Saturday, 17 December 2016
KARAMAH UMMU AIMAN R.A
Ummu Aiman adalah termasuk orang-orang yang pertama masuk Islam, paling tidak, untuk wanita, beliau masuk setelah Khadijah atau setelah puteri-puteri Rasulullah SAW atau masuk dalam kategori sepuluh wanita pertama masuk Islam. Semasa di Makkah, kerana termasuk orang biasa, beliau mendapat perlakuan kasar dan buruk dari pemuka Quraisy. Ketika hijrah diizinkan, beliau termasuk orang yang ikut hijrah ke Habasyah. Kemudian beliau termasuk orang yang kembali ke Makkah bersama rombongan. Ketika hijrah ke Madinah, beliau termasuk yang berhijrah, bahkan dengan berjalan kaki dan dalam kondisi puasa. Meski tidak sendiri dan tetap bersama rombongan, beliau tidak menunggang unta apalagi kuda. Jarak 430 km ditempuh dengan berjalan kaki. Sampai akhirnya, karomah Allah SWT diberikan untuknya. Siang yang panas tetap dilaluinya dengan kesabaran dan ketabahan. Ketika datang waktu berbuka, Ummu Aiman tidak mendapatkan air untuk diminum. Tiba-tiba muncul gumpalan awan yang membentuk seperti ember (bekas air) putih, beliau mengambilnya dan meminum darinya. Setelah minum sampai hilang dahaganya, beliau melanjutkan perjalanannya ke Madinah tanpa pernah merasakan haus kembali. Bahkan sampai akhir hayatnya. Bahkan, beliau bercerita bahawa suatu ketika beliau sengaja tawaf di siang hari di panas yang terik dengan harapan akan merasa haus, tapi ternyata beliau tidak juga merasa haus.
Sumber : Kitab Jami Al Karamat Al Auliya Karangan Syeikh Yusof Al Nabhani
CINTA SEJATI
Suatu hari Fuzail bin Iyad memangku anak yang berumur empat tahun. Tanpa disengaja bibir Fuzail menyentuh pipi anak itu sebagimana yang sering dilakukan seorang ayah kepada anaknya.
"Apakah ayah cinta kepadaku?", si anak bertanya kepada Fuzail.
"Ya", jawab Fuzail.
"Apakah ayah cinta kepada Allah?"
"Ya".
"Berapa banyakkah hati yang ayah miliki?" "Satu", jawab Fuzail.
"Dapatkah ayah mencintai dua hal dengan satu hati?", si anak meneruskan pertanyaannya.
Fuzail segera sedar bahwa yang berkata-kata itu bukanlah anak-nya sendiri. Sesungguhnya kata-kata itu adalah sebuah petunjuk Ilahi. Kerana takut dimurkai Allah, Fuzail memukul-mukulkan kepalanya sendiri dan memohon ampun kepada-Nya. Ia renggut kasih sayangnya kepada si anak kemudian dicurahkannya kepada Allah semata-mata.
Sumber : Kitab Tazkiratul Auliya Karangan Syeikh Fariddudin Attar.
KARAMAH SAYIDINA UTHMAN BIN AFFAN R.A
Kisah 1
Dalam kitab Al-Thabaqat, Taj al-Subki menceritakan bahwa ada seorang laki-laki bertamu kepada 'Utsman. Laki-laki tersebut baru saja bertemu dengan seorang perempuan di tengah jalan, lalu ia menghayalkannya. 'Utsman berkata kepada laki-laki itu, "Aku melihat ada bekas zina di matamu." Laki-laki itu bertanya, "Apakah wahyu masih diturunkan sctelah Rasulullah Saw wafat?" `Utsman menjawab, "Tidak, ini adalah firasat seorang mukmin." `Utsman r.a. mengatakan hal tersebut untuk mendidik dan menegur laki-laki itu agar tidak mengulangi apa yang telah dilakukannya.
Selanjutnya Taj al-Subki menjelaskan bahwa bila seseorang hatinya jernih, maka ia akan melihat dengan nur Allah, sehingga ia bisa mengetahui apakah yang dilihatnya itu kotor atau bcrsih. Maqam orang-orang seperti itu berbeda-beda. Ada yang mengetahui bahwa yang dilihatnya itu kotor tetapi ia tidak mengetahui sebabnya. Ada yang maqamnya lebih tinggi karena mengetahui sebab kotornya, seperti 'Utsman r.a. Ketika ada seorang laki-laki datang kepadanya, `Utsman dapat melihat bahwa hati orang itu kotor dan mengetahui sebabnya yakni karena menghayalkan seorang perempuan.
Artinya, setiap maksiat itu kotor, dan menimbulkan noda hitam di hati sesuai kadar kemaksiatannya sehingga membuatnya kotor, sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah, "Sekali-kali tidak demikian, sesungguhnya apa yang mereka kerjakan itu mengotori hati mereka (QS Al-Muthaffifin [83]: 14).
Semakin lama, kemaksiatan yang dilakukan membuat hati semakin kotor dan ternoda, sehingga membuat hati menjadi gelap dan menutup pintu-pintu cahaya, lalu hati menjadi mati, dan tidak ada jalan lagi untuk bertobat, seperti dinyatakan dalam firman Nya, Dan hati mereka telah dikunci mati, sehingga mereka tidak mengetahui kebahagiaan beriman dan berjihad. (QS Al Taubah [9]: 87)
Sekecil apa pun kemaksiatan akan membuat hati kotor sesuai kadar kemaksiatan itu. Kotoran itu bisa dibersihkan dengan memohon ampun (istighfar) atau perbuatan-perbuatan lain yang dapat menghilangkannya. Hal tersebut hanya diketahui oleh orang yang memiliki mata batin yang tajam seperti 'Utsman bin `Affan, sehingga ia dapat mengetahui kotoran hati meskipun kecil, kerana menghayalkan seorang perempuan merupakan dosa yang paling ringan, `Utsman dapat melihat kotoran hati itu dan mengetahui sebabnya. Ini adalah maqam paling tinggi di antara maqam-maqam lainnya. Apabila dosa kecil ditambah dosa kecil lainnya, maka akan bertambah pula kekotoran hatinya, dan apabila dosa itu semakin banyak maka akan membuat hatinya gelap. Orang yang memiliki mata hati akan mampu melihat hal ini. Apabila kita bertemu dengan orang yang penuh dosa sampai gelap hatinya, tetapi kita tidak mampu mengetahui hal tersebut, berarti dalam hati kita masih ada penghalang yang membuat kita tidak mampu melihat hal tersebut, karena orang yang mata hatinya jernih dan tajam pasti akan mampu melihat dosa-dosa orang tersebut.
Kisah 2
Ibnu `Umar r.a. menceritakan bahwa Jahjah al-Ghifari mendekati 'Utsman r.a. yang sedang berada di atas mimbar. Jahjah merebut tongkat 'Utsman, lalu mematahkannya. Belum lewat setahun, Allah menimpakan penyakit yang menggerogoti tangan Jahjah, hingga merenggut kematiannya. (Riwayat Al-Barudi dan Ibnu Sakan)
Dalam riwayat lain dikisahkan bahwa Jahjah al-Ghifari mendekati `Utsman yang sedang berkhutbah, merebut tongkat dari tangan `Utsman, dan meletakkan di atas lututnya, lalu mematahkannya. Orang-orang menjerit. Allah lalu menimpakan penyakit pada lutut Jahjah dan tidak sampai setahun ia meninggal. (Riwayat Ibnu Sakan dari Falih bin Sulaiman yang saya kemukakan dalam kitab Hujjatullah `ala al-Alamin)
Kisah 3
Diceritakan bahwa Abdullah bin Salam mendatangi `Utsman r.a. yang sedang dikurung dalam tahanan untuk mengucapkan salam kepadanya. 'Utsman bercerita, "Selamat datang saudaraku. Aku melihat Rasulullah Saw dalam ventilasi kecil ini. Rasulullah bertanya, "Utsman, apakah mereka mengurungmu? ' Aku menjawab, `Ya.' Lalu beliau memberikan seember air kepadaku dan aku meminumnya sampai puas. Rasulullah berkata lagi, `Kalau kau mau bebas.niscaya engkau akan bebas, dan kalau kau mau makan bersama kami mari ikut kami.' Kemudian aku memilih makan bersama mereka." Pada hari itu juga, `Utsman terbunuh.
Menurut Jalaluddin al-Suyuthi, kisah ini adalah kisah masyhur yang diriwayatkan dalam kitab-kitab hadis dengan beberapa sanad berbeda, termasuk jalur sanad Harits bin Abi Usamah. Menurut Ibnu Bathis, apa yang dialami 'Utsman adalah mimpi pada saat terjaga sehingga bisa dianggap karamah. Karena semua orang bisa bermimpi ketika tidur, maka mimpi ketika tidur tidak termasuk kejadian luar biasa yang bisa dianggap sebagai karamah. Hal ini disepakati oleh orang yang mengingkari karamah para wali. (Dikutip dalam Tabaqat al-Munawi dari kitab Itsbat al-Karamah karya Ibnu Bathis)
Sumber : Kitab Jami Al Karamat Al Auliya Karangan Syeikh Yusof Al Nabhani
KEWARAKAN IMAM HARITH AL MUHASIBI
Diriwayatkan apabila Imam Harith AL Muhasibi hendak meraih makanan yang diragukan kehalalannya, urat di belakang jari-jari tangannya akan mengejang dan jari-jarinya tidak dapat digerakkan seperti yang dikehendakinya. Apabila hal seperti itu terjadi, tahulah ia bahwa makanan itu diperoleh dengan tidak wajar.
