikan Allah kepadanya, sehingga Allah menunjukkan kebesarannya melalui sahabat yang mulia ini.

Sumber : Kitab Jami' Karamat Al Auliya Karangan Syeikh Yusof Al Nabhani.

KELAHIRAN RABIAH AL ADAWIYAH


Pada malam Rabi'ah dilahirkan ke atas dunia, tidak ada sesuatu barang berharga yang dapat ditemukan di dalam rumah orang tuanya, kerana ayahnya adalah seorang yang sangat miskin. Si ayah bahkan tidak mempunyai minyak barang setetes pun untuk puterinya itu. Mereka tidak mempunyai lampu dan tidak mempunyai kain untuk menyelimuti Rabi'ah. Si ayah telah memperoleh tiga orang puteri dan Rabi'ah adalah puterinya yang keempat. Itulah sebabnya mengapa ia dinamakan Rabi'ah.

"Pergilah kepada tetangga kita si anu dan mintalah sedikit minyak sehingga aku dapat menyalakan lampu" isterinya berkata kepadanya.

Tetapi si suami telah bersumpah bahwa ia tidak akan meminta sesuatu jua pun dari manusia lain. Maka pergilah ia, pura-pura menyentuhkan tangannya ke pintu rumah tetangga tersebut lalu kembali lagi ke rumahnya.

"Mereka tidak mau membukakan pintu" ia melaporkannya kepada isterinya sesampainya di rumah.

Isterinya yang malang menangis sedih. Dalam keadaan yang serba memprihatinkan itu si suami hanya dapat menekurkan kepala ke atas lutut dan terlena. Di dalam tidurnya ia bermimpi melihat Nabi.

Nabi bersabda: "Janganlah engkau bersedih, kerana bayi perempuan yang baru dilahirkan itu adalah ratu kaum wanita dan akan menjadi penengah bagi 70 ribu orang di antara kaumku". Kemudian Nabi meneruskan; "Besok, pergilah engkau menghadap 'Isa az-Zadan, Gabenor Bashrah. Di atas sehelai kertas, tuliskan kata-kata berikut ini: 'Setiap malam engkau mengirirnkan shalawat seratus kali kepadaku, dan setiap malam Jum'at empat ratus kali. Kemarin adalah malam Jum'at tetapi engkau lupa melakukannya. Sebagai penebus kelalaianmu itu berikanlah kepada orang ini empat ratus dinar yang telah engkau peroleh secara halal'".

Ketika terjaga dari tidurnya, ayah Rabi'ah mengucurkan air mata. la pun bangkit dan menulis seperti yang telah dipesankan Nabi kepadanya dan mengirimkannya kepada gabenor melalui pengurus rumahtangga istana.

"Berikanlah dua ribu dinar kepada orang-orang miskin", Gabenor memberikan perintah setelah membaca surat tersebut, "sebagai tanda syukur kerana Nabi masih ingat kepadaku. Kemudian berikan empat ratus dinar kepada si syaikh dan katakan kepadanya: 'Aku harap engkau datang kepadaku sehingga aku dapat melihat wajahmu. Namun tidaklah layak bagi seorang seperti kamu untuk datang menghadapku. Lebih baik seandainya akulah yang datang dan menghadap pintu rumahmu dengan janggutku ini. Walaupun demikian, demi Allah, aku bermohon kepadamu, apa pun yang engkau perlukan katakanlah kepadaku' ".

Ayah Rabi'ah menerima wang emas tersebut dan membeli sesuatu yang dirasa perlu.

Sumber : KitabTazkiratul Aulia Karangan Syeikh Fariduddin Al Attar