Saturday 3 May 2014

FAIRUS AD-DAILAMY PENUMPAS NABI PALSU



Rasulullah SAW bersabda, "Fairus seorang yang diberkati, berasal dari keluarga yang penuh berkah."

Sekembalinya dari Haji Wada', Rasulullah SAW sakit. Berita tentang sakitnya Rasulullah ini pun tersebar ke seluruh Jazirah Arab. Tiga orang tokoh yang berpengaruh murtad dari agama Islam bila mendengar berita tersebut. Mereka adalah Aswad Al-Ansy di Yaman, Musailamah Al-Kadzdzab di Yamamah, dan Thulaihah Al-Asady di perkampungan Bani Asad. Ketiga-tiganya mengklaim diri sebagai nabi yang diutus kepada kaumnya, sebagaimana Nabi Muhammad SAW yang diutus kepada Quraiys.

Aswad Al-Ansy adalah tukang tenung yang menyebar kejahatan dengan mengelabui mata orang dengan mempergunakan musya'widz (semacam alat untuk menyihir mata orang). Al-Ansy bertubuh besar dan kuat, pandai bicara dan menyesatkan orang.

Ketika itu pemerintahan di Yaman dipegang oleh golongan "Abna" yang ketuai oleh pemimpin mereka, Fairus Ad-Dailamy, sahabat Rasulullah SAW. Abna adalah nama bagi golongan masyarakat Yaman. Bapak mereka orang Persia yang merantau jauh dari negeri mereka, dan ibu-ibu mereka adalah orang Arab. Raja Yaman saat itu adalah Badzan. Ketika Islam meluaskan dakwahnya, Badzan menjadi raja sekaligus kuasa Kisra, Maharaja Persia.

Orang yang mula-mula menjadi pengikut gerakan Aswal Al-Ansy adalah kaumnya sendiri, Bani Madzij. Dengan pengikut-pengikutnya itu, mula-mula Aswad menerkam Sana'a. Syahar, putra Badzan, dibunuhnya. Isteri Syahar, Putri Dadzan, dikawininya dengan paksa.

Dari Sana'a, Aswad Al-Ansy menyerang daerah-daerah lain, sehingga dalam tempoh singkat derah yang luas bertekuk lutut di bawah kekuasaannya—hampir mencapai seluruh daerah antara Hadhramaut hingga Thaif, dan antara Bahrain hingga Aden.

Ketika Rasulullah mendapat laporan tentang gerakan Aswad Al-Ansy yang murtad dan menguasai Yaman, beliau mengutus sepuluh orang sahbat membawa surat kepada para sahabat yang dianggap gagah di Yaman. Isi surat tersebut memerintahkan mereka untuk bertindak menumpas bencana yang membahayakan iman dan Islam. Beliau memerintahkan supaya menyingkirkannya. 

Setiap sahabat yang menerima surat perintah tersebut, segera untuk melaksanakannya. Orang yang mula-mula bertindak melaksanakan perintah Nabi adalah Fairus Ad-Dailamy.

Fairus kemudian menemui Dadzan, saudara sepupunya. Setelah itu mereka berdua menemui Qais dan menunjukkan surat Rasulullah kepadanya. Mereka juga mengajak Qais segera bertindak sebelum terlambat. Qais dengan senang hati menerima ajakan mereka. Bahkan ia berjanji akan menumpas Aswad dari dalam. 

Dadzan adalah puteri bapa saudara Fairus yang dikawini secara paksa oleh Aswad setelah membunuh suaminya, Syahar bin Badzan. Dialah yang memegang peranan penting dalam pembunuhan Aswad sang nabi palsu.

Dadzan kemudian menceritakan seluk beluk istana, ketika Fairus mengunjunginya. Ternyata tiap ruangan di istana Aswad dipenuhi para pengawal. Hanya satu bangunan dalam istana itu yang tidak dikawal, yakni sebuah ruangan dalam puri. Bilik tersebut tidak dikawal kerana telah dikelilingi parit dan terletak agak jauh.

"Dari sini ke sana ada lapangan. Bila malam sudah mulai gelap, lubangilah dinding bilik itu. Nanti kamu akan memperoleh senjata dan lampu di dalam. Aku akan menunggumu di sana. Sesudah itu masuklah ke ruangan dalam, maka bunuhlah dia!" kata Dadzan pada Fairus.