Junaid meriwayatkan: "Pada suatu hari, Harith mengunjungiku, nampaknya ia sedang lapar. 'Akan aku ambilkan makanan untuk pakcik', kataku. 'Baik sekali', jawab Harith. Aku pun pergi ke gudang mencari makanan. Aku dapatkan sisa-sisa makanan yang diantarkan kepada kami dari suatu perayaan perkawinan untuk makan malam. Aku ambil makanan itu dan ku hidangkan kepada Harith. Tetapi ketika Harith hendak mengambilnya, tangannya mengejang tidak dapat digerakkannya. Sempat ia memasukkan sesuap makanan ke dalam mulutnya, tetapi tidak dapat menelannya walau bagaimana pun ia paksakan. Untuk beberapa lama dikunyah-kunyahnya makanan itu, kemudian ia pun berdiri, pergi ke luar, meludahkannya di serambi, dan lalu pulang".
Di kemudian hari aku tanyakan kepada Harith, apakah sebenarnya yang telah terjadi. Harith menjawab: 'Waktu itu aku memang merasa lapar, dan ingin menyenangkan hatimu. Namun Allah memberi isyarat khusus kepadaku sehingga makanan yang diragukan kehalalannya tidak dapat aku telan sedang jari-jariku tidak mahu menyentuhnya. Aku telah berusaha sedapat-dapatnya menelan makanan itu, tetapi berjaya. Dari manakah engkau memperoleh makanan itu?'. 'Dari seorang kerabat', jawabku".
"Kemudian aku berkata kepada Harith: Tetapi sekarang ini mahukah engkau datang ke rumahku?'. 'Baiklah', jawab Harith. Aku pun pulang bersama Harith. Di rumah ku keluarkan sekerat roti kering dan kami pun segera memakannya. Harith kemudian berkata: 'Makanan yang seperti inilah yang harus dihidangkan kepada para guru sufi' ".
Sumber : Kitab Tazkiratul Auliya Karangan Syeikh Fariddudin Attar
PUISI SUFI SYEIKH JALALUDDIN AR RUMI
Jika engkau belum mempunyai ilmu, hanyalah prasangka,
maka milikilah prasangka yang baik tentang Tuhan.
Begitulah caranya!
Jika engkau hanya mampu merangkak,
maka merangkaklah kepada-Nya!
Jika engkau belum mampu berdoa dengan khusyuk,
maka tetaplah persembahkan doamu
yang kering, munafik dan tanpa keyakinan,
kerana Tuhan, dengan rahmat-Nya
akan tetap menerima mata wang palsumu!
Jika engkau masih mempunyai
seratus keraguan mengenai Tuhan,
maka kurangilah menjadi sembilan puluh sembilan saja.
Begitulah caranya!
Wahai pejalan!
Biarpun telah seratus kali engkau ingkar janji,
ayolah datang, dan datanglah lagi!
Kerana Tuhan telah berfirman:
“Ketika engkau melambung ke angkasa
atau pun terpuruk ke dalam jurang,
ingatlah kepadaKu,
kerana Akulah jalan itu.”
Sunday, 4 December 2016
KARAMAH MUSALLAMAH IBNU MUKHALID ASH SHAHABI R.A
Yang masyhur adalah bahawa ia adalah gabenor mesir dan afrika. Ia adalah orang pertama yang memerintahkan untuk membangunkan menara azan di mesir. Dia adalah orang yang memiliki doa yang mustajab dengan doa rasulullah.
Dia antara karamahnya adalah bahawa ketika turun ke lembah dan di sana tidak terdapat air maka ia berdoa kepada Allah swt dan seketika mereka mendapat air.
Karamah yang lain ialah ketika ia masuk afrika , maka ada yang berkata kepadanya, "Lembah ini penuh dengan binatang buas dan ular besar". Maka musallamah berkata, "keluarlah kalian". Maka semua binatang melata keluar mengendong anak-anak dan semua ular membawa anak-anaknya". Demikian disebutkan oleh al Munawi.
Sumber : Kitab Jami Al Karamat Al Auliya Karangan Syeikh Yusof Al Nabhani
KARAMAH SAAD IBNU MUADZ R.A
Kisah Pertama
Sa'ad bin Abi Waqash r.a. menceritakan bahwa ketika Sa'ad bin Mu'adz wafat setelah perang Khandaq, Rasulullah Saw tergesa-gesa keluar, sampai memutuskan tali sandal seseorang dan tidak membetulkannya, tidak melilitkan kembali selendangnya yang terurai, dan tidak menyapa seorang pun. Orang-orang bertanya, "Ya Rasulullah, mengapa engkau mengabaikan kami?" Beliau menjawab, "Aku khawatir malaikat mendahului kita untuk memandikan jenazah Sa'ad bin Mu`adz, seperti halnya ia mendahului kita memandikan jenazah Hanzhalah." (Riwayat Abu Na'im)
Dalam riwayat lain diceritakan bahwa pada perang Khandaq, mata Sa'ad bin Mu'adz terkena tombak yang dilemparkan Hayyan bin Arqah. Tenda untuk Nabi Saw. telah dipasang di dalam masjid karena beliau akan segera kembali dari perang. Sewaktu Nabi Saw. pulang dari Khandaq, beliau melepas baju besinya, kemudian mandi. Ketika beliau sedang mengibaskan debu di kepalanya, Jibril datang lalu berkata, "Engkau telah melepas baju besimu. Demi Allah, jangan melepasnya dulu, temuilah mereka!" Nabi Saw bertanya, "Ke mana?" Jibril menunjuk ke arah perkampungan Band Quraizhah. Rasulullah Saw segera menuju ke sana. Mereka bertempur untuk menegakkan keadilan atas Sa'ad. Rasulullah berkata, "Sungguh aku akan menghukum mereka, mengobarkan peperangan, menawan para wanita dan anak-anak, juga membagi harta kekayaan mereka." Kemudian Sa'ad berdoa, "Ya Allah, Engkau Maha Tahu, tidak satu pun yang begitu ingin aku perangi karena Engkau selain kaum yang mendustakan dan mengusir Rasul-Mu. Ya Allah, aku sungguh yakin bahwa Engkau telah mengobarkan peperangan di antara kami dan mereka. Jika masih ada peperangan dengan kaum Quraisy, beri aku kesempatan untuk memerangi mereka karena Engkau. Jika Engkau mengobarkan peperangan, izinkan aku mengikutinya dan biarkan aku mati di sana." Malam itu, peperangan dengan Bani Quraizhah berkobar, akhirnya Sa'ad bin Muadz wafat karenanya. (Diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Aisyah)
Kisah ke-2
Dikisahkan pula bahwa pada saat perang Ahzab (Khandaq), mata Sa'ad bin Mu`adz terkena tombak sehingga mengucurkan banyak darah. Sa'ad berdoa, "Ya Allah, jangan cabut nyawaku agar mataku tetap terbuka sampai di tempat Bani Quraizhah." Lalu ia menahan pembuluh darah di matanya, tetapi tidak keluar setetes pun darah, sampai kaum muslimin memerangi Bani Quraizhah. Seusai perang, pembuluh darah di mata Sa'ad bin Mu`adz pecah, dan ia menemui ajalnya. (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dari Jabir r.a.)
Rasulullah Saw pernah bersabda tentang Sa'ad bin Mu'adz, "Sa'ad telah menggoncangkan 'Arsy, dan jenazahnya diantar 70.000 malaikat." (HR Al-Baihagi dari Ibnu `Umar r.a.)
