Saturday 24 May 2014

BAYI AJAIB MENGISLAMKAN RIBUAN RAKYAT AFRIKA


Kembali mengingat peristiwa tahun 90-an, dunia saat itu gempar dengan berita besar seorang bayi berumur 2 bulan dari keluarga Katholik di Afrika yang menolak dibaptis (ritual pemurnian dengan menggunakan air suci). “Mama, unisibi baptize naamini kwa Allah, na jumbe wake Muhammad” (Ibu, tolong jangan baptis saya). Saya adalah orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, Muhammad).

Ayah dan ibunya, Domisia-Francis, pun bingung. Kemudian didatangkan seorang pendeta untuk berbicara kepada bayinya itu: “Are You Jesus?” (Apakah kamu Jesus?).

Kemudian dengan tenang sang bayi Syarifuddin menjawab:“No, I’m not Jesus. I’m created by God. God, The same God who created Jesus” (Tidak, aku bukan Jesus. Aku diciptakan oleh Tuhan, Tuhan yang sama dengan yang menciptakan Jesus). Saat itu ribuan umat Kristian di Tanzania dan sekitarnya dipimpin pendakwah ajaib itu mengucapkan dua kalimat syahadat.

Bayi Afrika kelahiran 1993 itu lahir di Tanzania Afrika, anak keturunan non Muslim. Sekarang bayi itu sudah remaja, setelah ribuan orang di Tanzania-Kenya memeluk agama Islam berkat dakhwahnya semenjak kecil. Syarifuddin Khalifah namanya, bayi ajaib yang mampu berbicara berbagai bahasa seperti Arab, Inggris, Perancis, Italia dan Swahili. Ia pun pandai berceramah dan menterjemahan al-Quran ke berbagai bahasa tersebut. Hal pertama yang sering ia ucapkan adalah: “Anda bertaubat, dan anda akan diterima oleh Allah Swt.”

Syarifuddin Khalifah hafal al-Quran 30 juz di usia 1 tahun 5 bulan dan sudah menunaikan solat 5 waktu. Di usia 5 tahun ia mahir berbahasa Arab, Inggeris, Perancis, Itali dan Swahili. Satu bukti kuasa Allah untuk menjadikan manusia boleh bicara dengan berbagai bahasa tanpa harus diajarkan.

Mungkin Anda hairan bahkan tidak percaya, jika ada orang yang memberitahu bahawa di zaman modern ini ada seorang anak dari keluarga non Muslim yang hafal al-Quran dan boleh solat pada umur 1 tahun 5 bulan, menguasai lima bahasa asing pada usia 5 tahun, dan telah mengislamkan lebih dari 1000 orang pada usia yang sama. Tapi begitulah kenyatannya, dan kerananya ia disebut sebagai bayi ajaib, sebuah tanda kebesaran Allah Swt.

Syarifuddin Khalifah, nama bayi itu. Ia dilahirkan di kota Arusha, Tanzania. Tanzania adalah sebuah negara di Afrika Timur yang berpenduduk 36 juta jiwa. Sekitar 35 persen penduduknya beragama Islam, disusul Kristian 30 persen dan selainnya beragama kepercayaan terutama animisme. Namun, kota Arusha tempat kelahiran Syarifuddin Khalifah majoriti penduduknya beragama Katolik. Di urutan kedua adalah Kristian Anglikan, kemudian Yahudi, baru Islam dan terakhir Hindu.

Seperti kebanyakan penduduk Ashura, orang tua Syarifuddin Khalifah juga beragama Katolik. Ibunya bernama Domisia Kimaro, sedangkan ayahnya bernama Francis Fudinkira. Suatu hari di bulan Disember 1993, tangis bayi membahagiakan keluarga itu. Mengetahui bahawa bayinya laki-laki, mereka lebih gembira lagi.

Sebagaimana pemeluk Katolik lainnya, Domisia dan Francis juga menyambut bayinya dengan ritual-ritual Nasrani. Mereka pun berkeinginan membawa bayi manis itu ke gereja untuk dibaptis secepatnya. Tidak ada yang aneh saat mereka melangkah ke Gereja. Namun ketika mereka hampir memasuki altar gereja, mereka dikejutkan dengan suara yang aneh. Ternyata suara itu adalah suara bayi mereka. “Mama usinibibaptize, naamini kwa Allah wa jumbe wake Muhammad!” (Ibu, tolong jangan baptis saya. Saya adalah orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, Muhammad).

