Sunday, 4 December 2016

Karamah Zaid bin Kharijah al-Anshari


Zaid bin Kharijah al-Anshari adalah keturunan Bani Harits bin Khazraj. Ia wafat pada masa 'Utsman. Setelah jenazahnya dibungkus kain kafan, terdengar suara keras dari dalam dadanya, "Terpujilah Muhammad, terpujilah Muhammad dalam lauh mahfuzh. Benarlah Abu Bakar al-Shiddiq, benarlah Abu Bakar al-Shiddiq yang lemah jiwanya tetapi teguh menegakkan perintah Allah, dalam lauh mahfuzh. Benarlah `Umar bin Khattab, benarlah `Umar bin Khattab yang kuat lagi terpercaya dalam lauh mahfuzh. Benarlah `Utsman bin Affan, benarlah `Utsman bin Affan yang mengatur sistem mereka. Enam tahun setelah ini akan muncul berbagai fitnah, yang kuat memangsa yang lemah, tanda-tanda kiamat muncul, dan akan datang dari pasukan kalian, berita tentang sumur Aris (sebuah sumur di Madinah)." Kemudian ada seorang laki-laki dari Bani Khathmah meninggal. Jenazahnya dikafani dengan bajunya, lalu terdengar suara keras dari dalam dadanya, "Benarlah, benarlah apa yang telah dikatakan oleh Zaid dan Bani Harits bin Khazraj." (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dari Sa'id bin Musayyab)

Al-Baihaqi menjelaskan cerita tentang sumur Aris, "Nabi Saw membuat sebuah cincin kemudian memakainya, lalu cincin itu dipakai Abu Bakar, disusul `Umar, dan terakhir `Utsman, sampai kemudian cincin itu jatuh ke sumur Aris pada tahun keenam pemerintahan `Utsman. Sejak saat itu, kerja Utsman berubah dan sebab-sebab fitnah muncul, seperti yang telah dikatakan jenazah Zaid bin Kharijah enam tahun sebelumnya."

Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa sahabat rasulullah yang mampu berbicara setelah meninggal dunia adalah Kharijah bin Zaid, sebagaimana diceritakan oleh Nu'man bin Basyir. Kharijah bin Zaid adalah salah seorang pemimpin kaum Anshar. Suatu hari, ketika ia melewati sebuah jalan di Madinah antara waktu zuhur dan asar, mendadak ia jatuh, lalu wafat. Mendengar berita wafatnya Kharijah, kaum Anshar mengetahui mendatanginya dan membawanya ke rumahnya, mengafaninya dengan pakaian dan dua buah selendang. Kaum Anshar baik laki-laki maupun perempuan menangisi kematiannya. Jenazah Kharijah dibiarkan terbungkus kain kafan dalam waktu lama, kerana orang-orang meratapi kematiannya yang mendadak, sehingga mereka tidak menyegerakan pemakamannya. Pada waktu antara magrib dan isya, orang-orang mendengar suara mengatakan, "Diamlah kalian semua! Diamlah kalian semua!" Mereka mencari asal suara itu, ternyata suara itu muncul dari bawah pakaian yang ditutupkan ke jenazah Kharijah. Lalu mereka membuka penutup wajahnya, tiba-tiba jenazah Kharijah berkata, "Muhammad adalah urusan Allah, seorang nabi yang ummi, penutup para nabi yang tidak ada nabi setelahnya. Sebagaimana yang ditetapkan dalamlauh mahfuzh." Lalu berkata lagi, "Benarlah, benarlah." Lalu berkata, "Ini adalah utusan Allah, semoga keselamatan, rahmat, dan barakah Allah senantiasa dilimpahkan atasmu ya Rasuullah, begitu juga rahmat dan barakah Allah." Kemudian ia wafat kembali seperti semula. (Riwayat Al Thabrani).

Riwayat ini dikutip dari kitab saya (penulis), Hujjatullah `ala al-'Alamin. Dalam kisah itu, seolah-olah Kharijah bin Zaid melihat ruh Nabi Saw hadir di sampingnya. Ia hanya menyebutkan tiga khalifah setelah Rasulullah Saw. wafat dan memuji mereka, tetapi tidak menyebutkan Ali, kerana ketika itu Ali belum menjabat khalifah. Kemudian aku mengecek hal tersebut dalam kitab Usud al-Ghabah karya Ibnu Atsir pada bab tentang biografi Kharijah bin Zaid al-Khazraji. Saya melihat ada perbezaan pendapat tentang tokoh dalam kisah ini, apakah Kharijah bin Zaid atau Zaid bin Kharijah. Di akhir pembahasannya, Ibnu Atsir mengatakan bahwa pendapat yang benar adalah Zaid bin Kharijah.

Sumber : Kitab Jami' Karamat Al Auliya Karangan Syeikh Yusof Al Nabhani.

No comments:

Post a Comment