Dalam riwayat lain diceritakan bahwa Jibril menemui Nabi Saw lalu bertanya, "Siapakah hamba saleh yang wafat sehingga pintu-pintu langit terbuka untuknya dan `Arsy bergetar?" Nabi kemudian keluar, ternyata Sa'ad bin Mu`adz telah wafat. (HR Al-Baihaqi dari Jabir r.a)
Rafi` al-Zargi menceritakan bahwa salah seorang kaumnya memberitahu bahwa Jibril telah mendatangi Nabi Saw di tengah malam dengan mengenakan ikat kepala dari sutra tebal, lalu Jibril bertanya, "Jenazah siapa gerangan yang telah membuka pintu langit dan menggoncangkan Arsy?" Beliau segera berdiri menemui Sa'ad bin Mu'adz dan menemukannya telah gugur. Dalam riwayat lain Hasan Al-Bashri berkata, "Sa'ad bin Mu`adz telah menggoncangkan 'Arsy Zat Yang Maha Pengasih, karena gembira dengan kedatangan ruhnya." (Kedua riwayat ini diceritakan oleh Al-Baihaqi)
Muslimah bin Aslam bin Harisy bercerita, "Rasulullah Saw memasuki rumah Sa'ad, tetapi tak ada seorang pun di dalamnya kecuali Sa'ad yang ditutupi kain. Kemudian aku melihat beliau melangkah dan memberi isyarat kepadaku agar berhenti. Aku berhenti dan mundur ke belakang, beliau duduk sebentar lalu keluar. Aku berkata, `Ya Rasulullah, aku tidak melihat seorang pun di sana, namun aku melihatmu melangkah.' Beliau menjawab, Aku tidak bisa duduk, sampai salah satu malaikat melepaskan salah satu sayapnya."' (HR Ibnu Sa'ad)
Riwayat lain menceritakan hahwa ketika Sa'ad bin Mu'adz wafat, Rasulullah Saw menggenggam kedua lutut Sa'ad lalu berkata, "Malaikat masuk, tetapi tidak mendapatkan tempat duduk, maka aku lapangkan tempat untuknya." Ketika orang-orang mengusung jenazah Sa'ad bin Mu'adz yang pada masa hidupnya ia adalah orang yang paling besar dan tinggi, salah seorang munafik berkata, "Kami belum pernah mengusung jenazah yang lebih ringan daripada hari ini." Lalu Nabi Saw bersaada, "Jenazah Sa'ad bin Mu'adz disaksikan 70.000 malaikat yang tidak menginjak bumi sama sekali." (Riwayat Abu Na'im dari Asy'at bin Ishaq bin Sa'ad bin Abi Waqash)
Kisah Ke-3
Diceritakan pula bahwa ketika mengusung jenazah Sa'ad, orang-orang mengatakan, "Ya Rasulullah, kami belum pernah mengusung jenazah yang lebih ringan daripada ini." Beliau menjelaskan, "Kalian merasa ringan, karena malaikat telah turun tangan, padahal sebelumnya mereka belum pernah ikut mengusung jenazah bersama-sama kalian." (Riwayat Ibnu Sa'ad dari Mahmud bin Lubaid)
Muhammad bin Syarahbil bin Hasanah menceritakan bahwa pada hari itu, orang-orang mengambil tanah kuburan Sa'ad dan membawanya pulang. Setelah pulang, mereka melihat tanah tersebut telah berubah menjadi minyak wangi. Rasulullah Saw berkata, "Maha Suci Allah, Maha Suci Allah." Lalu beliau mengusapkan minyak wangi itu ke wajahnya dan berkata lagi, "Segala puji hanya bagi Allah, kalau ada orang yang selamat dari himpitan kubur, Sa'ad lah orangnya. Ia dikenai satu himpitan, kemudian Allah membebaskannya." (HR Ibnu Sa'ad dan Abu Na'im dari jalur Muhammad bin Munkadir)
Anni Sa'id al-Khudri r.a. berkata, "Aku ikut menghadiri pemakaman Sa'ad. Setiap kami menggali sebongkah tanah kuburnya, kami mencium harum minyak wangi." (Riwayat Ibnu Sa'ad)
Sumber : Kitab Jami' Karamat Al Auliya Karangan Syeikh Yusof Al Nabhani.
KISAH BURUNG MEMBAWA REZEKI UNTUK RABI'AH ADAWIYAH
Pada suatu hari pelayan wanita Rabi'ah hendak memasak sup bawang kerana telah beberapa lamanya mereka tidak memasak makanan. Ternyata mereka tidak mempunyai bawang. Si pelayan berkata kepada Rabi'ah: "Aku hendak- meminta bawang kepada tetangga sebelah".
"Tetapi Rabi'ah mencegah: "Telah empat puluh tahun aku berjanji kepada Allah tidak akan meminta sesuatu pun kecuali kepada-Nya. Lupakanlah bawang itu".
Segera setelah Rabi'ah berkata demikian, seekor burung meluncur dari angkasa, membawa bawang yang telah terkupas di paruh-nya, lalu menjatuhkannya ke dalam belanga.
Menyaksikan peristiwa itu Rabi'ah berkata: "Aku takut jika semua ini adalah semacam tipu muslihat".
Rabi'ah tidak mahu menyentuh sup bawang tersebut. Hanya roti saja lah yang dimakannya.
Sumber : Kitab Tazkiratul Auliya Karangan Syeikh Fariddudin Attar.
KISAH MENCURI CADAR RABI'AH ADAWIYAH
Pada suatu malam ketika Rabi'ah sedang solat di tempat khalwatnya, ia merasa sangat letih sehingga ia jatuh tertidur. Sedemikian nyenyak tidurnya sehingga ketika matanya berdarah tertusuk alang-alang dari tikar yang ditidurinya, ia sama sekali tidak menyedarinya.
Seorang pencuri masuk menyelinap ke dalam pertapaan itu dan mengambil cadar Rabi'ah. Ketika hendak menyingkir dari tempat itu didapatinya bahwa jalan ke luar telah tertutup. Dilepaskannya cadar itu dan ditinggalkannya tempat itu dan ternyata jalan ke luar telah terbuka kembali. Cadar Rabi'ah diambilnya lagi, tetapi jalan ke luar tertutup kembali. Sekali lagi dilepaskannya cadar itu. Tujuh kali perbuatan seperti itu diulanginya. Kemudian terdengarlah olehnya sebuah suara dari tempat khalwat itu.
"Hai manusia, tiada gunanya engkau mencuba-cuba. Sudah bertahun-tahun Rabi'ah mengabdi diri kepada Allah. Syaitan sendiri tidak berani datang menghampirinya. Tetapi betapakah seorang pencuri memiliki keberanian hendak mencuri cadarnya? Pergilah dari sini hai manusia jahannam! Tiada gunanya engkau mencuba-ciba lagi. Jika seorang sahabat sedang tertidur maka Sang Sahabat bangun dan berjaga-jaga".
Sumber : Kitab Tazkiratul Auliya Karangan Syeikh Fariddudin Attar.
Karamah Zaid bin Kharijah al-Anshari
Zaid bin Kharijah al-Anshari adalah keturunan Bani Harits bin Khazraj. Ia wafat pada masa 'Utsman. Setelah jenazahnya dibungkus kain kafan, terdengar suara keras dari dalam dadanya, "Terpujilah Muhammad, terpujilah Muhammad dalam lauh mahfuzh. Benarlah Abu Bakar al-Shiddiq, benarlah Abu Bakar al-Shiddiq yang lemah jiwanya tetapi teguh menegakkan perintah Allah, dalam lauh mahfuzh. Benarlah `Umar bin Khattab, benarlah `Umar bin Khattab yang kuat lagi terpercaya dalam lauh mahfuzh. Benarlah `Utsman bin Affan, benarlah `Utsman bin Affan yang mengatur sistem mereka. Enam tahun setelah ini akan muncul berbagai fitnah, yang kuat memangsa yang lemah, tanda-tanda kiamat muncul, dan akan datang dari pasukan kalian, berita tentang sumur Aris (sebuah sumur di Madinah)." Kemudian ada seorang laki-laki dari Bani Khathmah meninggal. Jenazahnya dikafani dengan bajunya, lalu terdengar suara keras dari dalam dadanya, "Benarlah, benarlah apa yang telah dikatakan oleh Zaid dan Bani Harits bin Khazraj." (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dari Sa'id bin Musayyab)
Al-Baihaqi menjelaskan cerita tentang sumur Aris, "Nabi Saw membuat sebuah cincin kemudian memakainya, lalu cincin itu dipakai Abu Bakar, disusul `Umar, dan terakhir `Utsman, sampai kemudian cincin itu jatuh ke sumur Aris pada tahun keenam pemerintahan `Utsman. Sejak saat itu, kerja Utsman berubah dan sebab-sebab fitnah muncul, seperti yang telah dikatakan jenazah Zaid bin Kharijah enam tahun sebelumnya."
Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa sahabat rasulullah yang mampu berbicara setelah meninggal dunia adalah Kharijah bin Zaid, sebagaimana diceritakan oleh Nu'man bin Basyir. Kharijah bin Zaid adalah salah seorang pemimpin kaum Anshar. Suatu hari, ketika ia melewati sebuah jalan di Madinah antara waktu zuhur dan asar, mendadak ia jatuh, lalu wafat. Mendengar berita wafatnya Kharijah, kaum Anshar mengetahui mendatanginya dan membawanya ke rumahnya, mengafaninya dengan pakaian dan dua buah selendang. Kaum Anshar baik laki-laki maupun perempuan menangisi kematiannya. Jenazah Kharijah dibiarkan terbungkus kain kafan dalam waktu lama, kerana orang-orang meratapi kematiannya yang mendadak, sehingga mereka tidak menyegerakan pemakamannya. Pada waktu antara magrib dan isya, orang-orang mendengar suara mengatakan, "Diamlah kalian semua! Diamlah kalian semua!" Mereka mencari asal suara itu, ternyata suara itu muncul dari bawah pakaian yang ditutupkan ke jenazah Kharijah. Lalu mereka membuka penutup wajahnya, tiba-tiba jenazah Kharijah berkata, "Muhammad adalah urusan Allah, seorang nabi yang ummi, penutup para nabi yang tidak ada nabi setelahnya. Sebagaimana yang ditetapkan dalamlauh mahfuzh." Lalu berkata lagi, "Benarlah, benarlah." Lalu berkata, "Ini adalah utusan Allah, semoga keselamatan, rahmat, dan barakah Allah senantiasa dilimpahkan atasmu ya Rasuullah, begitu juga rahmat dan barakah Allah." Kemudian ia wafat kembali seperti semula. (Riwayat Al Thabrani).