Mendengar itu, Domisia dan Francis gemetar. Keringat dingin bercucuran. Setelah beradu pandang dan sedikit berbincang, mereka memutuskan untuk membawa kembali bayinya pulang. Tidak jadi membaptisnya.

Awal March 1994, ketika usianya melewati dua bulan, bayi itu selalu menangis ketika hendak disusui ibunya. Domisia merasa bingung dan bimbang bayinya kurang gizi jika tidak mahu minum. Tetapi, diperiksa doktor menyatakan ia sihat . Kebimbangan Domisia tidak terbukti. Bayinya sihat tanpa kekurangan suatu apa. Tidak ada penjelasan apa pun mengapa Allah mentakdirkan Syarifuddin Khalifah tidak mahu minum susu dari ibunya setelah dua bulan.

Di tengah kebiasaan bayi-bayi belajar mengucapkan satu suku kata seperti panggilan “Ma” atau lainnya, Syarifuddin Khalifah pada usianya yang baru empat bulan mulai mengeluarkan lafal-lafal aneh. Beberapa jiran serta keluarga Domisia dan Francis menjadi hairan melihat bayi itu berbicara. Mulutnya bergerak pelan dan berbunyi: “Fatuubuu ilaa baari-ikum faqtuluu anfusakum dzaalikum khairun lakum ‘inda baari-ikum, fataaba ‘alaikum innahuu huwattawwaburrahiim.”

Orang-orang yang takjub menimbulkan kekecohan sementara, namun kemudian mereka diam dalam keheningan. Sayangnya, waktu itu mereka tidak mengetahui bahawa yang dibaca Syarifuddin Khalifah adalah QS. al-Baqarah ayat 54.

Domisia khuatiran anaknya kerasukan syaitan. Ia pun membawa bayi itu ke tabib, namun tetap saja Syarifuddin Khalifah mengulang-ulang ayat itu. Hingga kemudian cerita bayi kerasukan syaitan itu terdengar oleh Abu Ayub, salah seorang Muslim yang tinggal di daerah itu. Ketika Abu Ayub datang, Syarifuddin Khalifah juga membaca ayat itu. Kagum melihat tanda kebesaran Allah, Abu Ayub sujud syukur  berdekatan bayi itu.

“Francis dan Domisia, sesungguhnya anak kalian tidak kerasukan syaitan. Apa yang dibacanya adalah ayat-ayat al-Qur’an. Intinya ia mengajak kalian bertaubat kepada Allah,” kata Abu Ayub.
Maksud ayat 54 surah al Baqarah itu ialah :

Dan (kenangkanlah) ketika Nabi Musa berkata kepada kaumnya: " Wahai kaumku! Sesungguhnya kamu telah menganiaya diri kamu sendiri dengan sebab kamu menyembah patung anak lembu itu, maka bertaubatlah kamu kepada Allah yang menjadikan kamu; iaitu bunuhlah diri kamu. Yang demikian itu lebih baik bagi kamu di sisi Allah yang menjadikan kamu, supaya Allah menerima taubat kamu itu. Sesungguhnya Dia lah Yang Maha Pengampun (Penerima taubat), lagi Maha Mengasihani".

Beberapa waktu setelah itu Abu Ayub datang lagi dengan membawa mushaf. Ia memperlihatkan kepada Francis dan Domisia ayat-ayat yang dibaca oleh bayinya. Mereka berdua memerlukan waktu dalam membaiki diri untuk beriman. Keduanya pun akhirnya mendapatkan hidayah. Mereka masuk Islam. Sesudah masuk Islam itulah mereka memberikan nama untuk anaknya sebagai “Syarifuddin Khalifah”.

Keajaiban berikutnya muncul pada usia 1 tahun 5 bulan. Ketika itu, Syarifuddin Khalifah mampu melakukan solat serta menghafal al-Quran dan Bible. Lalu pada usia 4-5 tahun, ia menguasai lima bahasa. Pada usia itu Syarifuddin Khalifah mulai melakukan jelajah dakwah ke berbagai penjuru Tanzania hingga ke luar negeri. Hasilnya, lebih dari seribu orang masuk Islam.

Kisah nyata ini terjadi di Distrik Pumwani, Kenya, tahun 1998. Ribuan orang telah berkumpul di lapangan untuk melihat pendakwah ajaib, Syarifuddin Khalifah. Usianya baru 5 tahun, tetapi namanya telah menjadi buah bibir kerana pada usia itu ia telah menguasai lima bahasa. Oleh umat Islam Afrika, Syarifuddin digelar Miracle Kid of East Africa.