"Tetapi melubangi dinding tembok seperti bilik ini bukanlah pekerjaan yang mudah. Jika kebetulan ada orang lalu, tentu dia akan berteriak memanggil pengawal. Akibatnya akan buruk sekali..." kata Fairus sedikit keberatan.

"Kamu benar! Tapi aku mempunyai fikiran lain yang lebih baik."

"Apa itu?"

"Besok pagi," kata Dadzan, "Kirim kepadaku seorang yang kamu percayai untuk menjadi pekerja. Aku akan menyuruhnya membuat lubang dari dalam, namun tidak sampai tembus. Tinggalkan setipis mungkin, supaya kamu dapat memasukinya dengan mudah malam hari."

"Cara yang baik sekali," kata Fairus.

Setelah itu, Fairus pergi memberitahu rakan-rakannya tentang rencana yang telah disepakati dengan Dadzan. Mereka pun menyiapkan segala sesuatunya, bertindak dengan sangat hati-hati dan rahsia serta menetapkan kata-kata. Aksi akan dilakukan esok hari di waktu fajar.

Ketika malam mulai gelap, dan waktu yang ditentukan sudah tiba, Fairus dan kawannya pergi ke sasaran. Dinding yang dimaksud berhasil ditembusi dengan mudah. Mereka kemudian masuk ke dalam gudang dan mengambil senjata yang telah disiapkan Dadzan. 

Setelah itu mereka mengelilingi bilik Aswad. Dadzan telah berdiri di muka pintu. Dia memberi isyarat kepada Fairus dan kawannya. Begitu masuk bilik, mereka mendapati Aswad tengah tidur mendengkur. Fairus kemudian mengayunkan pedangnya ke leher Aswad yang membuatnya meronta seperti lembu, kemudian terus menjerit.

Ketika pengawal mendengar jeritan Aswad, mereka datang bilik lalu bertanya pada Dadzan, "Ada apa?"

"Tidak ada apa-apa. Kembalilah kalian! 'Nabi Allah' sedang mendapat wahyu," kata Dadzan. 

Para pengawal kembali tanpa kecurigaan sedikit pun. Fairus dan kawannya tetap berada di istana hingga fajar. Setelah terbit fajar, Fairus naik ke sebuah pilar lalu berseru lantang, "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad utusan Allah. Dan aku bersaksi bahwwa Aswad Al-Ansy sesungguhnya adalah seorang pendusta!"

Kalimat terakhir adalah yang telah mereka disepakati Fairus dengan kawan-kawan Muslimin lainnya. Mendengar teriakan Fairus, kaum Muslimin menyerbu ke istana dari segala penjuru. Para pengawal terkejut kebingungan. Perang pun berlaku di pagi buta itu.

Fairus kemudian bergegas kembali ke bilik dan mengambil kepala Aswad yang telah lepas dari tubuhnya. Begitu kembali ke tengah pertempuran, ia langsung melempar kepala itu ke arah para pengawal istana. 

Melihat kepala Aswad bergolek di hadapan mereka, prajurit istana langsung kecut. Sebaliknya kaum Muslimin kian bersemangat menyerbu dan menyerang musuh-musuh Allah. Pertempuran pun selesai, dengan kemenangan di pihak Muslimin.

Begitu matahari mulai menebar kehangatan cahayanya, Fairus menulis surat kepada Rasulullah SAW, menyampaikan kabar gembira bahwa musuh-musuh Allah telah ditumpas habis. "Namun ketika utusan kami sampai di Madinah, mereka mendapati beliau telah berpulang ke Rahmatullah," kata Fairus.

Rasulullah SAW wafat tidak lama setelah menerima wahyu yang mengabarkan bahwa Aswad Al-Ansy telah terbunuh saat kejadian. Maka beliau bersabda kepada para sahabat, "Aswad Al-Ansy telah meninggal dunia tadi malam, dibunuh oleh orang yang penuh berkah dan berasal dari rumah tangga yang diberkahi."

"Siapa orang itu, wahai Rasulullah?" tanya para sahabat.

Beliau menjawab, "Fairus... Fairus menang!"

No comments:

Post a Comment