Riwayat ini dikutip dari kitab saya (penulis), Hujjatullah `ala al-'Alamin. Dalam kisah itu, seolah-olah Kharijah bin Zaid melihat ruh Nabi Saw hadir di sampingnya. Ia hanya menyebutkan tiga khalifah setelah Rasulullah Saw. wafat dan memuji mereka, tetapi tidak menyebutkan Ali, kerana ketika itu Ali belum menjabat khalifah. Kemudian aku mengecek hal tersebut dalam kitab Usud al-Ghabah karya Ibnu Atsir pada bab tentang biografi Kharijah bin Zaid al-Khazraji. Saya melihat ada perbezaan pendapat tentang tokoh dalam kisah ini, apakah Kharijah bin Zaid atau Zaid bin Kharijah. Di akhir pembahasannya, Ibnu Atsir mengatakan bahwa pendapat yang benar adalah Zaid bin Kharijah.
Sumber : Kitab Jami' Karamat Al Auliya Karangan Syeikh Yusof Al Nabhani.
Thursday, 17 November 2016
KARAMAH SAAD IBNU ABI WAQQAS R.A
DOA YANG MUSTAJAB
Jabir r.a. menceritakan bahwa penduduk Kufah mengadukan Sa'ad bin Abi Waqash kepada Khalifah `Umar. 'Umar lalu mengutus seseorang untuk bertanya tentang Sa'ad kepada orang-orang Kufah. Utusan itu berkeliling dari masjid ke masjid di Kufah dan semua orang yang ditanyainya memberikan penilaian positif terhadap Sa'ad. Akhirnya ia berhenti di sebuah masjid dan bertemu dengan seorang laki-laki yang mengaku bernama Abu Sa'dah. Laki-laki itu berkata, "Kami mengadukan Sa'ad karena ia tidak membagi rampasan secara sama rata, tidak berjalan bersama pasukannya,dan tidak berlaku adil dalam menghukumi sesuatu." Maka Sa'ad berdoa, "Ya Allah, kalau ia berdusta, maka panjangkanlah umurnya, panjangkan kefakirannya, dan timpakan berbagai fitnah padanya."
Ibnu Amir menceritakan bahwa ia menyaksikan laki-laki yang mengadukan Sa'ad itu berumur panjang, sampai-sampai alisnya menutupi mata karena saking panjangnya, ia betul-betul ditimpa kemiskinan, dan di sebuah jalan ia pernah bertemu dengan budak-budak perempuan kemudian merabanya, karena itu ia terkena fitnah. Sewaktu ditanya, "Mengapa kamu bisa jadi begini?" Jawabnya, "Aku menjadi tua bangka dan terkena fitnah karena doa Sa'ad." (Diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, dan Al-Baihaqi dari jalur Abdul Mulk bin Amir)
Dalam riwayat lain dikisahkan bahwa Sa'ad tengah berpidato di hadapan penduduk Kufah, ia bertanya, "Bagaimana kepemimpinanku menurut pandangan kalian?" Seorang laki-laki berseru, "Engkau sungguh tidak adil dalam mengemban tanggung jawab, tidak membagi secara rata, dan tidak ikut berperang bersama pasukan." Sa'ad berdoa, "Ya Allah, kalau ia berdusta, maka butakanlah matanya, segerakan kefakirannya, panjangkan umumya, dan timpakan fitnah padanya." Lelaki itu kemudian buta, jatuh miskin sehingga menjadi peminta-peminta, difitnah sebagai orang yang sombong dan pembohong, dan karena itu ia dibunuh. (Diriwayatkan oleh Ibnu Asakir dari jalur Mush'ab bin Sa'ad)
Riwayat lain menceritakan bahwa ada seorang laki-laki muslim mengejek Sa'ad bin Abi Waqash. Kemudian Sa'ad berdoa, "Ya Allah, potonglah lidah dan tangannya dengan kehendak-Mu." Pada waktu perang Kadisiyah, laki-laki itu terlempar hingga lidah dan tangannya putus. Ia tidak bisa berbicara sepatah kata pun sampai ajal menjemputnya. (Diriwayatkan oleh Al Thabrani, Ibnu `Asakir dan Abu Na'im dari Qabishah bin Jabir)
Dikisahkan pula bahwa ada seorang perempuan yang mempunyai perawakan seperti anak kecil. Orang-orang mengolok-oloknya, "Itu puteri Sa'ad, ia membenamkan tangannya pada tempat bersuci Sa'ad." Kemudian Sa'ad berdoa, "Semoga Allah menunjukkan kekuatanmu meskipun engkau tidak bisa tumbuh besar lagi." (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya dan Ibnu Asakir dari Mughirah)
Dalam riwayat lain diceritakan bahwa ada seorang perempuan terus menerus memperhatikan Sa`ad, Sa'ad menegurnya, tetapi ia tidak mengindahkannya. Suatu hari ketika perempuan itu muncul, Sa'ad berkata, "Buruk sekali wajahmu." Tiba-tiba wajah perempuan itu memuntir ke belakang dan tidak bisa menoleh ke depan. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya dan Ibnu Asakir dari Mana' dari Abdurrahman bin Auf)
Qais bertutur, "Ada seorang laki-laki mengejek Ali. Maka Sa'ad berdoa, 'Ya Allah, laki-laki ini telah mengejek salah seorang walimu. Jangan pisahkan golongan ini, sampai Engkau perlihatkan kekuasaanMu.' Demi Allah, kami belum berpisah, hingga kudanya terbenam ke dalam lumpur, kemudian ia terlempar di bebatuan, sampai otaknya keluar dan akhirnya mati" (Riwayat Al- Hakim).
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Sa'ad mendoakan buruk untuk seorang laki-laki. Tiba-tiba laki-laki itu tertubruk seekor unta betina hingga ia mati. Kemudian Sa'ad menahan nafas dan bersumpah tidak akan mendoakan buruk untuk seorang pun (Riwayat Al-Hakim dari Mush'ab bin Sa'ad).
Al-Hakim meriwayatkan dari Ibnu Al-Musayyab bahwasanya Marwan pernah berkata, "Harta ini milik kami maka kami berhak memberikannya kepada orang yang kami kehendaki." Kemudian Sa`ad mengangkat kedua tangannya dan berkata, 'Aku akan berdoa." Marwan meloncat, lalu merangkulnya sambil berseru, "Engkau akan berdoa kepada Allah, hai Abu Ishaq. Tolong jangan berdoa, karena harta itu adalah milik Allah."
Diceritakan pula bahwa Sa'ad bin Abi Waqash pernah berdoa, "Ya Allah, hamba memiliki anak-anak yang masih kecil, maka tangguhkan kematianku sampai mereka dewasa (balig)." Dua puluh tahun kemudian, Sa'ad baru menemui ajalnya, sesudah menderita sakit parah. (Riwayat Al-Baihaqi dan Ibnu Asakir dari Yahya bin Abdurrahman bin Labibah)
Dikisahkan juga bahwa ketika Sa'ad sedang berjalan-jalan, lewatlah seorang laki-laki sambil mencaci maki Ali, Thalhah, dan Zubair. Sa'ad berkata kepada laki-laki itu, "Kamu mencaci-maki para pemimpin yang dianugerahi keunggulan oleh Allah. Demi Allah, kamu harus menghentikan cacianmu kepada mereka atau aku akan mendoakan keburukan untukmu." Laki-laki itu menjawab, "Kamu menakutiku, seolah-olah kamu ini nabi." Sa'ad lalu berdoa, "Ya Allah, ia telah mencaci-maki para pemimpin yang telah Engkau unggulkan, maka timpakan malapetaka padanya hari ini." Tiba-tiba datanglah seorang peramal perempuan sehingga orang-orang berlarian menghindarinya, lalu sang peramal memukul laki-laki itu dengan keras. Orang-orang mengikuti Sa'ad, dan berkata, 'Allah telah mengabulkan doamu, ya Abu Ishaq." Doa Sa'ad mustajab, karena Nabi Saw telah mendoakan agar doanya mustajab. (Riwayat Al Thabrani dari Amir bin Sa'ad)
Al-Tirmidzi dan Al-Hakim meriwayatkan dan menyatakan kesahihan hadis Nabi tentang Sa'ad, "Ya Allah, kabulkanlah semua doa yang dipanjatkan Sa'ad!" Hingga setiap doa yang dilantunkan Sa'ad selalu dikabulkan Allah. Dalam hadis lain juga dinyatakan, "Ya Allah, kabulkanlah doa Sa'ad dan tepatkanlah lemparan panahnya!"
Sumber : Kitab Jami' Karamat Al Auliya Karangan Syeikh Yusof Al Nabhani.