Perjalanannya ke Kenya saat itu merupakan bahagian dari rangkaian jelajah dakwah ke luar negeri. Sebelum itu, ia telah berdakwah ke hampir seluruh kota di negaranya, Tanzania. Masyarakat Kenya mengetahui keajaiban Syarifuddin dari mulut ke mulut. Tetapi tidak sedikit juga yang telah menyaksikan pendakwah ajaib itu melalui Youtube.

Orang ramai agaknya tidak sabar menanti. Mereka melihat dan menyelidik apakah kereta yang datang membawa Syarifuddin Khalifah. Beberapa waktu kemudian, Syaikh kecil yang mereka nantikan akhirnya tiba. Ia datang dengan pengawalan ketat layaknya seorang presiden.

Ribuan orang yang menanti Syarifuddin Khalifah rupanya bukan hanya orang Muslim. Ramai orang-orang Kristian yang ikut hadir kerana rasa ingin tahu. Mungkin juga kerana mereka mendengar bahawa pendakwah ajaib itu dilahirkan dari keluarga Katolik, tetapi hafal al-Quran pada usia 1 tahun 5 bulan. Mereka ingin melihat Syarifuddin Khalifah secara langsung.

Ditemani Haji Maroulin, Syarifuddin menuju tempat yang sudah disiapkan. Luapan kegembiraan masyarakat Kenya nampak jelas dari cara mereka menyambut Syarifuddin. Wajar jika anak sekecil itu memiliki wajah yang manis. Tetapi bukan hanya manis. Ada kewibawaan dan ketenangan yang membuat orang-orang Kenya takjub dengannya. Mengalahkan kedewasaan orang dewasa.

Kinilah saatnya Syaikh cilik itu memberikan ceramah. Tangannya yang dari tadi memainkan jari-jarinya, berhenti saat namanya disebut. Ia bangkit dari kursi menuju podium.

Setelah salam, ia memuji Allah dan berselawat kepada Nabi. Bahasa Arabnya sangat fasih, diakui oleh para ulama yang hadir pada kesempatan itu. Para hadirin benar-benar takjub. Bukan hanya kagum dengan kemampuannya berceramah, tetapi juga isi ceramahnya membuka mata hati orang-orang Kristian yang hadir pada saat itu. Ada seberkas cahaya hidayah yang masuk dan menusuk ke jantung nurani mereka.

Selain pandai menggunakan ayat al-Quran, sesekali Syarifuddin juga mengutip kitab suci agama lain. Membuat pendengarnya terbawa untuk memeriksa kembali kebenaran teks ajaran dan keyakinannya selama ini.

Begitu ceramahnya selesai, orang-orang Kristian mengajak dialog dengan pendakwah ajaib itu. Syarifuddin melayani mereka dengan baik. Mereka bertanya tentang Islam, Kristian dan kitab-kitab terdahulu. Syaikh kecil mampu memberikan jawaban yang memuaskan. Dan itulah saat-saat hidayah. Ratusan pemeluk Kristian yang telah berkumpul di sekitar Syarifuddin mengucapkan syahadat. Menyalami tangan salah seorang perwakilan mereka, Syarifuddin menuntun syahadat dan mereka menirukan: “Asyhadu an laa ilaaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan Rasuulullah.”

Syahadat agak tergagap-gagap. Tetapi hidayah telah membawa iman. Mata dan pipi pun menjadi saksi, air mata mulai berlinang oleh perasaan kegembiraan. Menjalani hidup baru dalam Islam. Takbir dari ribuan kaum muslimin yang menyaksikan peristiwa itu terdengar membahana di bumi Kenya.

Bukan kali itu saja, orang-orang Kristian masuk Islam melalui perantaraan pendakwah ajaib Syarifuddin Khalifah. Di Tanzania, Libya dan negara lainnya kisah nyata itu juga terjadi. Jika dijumlah, melalui dakwah Syarifuddin Khalifah, ribuan orang telah masuk Islam. Ajaibnya, itu terjadi ketika usia Syaikh kecil itu masih lima tahun. Para ulama dan habib sangat mendukung dakwah Syaikh Syarifuddin Khalifah.

Video dibawah memaparkan Syarifuddin Khalifah ketika berusia 5 tahun memberi ceramah dan mengislamkan orang .



No comments:

Post a Comment