PENGARUH AMAL TERHADAP HATI
Diriwayatkan bahwa ada seorang ulama Bani Israil yang telah mengarang 860 buku hingga namanya tersohor ke seluruh penjuru dunia. Suatu hari Allah Ta'ala mewahyukan kepada seorang Nabi di zaman itu, "Katakanlah kepada Fulan, 'Engkau telah menebarkan kemunafikan di muka bumi. Semua amalmu itu tidak engkau tujukan untuk-Ku.' Ketika Sang Nabi menyampaikan wahyu Allah ini kepadanya, ia segera bersimpuh di hadapannya dan membuang semua bukunya. Selang beberapa waktu ia beribadah dalam sebuah gua di gunung. Allah kembali mewahyukan kepada Sang Nabi, "Temui ulama itu dan katankan padanya, 'Allah berkata Dia tidak meridhoimu." Ketika sang Nabi menyampaikan wahyu ini kepadanya, ia kebingungan dan berkata, "Apa yang harus kulakukan?" Allah Ta'ala lalu memberinya ilham untuk pergi ke pasar dan merendahkan dirinya. Ia pun segera melaksanakan ilham itu; merendahkan dirinya, membantu kaum lemah dan membelai kepala anak yatim. Tak lama kemudian Allah Ta'ala mewahyukan kepada Nabi-Nya, "Katakan kepadanya, 'Sekarang Aku meridhoimu."
Sumber : Kitabnya Idahu Asrori Ulumil Muqorrobin Karangan Syeikh Habib Muhammad bin 'Abdullah Al-'aidarus.
KISAH ABU YAZID BUSTHAMI DENGAN SEEKOR ANJING
"Tubuhku kering dan aku tidak melakukan kesalahan apa-apa. Seandainya tubuhku basah, engkau cukup menyucinya dengan air yang bercampur tanah tujuh kali, selesailah persoalan di antara kita. Tetapi apabila engkau menyingsingkan jubah sebagai seorang Parsi, dirimu tidak akan menjadi bersih walau engkau membasuhnya dalam tujuh samudera".
Abu Yazid menjawab: "Engkau kotor secara lahiriah tetapi aku kotor secara batiniah. Marilah kita bersama-sama berusaha agar kita berdua menjadi bersih".
"Tetapi si anjing menyahut: "Engkau tidak layak untuk berjalan bersama-sama dengan diriku dan menjadi sahabatku, kerana semua orang menolak kehadiranku dan menyambut kehadiranmu. Siapa pun yang bertemu denganku akan melempariku dengan batu tetapi siapa pun yang bertemu denganmu akan menyambutmu sebagai raja di antara para sufi. Aku tidak pernah menyimpan sepotong tulang tetapi engkau memiliki sekarung gandum untuk makanan esok hari".
Abu Yazid berkata: "Aku tidak layak berjalan bersama seekor anjing! Bagaimana aku dapat berjalan bersama Dia Yang Abadi dan Kekal? Maha Besar Allah yang telah memberi pengajaran kepada yang termulia di antara makhluk-Nya melalui yang terhina di antara semuanya!".
Sumber : Kitab Tazkiratul Auliya Karangan Syeikh Fariddudin Attar.
DISIPLIN DIRI ABUL HUSAIN AN-NURI
Abul Husain melakukan disiplin diri seperti yang dilakukan oleh al-Junaid. Ia dijuluki Nuri (Manusia yang Memperoleh Cahaya) kerana setiap kali ia berbicara di suatu ruangan pada malam yang gelap, dari mulutnya keluar cahaya sehingga seluruh ruangan tersebut menjadi terang. Alasan lain mengapa ia dijuluki demikian adalah kerana ia menjelaskan rahasia-rahasia yang paling pelik. Tetapi versi yang ketiga mengatakan bahawa ia mempunyai sebuah tempat menyepi di tengah padang pasir, di mana ia biasa shalat di sepanjang malam dan apabila ia berada di tempat itu, orang-orang dapat menyaksikan cahaya yang memancar dari tempat tersebut.
Pada awal kehidupan mistiknya, setiap hari ia keluar rumah pagi-pagi sekali dan pergi ke kedainya untuk mengambil beberapa potong roti untuk dibagi-bagikannya sebagai sedekah. Setelah itu barulah ia pergi ke masjid untuk shalat Subuh dan tetap di situ sampai tengah hari. Kemudian ia baru pergi ke kedainya. Orang-orang di rumah menyangka bahwa ia telah makan di kedai dan orang-orang di kedai menyangka bahawa ia telah makan di rumah. Yang demikian dilakukannya secara terus-menerus selama dua puluh tahun tanpa seorang pun yang mengetahui perihal yang sesungguhnya.
Mengenai dirinya sendiri, Nuri berkisah sebagai berikut.
Bertahun-tahun aku berjuang, mengekang diri dan meninggalkan pergaulan ramai. Betapa pun aku telah berusaha keras, namun jalan belum terbuka bagiku.
"Aku harus melakukan sesuatu untuk memperbaiki diriku", aku berkata di dalam hati; "Jika tidak, biarlah aku mati terlepas dari hawa nafsu ini".
"Wahai jasmaniku", aku berkata, "bertahun-tahun sudah engkau menuruti hawa nafsumu sendiri, makan, melihat, mendengar, berjalan-jalan, mengambil, tidur, bersenang-senang dan memuaskan hasratmu. Sungguh semua itu akan mencelakakanmu. Sekarang masuklah ke dalam penjara, akan ku belenggu dirimu dan ku kalungkan kepada lehermu segala kewajiban kepada Allah. Jika engkau sanggup bertahan dalam keadaan seperti itu, engkau pasti meraih kebahagiaan. Tapi jika kau tak sanggup maka setidaknya engkau akan mati di atas jalan Allah".
Maka berjalanlah aku di atas jalan Allah. Pernah ku dengar bahwa hati para mistik merupakan alat yang amat awas dan me-ngetahui rahasia segala sesuatu yang terlihat dan terdengar oleh mereka. Kerana aku sendiri tak memiliki hati yang seperti itu maka aku pun berkata kepada diriku sendiri: "Ucapan-ucapan para Nabi dan manusia-manusia suci adalah benar. Mungkin sekali aku telah bersikap munafik dalam usahaku selama ini, dan kegagalanku ini adalah kerana kesalahanku sendiri. Di sini tak ada tempat untuk berbeza pendapat. Sekarang aku ingin merenungi diriku sendiri sehingga aku benar-benar mengenalnya".
Maka aku pun merenungi diriku sendiri. Ternyata kesalahanku adalah bahawa hati dan hawa nafsuku bersatu. Bila hati dan hawa nafsu berpadu, celakalah! Kerana jika ada sesuatu yang menyinari hati maka hawa nafsu akan menyerap sebahagian daripadanya. Sedarlah aku bahwa hal inilah yang menjadi sumber dilema yang ku hadapi selama ini. Segala sesuatu yang datang dari hadirat Allah ke dalam hatiku, sebagian diserap oleh hawa nafsuku.
Sejak saat itu, segala perbuatan yang diperkenankan oleh hawa nafsuku tidak ku lakukan. Yang aku lakukan adalah hal-hal lain yang tak disukainya. Misalnya, apabila hawa nafsuku berkenan jika aku shalat, berpuasa, bersedekah, menyepi atau bergaul dengan sahabat-sahabatku, maka aku melakukan hal yang sebaliknya. Akhirnya segala hal yang diperkenankan hawa nafsuku dapat ku buang dan rahasia-rahasia mistik mulai terbuka di dalam diriku.
"Siapakah engkau?" aku bertanya.
"Aku adalah mutiara dari Lubuk Tanpa Hasrat", terdengar jawapan. "Katakan kepada murid-muridmu, lubukku adalah Lubuk Tanpa Hasrat dan mutiaraku adalah Mutiara dari Lubuk Tanpa Maksud".
Kemudian aku turun ke sungai Tigris dan berdiri di antara dua buah biduk.
"Aku tidak akan berganjak dari tempat ini", aku berkata. "sebelum seekor ikan terjerat ke dalam jalaku".
Akhirnya masuklah seekor ikan ke dalam jalaku. Ketika ku angkat jalaku itu, aku pun berseru: "Alhamdulillah, perjuanganku telah berhasil".
Aku mengunjungi Junaid dan berkata kepadanya: "Sebuah kurnia telah dilimpahkan kepadaku".
"Abul Husain", Junaid menjawab, "jika yang terjerat oleh jalamu itu adalah seekor ular, bukan seekor ikan, itulah pertanda sebuah kurniaan. Kerana engkau sendiri telah campur tangan, hal itu hanyalah sebuah tipuan, bukan sebuah kurniaan. Tanda dari suatu kurnia adalah bahawa engkau sama sekali tidak ada di sana lagi".
Sumber : Kitab Tazkiratul Auliya Karangan Syeikh Fariddudin Attar.
DOA ORANG SOLEH
"Apakah yang menyebabkan engkau menjalani kehidupan spiritual ini", seseorang bertanya kepada Sari as-Saqath. Sari as-Saqathi menjawab:
"Pada suatu hari Habib ar-Ra'i lewat di depan kedaiku. Kepadanya aku berikan sesuatu untuk disampaikan kepada orang-orang miskin. 'Semoga Allah memberkahi engkau', Habib ar-Ra'i mendoakan diriku. Setelah ia mengucapkan doa itu dunia ini tidak menarik hatiku lagi".
"Keesokan harinya datanglah Ma'ruf Karkhi beserta seorang anak yatim. 'Berikanlah pakaian untuk anak ini', pinta Ma'ruf kepadaku. Maka anak itu pun aku beri pakaian. Kemudian Ma'ruf berkata: 'Semoga Allah membuat hatimu benci kepada dunia ini dan membebaskanmu dari pekerjaan ini'. Kerana kemakbulan doa Ma'ruf itulah aku dapat meninggalkan semua harta kekayaanku di dunia ini".
Sumber : Kitab Tazkiratul Auliya Karangan Syeikh Fariddudin Attar
Thursday, 3 November 2016
KARAMAH DZU’AIB IBNU KILAB R.A
Ketika Aswad al-Ansi yang mengaku sebagai Nabi menguasai Shan`a (ibukota Yaman), Aswad menangkap Dzu’aib bin Kilab lalu melemparkannya ke dalam api karena Dzu’aib mengakui kenabian Muhammad Saw, tetapi api itu tidak membakar Dzu’aib. Nabi menceritakan kejadian itu kepada sahabat-sahabat beliau. Lalu `Umar berkata, “Segala puji hanya bagi Allah yang telah menjadikan salah seorang umat kita seperti Ibrahim, Khalilullah,” (Diceritakan oleh Ibnu Wahab dari Ibnu Lahi’ah). Dalam kitab Al-Shahabat, Abdan mengemukakan bahwa Dzu’aib adalah anak laki- laki Kilab bin Rabi’ah al-Khaulani, penduduk Yaman pertama yang masuk Islam.
Dalam versi lain diceritakan bahwa ada seorang laki-laki dari Khaulan masuk Islam, tetapi kaumnya menghendakinya kafir lagi, maka mereka memasukkannya ke dalam api, tetapi ia tidak terbakar, kecuali anggota badan yang tidak terkena wudhu. Lelaki itu kemudian menemui Abu Bakar dan berkata, Mintalah ampun untukku.” Abu Bakar menjawab, “Engkau lebih patut kerana engkau pernah dilemparkan ke dalam api tetapi tidak terbakar.” Kemudian ia mohon ampun kepada Allah. Lalu ia pergi ke Syam. Orang-orang menyamakannya dengan Nabi Ibrahim a.s, (Diriwayatkan oleh Ibnu Asakir dari Abu Basyir Ja’far bin Abi Wahsyiyyah). Kami mengungkapkan kisah Dzu’aib di sini kerana ia masuk Islam ketika Nabi Saw masih hidup meskipun tidak pernah bertemu dengan Nabi, seperti Raja Najasyi.
Sumber : Kitab Jami' Karamat Al Auliya Karangan Syeikh Yusof Al Nabhani.
KISAH MEMBUNUH PARA SUFI
Ketika Ghulam Khalil menyatakan perang terhadap para sufi, ia pergi menghadap khalifah dan mencela mereka.
"Orang-orang telah menyaksikan beberapa kelompok sufi berdendang-dendang, menari-nari dan menghujjah Allah. Sepanjang hari mereka berjalan-jalan dan di malam hari mereka ber-sembunyi di dalam kuburan-kuburan di bawah tanah, dan berkhutbah. Sufi-sufi ini adalah manusia-manusia bid'ah. Seandainya ketua kaum Muslimin bersedia mengeluarkan perintah agar sufi-sufi ini dibunuh, nescaya doktrin bid'ah akan musnah, kerana sesungguhnya mereka itulah pemimpin-pemimpin para bid'ah. Jika hal ini dilakukan oleh ketua kaum Muslimin, aku jamin bahwa ia akan memperoleh pahala yang berlimpah".
Khalifah segera memerintahkan agar Abu Hamzah, Raqqam, Syibli, Nuri dan Junaid dibawa ke hadapannya. Setelah semuanya berkumpul, khalifah memerintahkan agar mereka dibunuh. Algojo mula-mula hendak memancung Raqqam tetapi Nuri meloncat, menerjang maju dan berdiri menggantikan Raqqam.
"Bunuhlah aku yang sedang tertawa-tawa bahagia ini terlebih dahulu", kata Nuri.
"Belum tiba giliranmu", jawab si algojo, "sebuah pedang bukanlah sebuah senjata yang harus dipergunakan secara tergesa-gesa".
"Jalanku ini berdasarkan kecintaan", Nuri menjelaskan. "Aku lebih mencintai sahabatku daripada diriku sendiri. Yang paling berharga di atas dunia ini adalah kehidupan. Aku ingin memberi beberapa saat kehidupan kepada saudara-saudaraku ini, kerana itulah aku ingin mengorbankan hidupku sendiri, walau aku berpendapat bahwa sesaat di atas dunia adalah jauh lebih berharga daripada seribu tahun di akhirat. Dunia ini adalah tempat berbakti dan akhirat adalah tempat yang dekat kepada Allah, sedang untuk menghampiri-Nya harus berbakti kepada-Nya".
Ucapan-ucapan Nuri ini disampaikan kepada khalifah yang menjadi sangat kagum kerana ketulusan dan kejujuran Nuri itu. Maka diperintahkannya agar hukuman itu ditangguhkan dan persoalan mereka diserahkan kepada qadhi.
"Mereka tak dapat dituntut tanpa bukti-bukti", si qadhi menjelaskan. Sesungguhnya si qadhi telah mendengarkan khutbah-khutbah Nuri dan mengetahui keahlian Nuri dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan. Maka berpalinglah ia kepada Syibli. "Akan ku tanyakan orang gila ini mengenai sesuatu bidang yang tidak akan sanggup dijawabnya", ia berkata di dalam hati.
"Berapakah yang dizakatkan seseorang bila ia memiliki wang dua puluh dinar?", si qadhi bertanya kepada Syibli.
"Dua puluh setengah dinar", jawab Syibli.
"Siapakah yang menetapkan zakat yang sebesar itu?" si qadhi menanya.
"Abu Bakar yang agung", jawab Syibli. "Ia memberikan semua yang dimilikinya sebanyak empat puluh ribu dinar sebagai zakat", jawab Syibli.
"Ya, tetapi mengapakah engkau tadi menambahkan setengah dinar?"
"Sebagai denda", jawab Syibli. "Ia telah menyimpan wang dua puluh dinar dan oleh kerana itu ia harus membayar setengah dinar sebagai dendanya".
Kemudian si qadhi berpaling kepada Nuri dan mempertanyakan sebuah masalah hukum. Nuri segera memberi sebuah jawaban yang membuat si qadhi bingung, Nuri memberi penjelasan:
"Qadhi, engkau telah mengajukan semua pertanyaan-pertanyaan ini, tetapi tak satu pun di antaranya yang penting. Sesungguhnya Allah mempunyai hamba-hamba yang berdiri kerana Dia, yang berjalan dan beristirahat kerana Dia, yang hidup kerana Dia dan berdiam diri merenungi-Nya. Apabila sesaat saja mereka berhenti merenungi-Nya nescaya binasalah mereka. Melalui Dia mereka tidur, melalui Dia mereka makan, melalui Dia mereka menerima, berjalan, melihat, mendengar dan melalui Dia mereka ada. Inilah ilmu yang sesungguhnya, bukan yang engkau pertanyakan itu".
Si qadhi tergamam tak dapat berkata apa-apa. Kemudian ia mengirim surat kepada khalifah.
"Jika orang-orang seperti mereka ini dianggap sebagai orang-orang yang tiada bertuhan dan bid'ah maka keputusanku adalah bahwa seluruh dunia ini tiada seorang pun yang percaya kepada Allah Yang Maha Esa".
Khalifah memerintahkan agar tahanan-tahanan itu dibawa ke hadapannya.
"Adakah sesuatu hal yang kalian inginkan?" khalifah bertanya kepada mereka.
"Ada", mereka menjawab. "Kami ingin agar engkau melupakan kami. Kami ingin agar engkau tidak memuliakan kami dengan restumu dan tidak mengusir kami dengan murkamu, kerana bagi kami, kemurkaanmu itu sama dengan restumu, dan restumu itu sama dengan kemurkaanmu".
Khalifah menangis dengan hati yang tersayu dan membebaskan mereka dengan segala hormat.
Sumber : Kitab Tazkiratul Auliya Karangan Syeikh Fariddudin Attar.
BERKAT PEMIMPIN YANG ADIL
Malik bin Dinar berkata:
"Ketika Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi khalifah, para penggembala kambing di puncak gunung berkata: 'Siapakah khalifah yang soleh yang sedang memerintah manusia sekarang ini ?'
Lalu orang-orang yang berasal dari kota bertanya kepada mereka: 'Bagaimana kalian mengetahui semua itu?'
Para penggembala menjawab: 'Sesungguhnya pemerintahan apabila dipegang oleh seorang khalifah yang soleh, serigala dan singa tidak akan mengganggu kambing-kambing kami !' "
Hasan al-Qashar berkata:
Aku bekerja sebagai pemerah susu kambing pada pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Pada suatu ketika, aku melewati seorang penggembala, sedangkan di tengah-tengah gerombolan kambingnya ada tiga puluh serigala. Padahal sebelumnya aku mengira gerombolan anjing kerana aku belum pernah melihat serigala.
Aku bertanya: 'Wahai penggembala, untuk apa anjing sebanyak ini ?'
Dia menjawab: 'Wahai anak muda, ini bukan kumpulan anjing, melainkan serigala'.
Aku berkata: 'Subhanallah, apakah serigala tidak membahayakan kambing-kambingmu ?'
Dia menjawab: 'Wahai anak muda, apabila kepala sudah sihat maka badan tidak akan rosak'.
Pada masa itu adalah masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz ".
Musa bin Aorun berkata:
"Pada zaman khalifah Umar bin Abdul Aziz kambing kami gembala bersama-sama dengan serigala. Namun pada satu malam seekor serigala telah menerkam kambing kami. Tidak lain pasti lelaki soleh ini (Umar bin Abdul Aziz) telah wafat. Dan memang mereka mendapati beliau wafat pada malam tersebut."
Sumber : Kitab Idhahu Asrari Ulumil Muqarrabin Karangan Syeikh Habib Muhammad bin Abdullah Al Aidarus.
KARAMAH SAAD IBNU ABI WAQQAS R.A
KISAH MELINTASI SUNGAI DENGAN BERKUDA
Riwayat lain menceritakan bahwa ketika Sa'ad bin Abi Waqash r.a. sampai di sungai Tigris, ia mencari perahu untuk menyeberang, tetapi ia tidak berhasil karena perahu-perahu telah ditambatkan. Sa'ad dan pasukannya tinggal di sana beberapa hari pada bulan Safar. Tiba-tiba datang air pasang. Sa'ad bermimpi melihat sekawanan kuda milik pasukan muslimin menceburkan diri ke sungai, lalu menyeberangi air pasang itu, padahal air pasang sungai Tigris sangat tinggi. Sa'ad menakwilkan mimpinya sebagai petunjuk agar ia menyeberangi sungai itu. Maka ia mengumpulkan pasukannya, lalu berkata, 'Aku akan menyeberangi sungai ini," dan mereka menyetujuinya. Sa`ad mempersilakan pasukannya untuk menceburkan diri ke sungai, lalu berkata, "Katakanlah! Kami memohon pertolongan Allah dan bertawakkal kepada-Nya. Cukuplah Allah bagi kami, sebaik-baik Zat tempat memasrahkan diri. Tiada daya dan kekuatan, kecuali milik Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung." Lalu mereka menceburkan diri ke Sungai Tigris, menyeberangi air yang pasang itu, dan terombang-ambing ombak. Sungguh ajaib, mereka terapung di sungai itu sambil berbincang-bincang dan berpasangan, seperti ketika berjalan di daratan. Orang-orang Persia merasa heran dengan hal yang tidak masuk akal tersebut. Pasukan muslimin kemudian menaklukkan Persia dan segera mengumpulkan sebagian besar kekayaan mereka, yaitu kota-kota di Persia. Pada bulan Safar tahun 16 H, kaum muslimin menguasai rumah-rumah peninggalan kerajaan Persia. (Riwayat Abu Na'im dari Ibnu al-Dafili)
Dalam riwayat lain diceritakan bahwa Sa'ad berkata, "Kami menyeberangi sungai Tigris sambil membawa kuda dan binatang piaraan kami, sampai tak seorang pun melihat air dari dua tepinya. Kuda-kuda itu mendatangi pasukanku sambil menghela surainya diiringi ringkikan. Ketika melihat tingkah kuda tersebut, pasukanku segera menyeberangi sungai itu tanpa memedulikan apa pun. Tidak ada sesuatu pun milik pasukanku yang hilang dalam air, hanya sebuah gelas yang pegangannya telah pecah. Gelas itu terjatuh dan hanyut terbawa air. Namun angin dan gelombang menyeretnya ke tepi dan pemiliknya mengambilnya kembali." (Abu Na'im meriwayatkan kisah ini dari Abu `Utsman al-Nahdi)
Riwayat lain menyebutkan bahwa orang yang berjalan di atas air bersama Sa'ad adalah Salman al-Farisi. Pasukan Sa'ad menyeberangi sungai Tigris sambil terapung beserta kuda-kuda mereka. Sa'ad berkata, "Cukuplah Allah bagi kami, Dialah sebaik-baik Zat tempat memasrahkan diri. Demi Allah, Allah benar-benar akan menolong wali-Nya, memenangkan agama-Nya, dan mengalahkan musuh-Nya, jika dalam diri pasukan tidak ada kejahatan atau dosa yang mengalahkan kebaikan." Salman berkata kepada Sa'ad, "Sesungguhnya Islam itu baru. Demi Allah, lautan tunduk kepada Sa'ad dan pasukannya seperti halnya daratan tunduk kepada mereka. Mereka menyeberangi sungai, hingga air itu tidak terlihat dari tepian. Sambil terapung di sungai, mereka berbincang-bincang lebih banyak daripada ketika mereka berjalan di daratan. Mereka berhasil melintasinya, tidak ada sesuatu pun yang hilang, dan tidak ada seorang pun yang tenggelam." (Diriwayatkan oleh Abu Na'im dari Abu Bakar bin Hafsh bin `Umar)
Riwayat lain menceritakan bahwa Sa'ad dan pasukannya menceburkan diri ke sungai Tigris berpasang-pasangan. Salman menjadi pasangan Sa'ad, mereka berdampingan berjalan di atas air. Sa'ad berkata, "Demikianlah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." Air sungai Tigris mengapungkan Sa'ad dan pasukannya, sementara kuda mereka menyeberangi sungai sambil berdiri tegak. Bila Sa'ad lelah, di depannya terhampar sebuah gundukan, lalu ia beristirahat di atasnya seolah-olah berada di atas tanah. Tidak ada pemandangan yang lebih menakjubkan selain pemandangan itu, karena itulah hari itu disebut dengan Yaumul Jaratsim. Jika ada yang lelah, maka di depannya terhampar sebuah gundukan tempat untuk istirahat. (Riwayat Abu Na'im dari Amir al-Sha'idi)
Qais bin Abi Hazim berkata, "Kami menundukkan sungai Tigris yang sedang meluap airnya. Meskipun air pasang mencapai puncak ketinggiannya, prajurit berkuda tetap tegak dan air tidak sampai menyentuh ikat perut kudanya," (Riwayat Abu Na'im).
Dalam riwayat lain diceritakan bahwa ketika kaum muslimin menyeberangi sungai Tigris, penduduk Persia berkata, "Mereka itu jin, bukan manusia," (Riwayat Abu Na'im dari Habib bin Shahban, dikutip dari kitab Hujjatullah 'ala al-'Alaamin).
Sumber : Kitab Jami' Karamat Al Auliya Karangan Syeikh Yusof Al Nabhani.
ASAL USUL GELARAN HATIM AL ASHAMM
Kelapangan hati Hatim al ashamm sangat besar, sehingga pada suatu hari didatangi seorang wanita tua mengajukan sebuah pertanyaan, pada saat itu pula secara tidak sengaja perempuan tua itu terlebih terkentut, Hatim berkata kepadanya,
"Berbicaralah dengan lebih keras. Pendengaranku kurang tajam". Kata-kata ini diucapkannya agar si wanita tidak merasa malu. Si wanita kemudian melantangkan suara dan Hatim memberikan jawapan terhadap masalahnya. Selama wanita tua itu masih hidup, iaitu hampir lima belas tahun lamanya, Hatim tetap berpura-pura tuli. Hal ini dilakukannya agar tidak ada seorang pun yang menyampaikan kepada si wanita mengenai keadaannya yang sebenarnya. Setelah wanita tua itu meninggal dunia barulah Hatim menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya secara spontan sedang sebelumnya ia selalu menyela dengan kata-kata: "Berbicaralah dengan lebih keras!" Itulah sebabnya mengapa ia dijuluki Hatim al ashamm bermaksud Hatim si tuli.
Sumber : Kitab Tazkiratul Auliya Karangan Syeikh Fariddudin Attar
Wednesday, 19 October 2016
KARAMAH KHALID AL WALID R.A
Kisah Pertama
Suatu hari, Khalid bin Walid singgah di suatu kampung. Orang-orang memperingatkannya, "Waspadalah terhadap racun, jangan minum suguhan orang-orang asing!" Namun Khalid menjawab, "Berikan racun itu kepadaku!" Kemudian ia mengambil minuman beracun itu, lalu meneguknya sambil membaca basmalah, dan tidak terjadi sesuatu pun yang membahayakannya. (Diriwayatkan oleh Abu Ya'la, Al-Baihaqi, dan Abu Na`im dari Abu Safar)
Dalam riwayat lain diceritakan bahwa pada masa kekhalifahan Abu Bakar, Khalid bin Walid pergi ke suatu kampung. Penduduk kampung itu menyuruh Abdul Masih menyambut Khalid dengan membawa minuman yang mengandung racun ganas. Khalid berkata kepada Abdul Masih, "Berikan minuman itu!" Ketika ia istirahat, Khalid mengambil minuman beracun itu lalu berdoa, "Dengan menyebut nama Allah, Tuhan langit dan bumi. Dengan menyebut nama Allah yang tidak akan mencelakakan hamba-Nya, kerana nama-Nya mengandung ubat." Kemudian Khalid meneguk minuman beracun itu. Abdul Masih kembali ke kaumnya, lalu berkata, "Hai kaumku, ia telah minum racun ganas itu, tetapi ia tidak apa-apa." Akhirnya kaum itu berdamai dengan orang-orang muslim. (Dikisahkan oleh Al-Kalbi)
Kisah ke-2
Diceritakan juga bahwa ada seorang laki-laki mendatangi Khalid dengan membawa guci berisi arak. Khalid lalu berdoa, "Ya Allah jadikanlah arak ini madu." Lalu arak itu berubah menjadi madu. Dalam versi lain diceritakan bahwa ada seorang laki-laki melewati Khalid dengan membawa guci berisi arak. Khalid bertanya kepadanya, "Apa ini?" la menjawab, "Cuka." Kemudian Khalid berdoa, "Ya Allah, jadikan isi geribah ini cuka". Lalu orang-orang melihat geribah itu berisi cuka, padahal sebelumnya arak. (Riwayat Ibnu Abi Dunya dari Khaitsamah)
Riwayat lainnya menceritakan, Khalid bin Walid mendapat laporan bahwa ada angggota pasukannya yang minum arak. Maka Khalid menginspeksi pasukannya, dan ia menemukan seseorang membawa guci berisi arak. Khalid bertanya, "Apa ini?" Laki-laki itu menjawab, "Cuka." Khalid berdoa, "Ya Allah, jadikanlah geriba itu berisi cuka." Laki-laki itu membuka guci, dan ternyata isinya telah berubah menjadi cuka, ia lalu berujar, "Ini berkat doa Khalid." (Diriwayatkan oleh Ibnu Sa'ad dari Maharib bin Datstsar)
Sumber : Kitab Jami' Karamat Al Auliya Karangan Syeikh Yusof Al Nabhani.
KISAH SUFI PENGETAHUAN DAN KEYAKINAN
Pada suatu hari Hasan Al Basri berkunjung ke rumah Habib Al Ajami. Kepadanya Habib menjamu dua potong roti gandum dan sedikit garam. Hasan sudah bersiap-siap hendak menyantap hidangan itu, tetapi seorang pengemis datang dan Habib menyerahkan kedua potong roti beserta garam itu kepadanya.
Hasan terheran-heran lalu berkata: "Habib, engkau memang Seorang manusia budiman. Tetapi alangkah baiknya seandainya engkau memiliki sedikit pengetahuan. Engkau mengambil roti yang telah engkau jamukan ke ujung hidung tamu lalu memberikan semuanya kepada seorang pengemis. Seharusnya engkau memberikan sebagian kepada si pengemis dan sebagian lagi kepada tamumu". Habib tidak memberikan jawaban.
Tidak lama kemudian seorang hamba datang sambil menjunjung sebuah bekas. Di atas bekas tersebut ada daging domba panggang, penganan yang manis-manis dan wang lima ratus dirham perak. Si hamba menyerahkan bekas tersebut ke hadapan Habib. Kemudian Habib membagi-bagikan wang tersebut kepada orang-orang miskin dan menempatkan bekas tersebut di samping Hasan.
Ketika Hasan memakan daging panggang itu, Habib berkata kepadanya: "Guru, engkau adalah seorang manusia budiman, tetapi alangkah baiknya seandainya engkau memiliki sedikit keyakinan. Pengetahuan harus disertai dengan keyakinan".
Sumber : Kitab Tazkiratul Auliya Karangan Syeikh Fariddudin Al Attar.
KARAMAH SAYIDINA HUSEIN R.A
Ibnu Syihab al-Zuhri menuturkan bahwa semua orang yang terlibat dalam pembunuhan Husein mendapat siksa di dunia. Ada yang dibunuh, buta, wajahnya menghitam, atau kehilangan kekuasaan dalam waktu singkat. Di antara yang mengalaminya adalah Abdullah bin Khashin. Ketika pihak Yazid bin Muawiyah dan Husein berperang dan mereka menghalangi Husein untuk mendapatkan air, Abdullah memanggil Husein lalu berkata, "Hai Husein! Tidakkah kamu lihat air itu seolah-olah berada di tengah-tengah langit. Demi Allah, kamu tidak akan merasakan setetes air pun, sampai kamu mati kehausan." Kemudian Husein berdoa, "Ya Allah, semoga dia mati kehausan." Lalu Abdullah meminum air itu tanpa henti tetapi dahaganya tidak hilang juga, sampai ia mati kehausan. (Dikemukakan oleh Imam al-Syali Ba'lawi dalam kitab Al Masyru' al-Marwi )
Dalam kisah lain diceritakan bahwa Husein berdoa ketika hendak meminum air yang dibawanya, tiba-tiba seorang laki-laki yang dikenal sebagai seorang penakut memanah Husein. Anak panah itu mengenai langit-langit rnulut Husein sehingga ia tidak dapat minum. Lalu Husein r.a. berdoa, "Ya Allah, berikan rasa haus kepadanya." Maka orang yang keji itu berteriak-teriak kerana perutnya kepanasan dan punggungnya kedinginan. Kemudian di depannya diletakkan ais dan kipas, sementara di belakangnya diletakkan tungku perapian, dia berteriak, "Beri aku minum!" Lalu ia diberi satu wadah besar berisi arak, air, dan susu, yang cukup untuk lima orang. Ia meminumnya, tetapi ia tetap berteriak kehausan. Ia diberi minum lagi dengan ukuran semula, lalu meminumnya sampai perutnya kembung seperti perut unta. (Dituturkan oleh Ibnu Hajar dalam kitabAl-Shawa'iq)
Diceritakan pula bahwa ada seorang tua yang terlibat dalam pembunuhan Husein mendengar berita bahwa semua orang yang terlibat dalam pembunuhan itu tidak akan mati kecuali telah mendapat siksa di dunia. Orang tua itu berkata, "Aku ikut menyaksikan pembunuhan itu, tetapi belum pernah ditimpa kejadian tidak mengenakkan." Kemudian ia berdiri di dekat lampu untuk memperbaikinya, tiba-tiba api berkobar menyambarnya, sehingga ia berteriak-teriak, "Api! Api!" Sampai akhirnya dia tewas terbakar. (Diceritakan oleh Al-Syali)
Al-Syali juga menceritakan bahwa ada seseorang yang hanya menghadiri pembunuhan Husein, lalu ia menjadi buta. Ketika ditanya tentang sebab kebutaannya, ia menceritakan bahwa ia melihat Nabi Saw memegang pedang, dan di depan beliau terhampar tikar dari kulit. Ia juga melihat 10 orang pembunuh Husein disembelih di hadapan Nabi. Nabi mencela dan mencemohnya kerana telah ikut mendukung para pembunuh itu. Kemudian Nabi menempelkan celak dari darah Husein ke matanya, lalu ia menjadi buta.
Dalam kisah lain, Asy-Syali menceritakan bahwa ada seseorang yang menggantung kepala Husein dengan tali pelana kudanya. Beberapa hari kemudian, wajahnya tampak lebih hitam daripada aspal. Ada seseorang yang berkata kepadanya, "Anda adalah orang Arab yang paling hitam wajahnya." Dia menjawab, "Pada malam ketika aku memegang kepala Husein itu, lalulah dua orang yang mencengkam lenganku. Mereka menggiringku ke arah api yang menyala-nyala dan mendorongku masuk ke dalamnya. Aku hanya dapat menunduk lemah, api itu menghanguskan kulitku sehingga hitam legam seperti yang kau lihat." Akhirnya ia tewas dalam keadaan mengerikan.
Sumber : Kitab Jami' Karamat Al Auliya Karangan Syeikh Yusof Al Nabhani.
SIFAT AMANAH IBRAHIM ADHAM
Ibrahim bin Adham pernah bekerja menjaga sebuah kebun buah-buahan. Pada suatu hari pemilik kebun itu datang kepadanya dan berkata: "Ambilkanlah padaku beberapa buah delima yang manis rasanya". Maka aku ambilkan beberapa buah tetapi ternyata rasanya masam.
"Bawakanlah buah-buahan yang manis", si pemilik kebun mengulangi perintahnya. Maka aku bawakan delima sepinggan penuh, namun buah-buahan itu masam pula rasanya.
Si pemilik kebun berseru: "Masya Allah, telah sedemikian lama engkau bekerja di kebun ini namun engkau tidak mengenal buah delima yang telah masak?"
"Aku menjaga kebunmu namun aku tak tahu bagaimana rasanya buah delima kerana aku tak pernah merasanya", jawabku.
Maka berkatalah si pemilik kebun: "Dengan keteguhan yang seperti ini, aku mempuniyai persangkaan bahwa engkau adalah Ibrahim bin Adham".
Setelah mendengar kata-kata tersebut segeralah aku meninggalkan tempat itu.
Sumber : Kitab Tazkiratul Auliya Karangan Syeikh Fariddudin Attar
Subscribe to:
Posts (Atom)